“Selamat datang kembali, Lixue.” Pria dengan jubah menjuntai menyambut Lixue yang baru turun dari kereta kuda. Dia terlihat tersenyum ramah. Senyum yang kini terlihat begitu mencurigakan bagi Lixue.“Terima kasih atas kebaikan, Yang Mulia,” balas Lixue menunduk dan memberi salam di hadapan Leiz.Pria yang sudah berubah warna rambutnya dari hitam ke putih ini tersenyum dan menyambut Lixue, dia memberikan pelukan hangat lalu merangkul Lixue untuk mengikutinya.“Syukurlah, aku hanya takut kau tersesat. Ke mana saja selama ini?”Mereka berjalan melewati taman yang sudah tidak memiliki bunga hidup. Taman kering yang terbengkalai tanpa perawatan. Lixue memperhatikan Istana Kegelapan, baru kali ini dia benar-benar melihat dengan jelas. Aura hitam menyelimuti Istana Kegelapan seakan seperti namanya yang begitu gelap.“Sebenarnya apa yang terjadi di negeri ini?” tanya Lixue memperhatikan sekelilingnya yang benar-benar kering, sangat kering dan tandus. Tanah menghitam dengan warna hitam jelaga,
Rafael membuka pintu kamar si kembar yang memang tidak terkunci. Dia berkunjung untuk melihat kondisi Yui. Apa yang dia lihat tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya. Gadis manis itu sedang mengeluarkan seiisi lemari pakaiannya.“Apa yang kau lakukan?”Kedua anak kembar tersebut menatap Rafael sejenak tanpa kata, lalu kembali dengan aktivitas masing-masing. Yui dengan pakaian di lemarinya dan Yuan sedang membaca buku.“Yui?”Pria jangkung dengan rambut hitam mendekati gadis yang tengah menghamburkan seluruh isi lemarinya.“Paman sudah sehat?” tanya Yui yang justru bertanya bukan menjawab pertanyaan Rafael.“Ya, berkat dirimu. Terima kasih,” balas Rafael mengucapkan kata tersebut dengan tulus. Dia menoleh ke arah Yuan yang tidak terganggu sedikit pun dengan apa yang dilakukan saudari kembarnya.“Yui hebat ‘kan,” puji Yui pada dirinya sendiri. Senyumnya merekah begitu manis dan mendekati Rafael dengan langkah riang berjingkat. Rafael mengangguk meskipun dia tidak mengerti apa maksu
“Sedang apa?” Ucapan Alma mengangetkan Rafael yang sedang bersembunyi. Pria ini menoleh ke arah Alma lalu kembali melihat Yui sedang memesan makanan bersama dengan suami Alma.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Rafael.“Bukankah seharusnya aku yang bertanya,” balas Alma dengan seringai yang membuat Rafael bergidik.“Tidak seperti yang kamu pikirkan,” balas Rafael. Dia membuang muka dari wanita yang pernah mengisi hari-harinya. Meskipun hubungan mereka akhirnya kandas di tengah jalan.“Memang apa yang kupikirkan?” Alma berusaha melihat wajah Rafael yang sengaja membuang muka. Wanita ini benar-benar ingin menggoda Rafael.“Alma, aku dan Yui tidak ada hubungan apa pun,” balas Rafael berusaha menyakinkan Alma dan berharap wanita di depannya percaya. Diluar dugaan, ucapannya justru membuat wanita di depannya tertawa.“Kau yang berpikir seperti itu atau aku?” ucap Alma masih menggoda Rafael. Wanita dengan rambut ungu panjang ini memperhatikan perubahan sikap Rafael. Pria yang selama ini
