Setelah Herman teringat kembali, kesannya terhadap Ezra bertambah jelas di benaknya. Tidak salah lagi, lelaki tua itu adalah pemimpin yang sangat hebat.Mungkinkah dia sungguh kepala Keluarga Yudistira?"Apa!""Yang kamu katakan itu sungguhan?"Wajah Kakek Muhar berubah pucat.Dia sadar dirinya mungkin telah melakukan kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Jika lelaki tua itu sungguh kepala Keluarga Yudistira, bukankah kali ini dia sudah membuat tokoh besar tersinggung?Yesa tampak bingung dan berkata, "Apa yang kalian bicarakan?""Penipu yang kita bicarakan barusan itu kemungkinan besar adalah Tuan Besar Ezra," ucap Herman dengan putus asa."Nggak mungkin. Kalau dia sungguh kepala Keluarga Yudistira, mana mungkin dia bisa begitu mudah diajak kompromi," balas Yesa dengan cepat. Dia sulit menerima kenyataan ini. Dia merasa ini semua tidak masuk akal sekali.Setelah mendengar perkataan mereka, Hendro baru menemukan alasannya. Tampaknya Tuan Besar Ezra telah datang, tetapi dia diusir oleh
Melihat wajah anggota Keluarga Lianto berubah pucat dan panik, Hendro diam-diam menggelengkan kepalanya. Kalau tahu akan jadi seperti ini, kenapa mereka masih melakukannya?Apalagi, sepertinya ini bukan pertama kali mereka melakukan hal tersebut.Terkadang Hendro benar-benar tidak memahami apa yang dipikirkan Keluarga Lianto. Seperti kejadian terakhir kalinya. Ada begitu banyak orang penting datang berkunjung ke kediaman Lianto, tetapi mereka malah mengusir Dokter Tobi keluar.Mereka bahkan memaksa putrinya untuk bercerai dengan Dokter Tobi.Sekarang, Tuan Besar Ezra dari Keluarga Yudistira datang mengunjungi mereka, tetapi mereka malah mengusirnya keluar.Sebenarnya, selain itu, Hendro masih punya dugaan kuat dalam hatinya. Dia merasa sepertinya Dokter Tobi memiliki hubungan yang erat dengan Keluarga Yudistira di Jatra.Jika tidak, mengingat status Tuan Besar Ezra, buat apa dia mengunjungi kediaman Lianto? Apalagi, dilihat dari situasi saat ini, Keluarga Lianto memperlakukan Tuan Besa
Kakek Muhar kembali menambahkan dengan tegas, "Tuan Besar Ezra barusan datang ke sini, apalagi dia juga begitu sopan. Kalian pikir apa yang dia inginkan? Sudah pasti nggak ada hubungannya sama kita. Dia datang ke sini untuk menemui Tobi.""Ya, ya. Dia bilang dia datang menemui Tobi. Selain itu ...."Berbicara sampai di sana, mata Yesa tiba-tiba terbelalak. Dia membeku di tempat sambil memasang ekspresi tidak percaya.Melihat istrinya terdiam, Herman pun bertanya, "Selain itu apa?"Namun, Kakek Muhar juga tertegun dan berkata dengan tidak percaya, "Selain itu, dia bilang Tobi adalah keturunan Keluarga Yudistira. Dia datang ke sini untuk menjemput Tobi kembali ke Keluarga Yudistira. Kalau begitu, kemungkinan besar, Tobi adalah cucu dari Keluarga Yudistira.""Ah ....""Seharusnya nggak mungkin, 'kan?""Nggak mungkin. Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Yesa benar-benar tercengang.Selesai berbicara, Kakek Muhar kembali memikirkannya. Setelah itu, dia bertambah yakin dan berkata, "Ya, pasti
"Jadi, bagaimana dengan Tuan Besar Ezra dan yang lainnya?" tanya Tobi. Meski Ezra adalah kakeknya, mereka sama sekali tidak dekat. Tobi juga tidak peduli dengannya.Terutama saat teringat ayahnya menghilang dan mereka diusir dari kediaman Yudistira. Jika bukan karena itu, mereka juga tidak akan diburu dan hampir mati beberapa kali."Saat ini, mereka berada di Hotel Havana di Jalan Hamka!""Mereka datang ke sini untuk mencariku, 'kan?" tanya Tobi."Benar!"Mendengar ini, ada kilatan dingin melintas di mata Tobi. Sepertinya kakek ini sudah mengetahui identitasnya, jadi dia sengaja datang menemuinya.Selain itu, Ezra juga membawa hadiah berharga dan begitu menoleransi Keluarga Lianto. Tampaknya dia ingin Tobi kembali dan membantu Keluarga Yudistira.Posisi Keluarga Yudistira saat ini sangat terancam. Rio bukan hanya digulingkan, bahkan Dewa Perang Albus juga sudah meninggal. Hal ini tentunya memberi pukulan besar bagi Keluarga Yudistira.Tuan Besar Ezra sendiri yang telah berusia lanjut i
