"Apa yang bisa membuatnya takut? Kita bahkan pernah mengutus orang. Seni bela dirinya terlalu tinggi, kita nggak akan bisa mengalahkannya," ucap Kakek Muhar sambil menggelengkan kepalanya."Itu karena kita nggak menemukan orang yang tepat. Kebetulan aku baru dapat kabar dari seorang teman. Dia bilang ada sebuah organisasi pembunuh yang sangat hebat," kata Yesa."Pembunuh?"Ekspresi Kakek Muhar berubah. Dia mengamati sekelilingnya dan berbisik, "Bagaimana kalau dia terbunuh nantinya?""Nggak usah pedulikan hal itu. Lagian, ini salahnya sendiri," ujar Yesa dengan kejam."Baiklah, tapi usahakan jangan membunuhnya. Omong-omong, organisasi apa yang kamu cari?""Sekte Setan. Hanya saja, aku juga nggak begitu tahu detailnya. Aku hanya tahu pemimpin mereka, Raja Setan, sangatlah kuat. Asal beri mereka uang, nggak ada orang yang nggak bisa mereka bunuh.""Ya sudah. Kuserahkan masalah ini kepadamu," ucap Kakek Muhar."Baik. Aku akan menelepon sekarang. Dengan 20 miliar, aku jamin dia nggak akan
"Apa yang terjadi?" tanya Tobi."Dewa Perang Albus dari Keluarga Yudistira disergap di luar daerah dan tewas dalam pertempuran."Tobi tertegun sejenak. Ada kilatan keterkejutan melintas di matanya. Dewa Perang Albus merupakan salah satu dari empat Dewa Perang Negara Harlanda. Kekuatannya telah mencapai tingkat puncak Guru Besar. Dia pun bertanya, "Kamu yakin?""Ya.""Ulah siapa ini?""Masih belum jelas. Para pemimpin sangat emosi. Mereka memerintahkan Harita untuk menyelidiki masalah ini dan menuntut agar pelakunya diselidiki sampai akhir!""Ya, kematian Dewa Perang Albus bukanlah masalah kecil. Negara Harlanda bukan hanya kehilangan kekuatan tempur tapi yang lebih penting lagi, ini juga termasuk penghinaan terhadap Harlanda," ucap Tobi sambil menghela napas.Walau dia sangat benci dengan Keluarga Yudistira, apalagi kemungkinan besar yang memburu ibunya dan dirinya adalah Keluarga Yudistira, tetapi kebenaran ini masih belum terbukti sepenuhnya.Hanya dengan menemukan ibunya, dia baru b
"Gadis Bodoh, apa yang kamu khawatirkan? Aku nggak mengabaikanmu. Hanya saja, ponselku kehabisan baterai. Aku baru saja mengisi daya dan langsung meneleponmu kembali.""Sungguh? Kamu nggak menyalahkanku?""Kenapa harus menyalahkanmu? Lagian, ini bukan salahmu."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jangan terlalu banyak pikir. Asalkan hatimu bersamaku, nggak ada yang bisa memisahkan kita. Lagi pula, ini hanya masalah kecil.""Ya. Kapan pun itu, hatiku akan selalu bersamamu." Selesai berbicara, Widia mendadak malu. Dia merasa dirinya terlalu agresif. Dia kemudian buru-buru bertanya, "Kamu lagi di mana sekarang?""Di Vila Distrik Terra 1. Kenapa? Apa kamu berniat menebusku?" tanya Tobi sambil tersenyum.Namun, siapa sangka, Widia, yang selalu tampak dingin itu akan berkata, "Mereka mungkin nggak memperbolehkanku keluar. Kalau nggak, aku pasti akan pergi mencarimu sekarang.""Tapi kamu tenang saja, aku pasti akan menjelaskannya kepada mereka.""Nggak apa-apa. Kamu nggak perlu jelaska
Berbicara tentang Yesa, cara kerjanya sangatlah efisien.Belum sampai setengah jam, semuanya telah selesai.Dia bahkan menghabiskan uang sebanyak 20 miliar!Sebenarnya, Yesa tidak rela. Temannya bilang, meski Tobi pintar seni bela diri, biayanya hanya perlu 20 miliar.Lagi pula, Tobi hanya orang biasa, bukan tokoh hebat.Namun, begitu selesai mengutus orang, pelayan datang untuk melaporkan bahwa ada banyak mobil di luar dan orang yang datang mengunjungi kediaman Lianto.Kakek Muhar dan anggota Keluarga Lianto lainnya tercengang. Apa yang terjadi? Mengapa ada begitu banyak orang datang berkunjung?Yesa tidak tahan lagi dan langsung mengomel, "Apa yang terjadi? Siapa yang datang? Apa ini semua ulah Tobi, pria nggak berguna itu lagi?""Pasti begitu. Entah dari mana dia menemukan artis-artis ini. Akting mereka semuanya bagus-bagus," ucap Herman mendukung istrinya."Ayo kita keluar dan lihat dulu. Kalau ini ulah Tobi lagi, kita harus menyelesaikannya hari ini, agar kita nggak terganggu lagi
