"Gadis Bodoh, apa yang kamu khawatirkan? Aku nggak mengabaikanmu. Hanya saja, ponselku kehabisan baterai. Aku baru saja mengisi daya dan langsung meneleponmu kembali.""Sungguh? Kamu nggak menyalahkanku?""Kenapa harus menyalahkanmu? Lagian, ini bukan salahmu."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jangan terlalu banyak pikir. Asalkan hatimu bersamaku, nggak ada yang bisa memisahkan kita. Lagi pula, ini hanya masalah kecil.""Ya. Kapan pun itu, hatiku akan selalu bersamamu." Selesai berbicara, Widia mendadak malu. Dia merasa dirinya terlalu agresif. Dia kemudian buru-buru bertanya, "Kamu lagi di mana sekarang?""Di Vila Distrik Terra 1. Kenapa? Apa kamu berniat menebusku?" tanya Tobi sambil tersenyum.Namun, siapa sangka, Widia, yang selalu tampak dingin itu akan berkata, "Mereka mungkin nggak memperbolehkanku keluar. Kalau nggak, aku pasti akan pergi mencarimu sekarang.""Tapi kamu tenang saja, aku pasti akan menjelaskannya kepada mereka.""Nggak apa-apa. Kamu nggak perlu jelaska
Berbicara tentang Yesa, cara kerjanya sangatlah efisien.Belum sampai setengah jam, semuanya telah selesai.Dia bahkan menghabiskan uang sebanyak 20 miliar!Sebenarnya, Yesa tidak rela. Temannya bilang, meski Tobi pintar seni bela diri, biayanya hanya perlu 20 miliar.Lagi pula, Tobi hanya orang biasa, bukan tokoh hebat.Namun, begitu selesai mengutus orang, pelayan datang untuk melaporkan bahwa ada banyak mobil di luar dan orang yang datang mengunjungi kediaman Lianto.Kakek Muhar dan anggota Keluarga Lianto lainnya tercengang. Apa yang terjadi? Mengapa ada begitu banyak orang datang berkunjung?Yesa tidak tahan lagi dan langsung mengomel, "Apa yang terjadi? Siapa yang datang? Apa ini semua ulah Tobi, pria nggak berguna itu lagi?""Pasti begitu. Entah dari mana dia menemukan artis-artis ini. Akting mereka semuanya bagus-bagus," ucap Herman mendukung istrinya."Ayo kita keluar dan lihat dulu. Kalau ini ulah Tobi lagi, kita harus menyelesaikannya hari ini, agar kita nggak terganggu lagi
Setelah Herman teringat kembali, kesannya terhadap Ezra bertambah jelas di benaknya. Tidak salah lagi, lelaki tua itu adalah pemimpin yang sangat hebat.Mungkinkah dia sungguh kepala Keluarga Yudistira?"Apa!""Yang kamu katakan itu sungguhan?"Wajah Kakek Muhar berubah pucat.Dia sadar dirinya mungkin telah melakukan kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Jika lelaki tua itu sungguh kepala Keluarga Yudistira, bukankah kali ini dia sudah membuat tokoh besar tersinggung?Yesa tampak bingung dan berkata, "Apa yang kalian bicarakan?""Penipu yang kita bicarakan barusan itu kemungkinan besar adalah Tuan Besar Ezra," ucap Herman dengan putus asa."Nggak mungkin. Kalau dia sungguh kepala Keluarga Yudistira, mana mungkin dia bisa begitu mudah diajak kompromi," balas Yesa dengan cepat. Dia sulit menerima kenyataan ini. Dia merasa ini semua tidak masuk akal sekali.Setelah mendengar perkataan mereka, Hendro baru menemukan alasannya. Tampaknya Tuan Besar Ezra telah datang, tetapi dia diusir oleh
Melihat wajah anggota Keluarga Lianto berubah pucat dan panik, Hendro diam-diam menggelengkan kepalanya. Kalau tahu akan jadi seperti ini, kenapa mereka masih melakukannya?Apalagi, sepertinya ini bukan pertama kali mereka melakukan hal tersebut.Terkadang Hendro benar-benar tidak memahami apa yang dipikirkan Keluarga Lianto. Seperti kejadian terakhir kalinya. Ada begitu banyak orang penting datang berkunjung ke kediaman Lianto, tetapi mereka malah mengusir Dokter Tobi keluar.Mereka bahkan memaksa putrinya untuk bercerai dengan Dokter Tobi.Sekarang, Tuan Besar Ezra dari Keluarga Yudistira datang mengunjungi mereka, tetapi mereka malah mengusirnya keluar.Sebenarnya, selain itu, Hendro masih punya dugaan kuat dalam hatinya. Dia merasa sepertinya Dokter Tobi memiliki hubungan yang erat dengan Keluarga Yudistira di Jatra.Jika tidak, mengingat status Tuan Besar Ezra, buat apa dia mengunjungi kediaman Lianto? Apalagi, dilihat dari situasi saat ini, Keluarga Lianto memperlakukan Tuan Besa