"Ya, kekuatanku memang meningkat, tapi aku juga nggak tahu sudah sampai tingkat mana," jawab Tobi.Mendengar itu, Bahri terkejut. Dia bertanya dengan kaget, "Mungkinkah kamu sudah menerobos tingkat puncak Guru Besar dan memasuki Alam Dewa yang legendaris itu?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tenang, "Masih belum. Entah kenapa, aku sudah mengembangkan keterampilan mentalku secara ekstrem, tapi aku masih belum bisa menerobosnya."Dia diam-diam curiga bahwa terobosan ini mungkin ada hubungannya dengan jiwa dan kekuatan spiritual. Kalau tidak, mana mungkin tidak bisa diterobos?"Sebenarnya wajar saja kalau kamu nggak bisa menerobosnya. Lagi pula, dalam ribuan tahun terakhir ini, belum pernah ada orang yang berhasil menerobosnya. Tapi kalau ada orang yang berhasil melakukannya, aku yakin orang itu pasti kamu," kata Bahri."Masih belum tentu. Jangan lupa, di Jatra masih ada Dewa Perang tiada tara," ucap Tobi sambil menggelengkan kepalanya."Benar juga. Bagaimana aku bisa melu
Setelah selesai mendiskusikan hal itu, Yesa dan lainnya langsung berjalan menuju kamarnya Widia. Setelah pintu kamar diketuk selama beberapa saat, barulah Widia membuka pintu.Widia sebenarnya juga ingin mencari mereka. Dia ingin meluruskan kesalahpahaman itu dan mengatakan kepada mereka bahwa Tobi memang Raja Naga dari Sekte Naga.Tak disangka, keluarganya akan lebih dulu mencarinya.Jangan-jangan mereka masih ingin memaksa dirinya untuk berpisah dengan Tobi?Widia buru-buru berkata, "Nggak perlu dibicarakan lagi. Pokoknya, aku nggak akan berpisah dengan Tobi. Aku sudah pastikan, seumur hidup ini, aku hanya ingin bersamanya. Nggak akan ada yang lainnya!"Kali ini, Widia sudah bertekad bulat. Sekalipun mati, keputusannya juga tidak akan berubah lagi.Meski ibunya mengancam dengan menggunakan nyawanya, Widia juga tidak peduli lagi.Kakek Muhar dan lainnya tertegun sejenak. Yesa segera tersenyum dan berkata dengan cepat, "Jangan khawatir. Kami bukan ingin memisahkanmu dengan Tobi. Sebali
Widia berkata dengan emosi, "Selain itu, kalau dia bukan Raja Naga, mana mungkin dia berani menipu begitu banyak tokoh besar?"Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang kembali mengingat kejadian hari itu. Ditambah lagi, dengan apa yang terjadi hari ini dan juga pembicaraan mereka dengan Candra melalui telepon barusan.Akhirnya, mereka mulai percaya bahwa Tobi adalah Raja Naga yang sesungguhnya.Astaga, Tobi bukan hanya tuan muda dari Keluarga Yudistira, tetapi dia juga Raja Naga dari Sekte Naga. Bukankah statusnya sangat luar biasa?Putrinya bisa menemukan pasangan yang begitu sempurna dan luar biasa. Membayangkan hal ini, Yesa kegirangan sekali.Kakek Muhar juga terkejut. Jika begitu masalahnya, maka cucu menantu ini tidak boleh lepas begitu saja."Widia, kami sudah salah. Kami salah paham kepadanya." Kakek Muhar berkata, "Bagaimana kalau kamu menelepon Tobi dan mengajaknya keluar? Biarlah kami minta maaf kepadanya?"Widia tampak ragu. Dia juga ingin keluarganya minta maaf kepada T
Widia bertanya dengan penasaran, "Apa yang terjadi sebenarnya?"Yesa terpaksa menceritakan semua kejadiannya kepada putrinya. Bagaimanapun, mereka telah mempermalukan Tuan Besar Ezra dan sekarang Yesa membutuhkan bantuan putrinya untuk menangani masalah ini.Jika tidak, menantu hebatnya bukan hanya tidak kembali, tetapi dia juga akan mendapat masalah besar."Kamu bilang kalian menganggap Tuan Besar Ezra sebagai penipu?""Kalian terus-terusan memarahinya, bahkan mengusirnya keluar dari rumah kita?"Saat mendengar itu, Widia makin terkejut. Hal ini bukan hanya akan menyebabkan bencana besar, tetapi juga akan membuat Keluarga Lianto hancur."Tapi jangan khawatir. Tuan Besar Ezra sepertinya sangat peduli kepada Tobi, jadi dia masih terus menahan diri. Jadi, asalkan kita menemukan Tobi dan meminta bantuannya. Semuanya pasti akan terselesaikan secara alami. Tuan Besar Ezra juga nggak akan menyalahkan kami lagi," ucap Yesa buru-buru.Segalanya seolah-olah berada di bawah kendalinya."Biar aku