Setelah Herman teringat kembali, kesannya terhadap Ezra bertambah jelas di benaknya. Tidak salah lagi, lelaki tua itu adalah pemimpin yang sangat hebat.Mungkinkah dia sungguh kepala Keluarga Yudistira?"Apa!""Yang kamu katakan itu sungguhan?"Wajah Kakek Muhar berubah pucat.Dia sadar dirinya mungkin telah melakukan kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Jika lelaki tua itu sungguh kepala Keluarga Yudistira, bukankah kali ini dia sudah membuat tokoh besar tersinggung?Yesa tampak bingung dan berkata, "Apa yang kalian bicarakan?""Penipu yang kita bicarakan barusan itu kemungkinan besar adalah Tuan Besar Ezra," ucap Herman dengan putus asa."Nggak mungkin. Kalau dia sungguh kepala Keluarga Yudistira, mana mungkin dia bisa begitu mudah diajak kompromi," balas Yesa dengan cepat. Dia sulit menerima kenyataan ini. Dia merasa ini semua tidak masuk akal sekali.Setelah mendengar perkataan mereka, Hendro baru menemukan alasannya. Tampaknya Tuan Besar Ezra telah datang, tetapi dia diusir oleh
Melihat wajah anggota Keluarga Lianto berubah pucat dan panik, Hendro diam-diam menggelengkan kepalanya. Kalau tahu akan jadi seperti ini, kenapa mereka masih melakukannya?Apalagi, sepertinya ini bukan pertama kali mereka melakukan hal tersebut.Terkadang Hendro benar-benar tidak memahami apa yang dipikirkan Keluarga Lianto. Seperti kejadian terakhir kalinya. Ada begitu banyak orang penting datang berkunjung ke kediaman Lianto, tetapi mereka malah mengusir Dokter Tobi keluar.Mereka bahkan memaksa putrinya untuk bercerai dengan Dokter Tobi.Sekarang, Tuan Besar Ezra dari Keluarga Yudistira datang mengunjungi mereka, tetapi mereka malah mengusirnya keluar.Sebenarnya, selain itu, Hendro masih punya dugaan kuat dalam hatinya. Dia merasa sepertinya Dokter Tobi memiliki hubungan yang erat dengan Keluarga Yudistira di Jatra.Jika tidak, mengingat status Tuan Besar Ezra, buat apa dia mengunjungi kediaman Lianto? Apalagi, dilihat dari situasi saat ini, Keluarga Lianto memperlakukan Tuan Besa
Kakek Muhar kembali menambahkan dengan tegas, "Tuan Besar Ezra barusan datang ke sini, apalagi dia juga begitu sopan. Kalian pikir apa yang dia inginkan? Sudah pasti nggak ada hubungannya sama kita. Dia datang ke sini untuk menemui Tobi.""Ya, ya. Dia bilang dia datang menemui Tobi. Selain itu ...."Berbicara sampai di sana, mata Yesa tiba-tiba terbelalak. Dia membeku di tempat sambil memasang ekspresi tidak percaya.Melihat istrinya terdiam, Herman pun bertanya, "Selain itu apa?"Namun, Kakek Muhar juga tertegun dan berkata dengan tidak percaya, "Selain itu, dia bilang Tobi adalah keturunan Keluarga Yudistira. Dia datang ke sini untuk menjemput Tobi kembali ke Keluarga Yudistira. Kalau begitu, kemungkinan besar, Tobi adalah cucu dari Keluarga Yudistira.""Ah ....""Seharusnya nggak mungkin, 'kan?""Nggak mungkin. Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Yesa benar-benar tercengang.Selesai berbicara, Kakek Muhar kembali memikirkannya. Setelah itu, dia bertambah yakin dan berkata, "Ya, pasti
"Jadi, bagaimana dengan Tuan Besar Ezra dan yang lainnya?" tanya Tobi. Meski Ezra adalah kakeknya, mereka sama sekali tidak dekat. Tobi juga tidak peduli dengannya.Terutama saat teringat ayahnya menghilang dan mereka diusir dari kediaman Yudistira. Jika bukan karena itu, mereka juga tidak akan diburu dan hampir mati beberapa kali."Saat ini, mereka berada di Hotel Havana di Jalan Hamka!""Mereka datang ke sini untuk mencariku, 'kan?" tanya Tobi."Benar!"Mendengar ini, ada kilatan dingin melintas di mata Tobi. Sepertinya kakek ini sudah mengetahui identitasnya, jadi dia sengaja datang menemuinya.Selain itu, Ezra juga membawa hadiah berharga dan begitu menoleransi Keluarga Lianto. Tampaknya dia ingin Tobi kembali dan membantu Keluarga Yudistira.Posisi Keluarga Yudistira saat ini sangat terancam. Rio bukan hanya digulingkan, bahkan Dewa Perang Albus juga sudah meninggal. Hal ini tentunya memberi pukulan besar bagi Keluarga Yudistira.Tuan Besar Ezra sendiri yang telah berusia lanjut i