Kakek Muhar kembali menambahkan dengan tegas, "Tuan Besar Ezra barusan datang ke sini, apalagi dia juga begitu sopan. Kalian pikir apa yang dia inginkan? Sudah pasti nggak ada hubungannya sama kita. Dia datang ke sini untuk menemui Tobi.""Ya, ya. Dia bilang dia datang menemui Tobi. Selain itu ...."Berbicara sampai di sana, mata Yesa tiba-tiba terbelalak. Dia membeku di tempat sambil memasang ekspresi tidak percaya.Melihat istrinya terdiam, Herman pun bertanya, "Selain itu apa?"Namun, Kakek Muhar juga tertegun dan berkata dengan tidak percaya, "Selain itu, dia bilang Tobi adalah keturunan Keluarga Yudistira. Dia datang ke sini untuk menjemput Tobi kembali ke Keluarga Yudistira. Kalau begitu, kemungkinan besar, Tobi adalah cucu dari Keluarga Yudistira.""Ah ....""Seharusnya nggak mungkin, 'kan?""Nggak mungkin. Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Yesa benar-benar tercengang.Selesai berbicara, Kakek Muhar kembali memikirkannya. Setelah itu, dia bertambah yakin dan berkata, "Ya, pasti
"Jadi, bagaimana dengan Tuan Besar Ezra dan yang lainnya?" tanya Tobi. Meski Ezra adalah kakeknya, mereka sama sekali tidak dekat. Tobi juga tidak peduli dengannya.Terutama saat teringat ayahnya menghilang dan mereka diusir dari kediaman Yudistira. Jika bukan karena itu, mereka juga tidak akan diburu dan hampir mati beberapa kali."Saat ini, mereka berada di Hotel Havana di Jalan Hamka!""Mereka datang ke sini untuk mencariku, 'kan?" tanya Tobi."Benar!"Mendengar ini, ada kilatan dingin melintas di mata Tobi. Sepertinya kakek ini sudah mengetahui identitasnya, jadi dia sengaja datang menemuinya.Selain itu, Ezra juga membawa hadiah berharga dan begitu menoleransi Keluarga Lianto. Tampaknya dia ingin Tobi kembali dan membantu Keluarga Yudistira.Posisi Keluarga Yudistira saat ini sangat terancam. Rio bukan hanya digulingkan, bahkan Dewa Perang Albus juga sudah meninggal. Hal ini tentunya memberi pukulan besar bagi Keluarga Yudistira.Tuan Besar Ezra sendiri yang telah berusia lanjut i
"Ya, kekuatanku memang meningkat, tapi aku juga nggak tahu sudah sampai tingkat mana," jawab Tobi.Mendengar itu, Bahri terkejut. Dia bertanya dengan kaget, "Mungkinkah kamu sudah menerobos tingkat puncak Guru Besar dan memasuki Alam Dewa yang legendaris itu?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tenang, "Masih belum. Entah kenapa, aku sudah mengembangkan keterampilan mentalku secara ekstrem, tapi aku masih belum bisa menerobosnya."Dia diam-diam curiga bahwa terobosan ini mungkin ada hubungannya dengan jiwa dan kekuatan spiritual. Kalau tidak, mana mungkin tidak bisa diterobos?"Sebenarnya wajar saja kalau kamu nggak bisa menerobosnya. Lagi pula, dalam ribuan tahun terakhir ini, belum pernah ada orang yang berhasil menerobosnya. Tapi kalau ada orang yang berhasil melakukannya, aku yakin orang itu pasti kamu," kata Bahri."Masih belum tentu. Jangan lupa, di Jatra masih ada Dewa Perang tiada tara," ucap Tobi sambil menggelengkan kepalanya."Benar juga. Bagaimana aku bisa melu
Setelah selesai mendiskusikan hal itu, Yesa dan lainnya langsung berjalan menuju kamarnya Widia. Setelah pintu kamar diketuk selama beberapa saat, barulah Widia membuka pintu.Widia sebenarnya juga ingin mencari mereka. Dia ingin meluruskan kesalahpahaman itu dan mengatakan kepada mereka bahwa Tobi memang Raja Naga dari Sekte Naga.Tak disangka, keluarganya akan lebih dulu mencarinya.Jangan-jangan mereka masih ingin memaksa dirinya untuk berpisah dengan Tobi?Widia buru-buru berkata, "Nggak perlu dibicarakan lagi. Pokoknya, aku nggak akan berpisah dengan Tobi. Aku sudah pastikan, seumur hidup ini, aku hanya ingin bersamanya. Nggak akan ada yang lainnya!"Kali ini, Widia sudah bertekad bulat. Sekalipun mati, keputusannya juga tidak akan berubah lagi.Meski ibunya mengancam dengan menggunakan nyawanya, Widia juga tidak peduli lagi.Kakek Muhar dan lainnya tertegun sejenak. Yesa segera tersenyum dan berkata dengan cepat, "Jangan khawatir. Kami bukan ingin memisahkanmu dengan Tobi. Sebali