“Paman.”Mata Rafael perlahan terbuka. Semilir angin terasa berbeda hingga dia bangun terburu-buru dan baru menyadari dirinya berada dipangkuan Yui entah berapa lama.“Paman?”Suara gadis yang memanggilnya dengan suara cemas membuat Rafael kembali menatap mata hitam Yui. “Berapa lama aku tertidur, ini sudah hampir malam,” ucap Rafael dalam hati. Dia tidak sanggup bertanya kepada gadis di depannya.“Paman baik-baik saja?” tanya Yui. Semilir angin menerbangkan rambut hitam panjang putri cantik yang terlihat lebih menawan karena terkena cahaya senja.“Paman baik-baik saja,” balas Rafael. Dia mencoba bangkit dan baru merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya.“Gawat, kakiku belum bisa digerakkan.” Rafael mengurungkan diri untuk berdiri dan bersandar di batang pohon tempat Yui berada.“Mana yang sakit?” tanya Yui menatap Rafael dengan cemas.Rafael tersenyum. Kecemasan Yui entah kenapa membuatnya sedikit senang. Rasa senang yang aneh dalam dirinya.“Kakiku kram, istirahat sebentar lagi ju
“Itu hanya sementara, Rafael. Kau perlu yang lain untuk tetap bertahan.” Alden menghela napasnya dengan berat sebelum melanjutkan ucapannya. “Yuan, dia menemukan cara membuatmu lebih cepat sembuh dan hanya akan menghabiskan waktu lebih sedikit untuk tidur. Dia bilang ada buah, aku tidak tahu apakah itu, tetapi buah itu bisa membuatmu pulih lebih cepat,” ucap Alden meberikan gambaran tentang buah tersebut.“Di mana mendapatkannya?” tanya Rafael antusias sementara Alden menggelengkan kepala.“Aku sendiri juga tidak tahu, tidak ada keterangan di mana buah itu bisa didapat. Sepertinya kita masih perlu ke ruang terlarang lagi,” jawab Alden.Rafael berdiri dan mendekat ke arah Alden. “Kakek menyuruh Yuan ke ruang terlarang!”Mata hitam Rafael seakan ingin membakar pria di depannya dengan api kemarahan. Dia benar-benar tidak menyangka pria yang ada di depannya sanggup menyuruh Yuan melakukan hal berbahaya.“Itu hanya perpustakaan, Rafael,” balas Alden dengan santai.“Kakek tahu kenapa itu di
“Ayo berangkat!” seru Rafael yang sudah bersiap di atas kuda. Dia menarik tali kekang dan kuda itu pun berjalan diikuti sebuah kereta kuda.Yui melihat Rafael dari jendela kereta kuda, dia terlihat cemberut karena tidak diperbolehkan berkuda. Sementara Yuan, dia bernyanyi sepanjang jalan mengumpulkan para spirit yang mengikuti kereta kuda mereka. Kerlap-kerlip spirit terlihat begitu indah seakan kereta kuda mereka adalah kereta dari negeri dongeng.“Yui, spiritnya tidak sebanyak kemarin,” gumam Yuan memperhatikan para spirit yang mengikuti mereka.“Kenapa tidak kau nyanyikan lagu yang kemarin, lagu dari buku Istana Es,” usul Yui. Yuan mengangguk dan mengeluarkan kertas yang ada di saku bajunya. Perlahan dia membuka lipatan kertas tersebut lalu mulai bernyanyi.Pertanian Besar tidak terlalu jauh, perjalanan tidak akan lama. Yuan berusaha mengumpulkan spirit sebanyak mungkin sebelum sampai di sana.Namun, kereta kuda tiba-tiba berguncang dengan hebat, Yui dan Yuan saling berhimpitan kare
“Ya, aku akan selalu menjagamu, Putri Yui,” ucap Yoru.Pria itu berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Yui. Sementara Yui tetap diam menatap dirinya yang berada jelas dalam dunia mimpi.“Bukankah aku sudah menyegelnya,” ucap Yui dalam hati.Yoru yang melihat Yui diam berusaha menggapainya. Dia mendekati Yui dan berjongkok di depannya. Yoru ingin sekali membelai wajah cantik Yui. Saat tangannya hendak menyentuh Yui kobaran api berwarna jingga mengagetkannya.“Menjauhlah!” Suara dari kobaran api tersebut.Kobaran api itu semakin membesar hingga membentuk sebuah tubuh. Perlahan, semakin jelas bentuk dari api tersebut. Sosok pemuda dengan rambut jingga dan baju layaknya bangsawan dengan warna hitam dan jingga mengendalikan api di sekelilingnya.“Aku Suzaku sang Phoenix,” ucap pemuda itu memperkenalkan diri.Mata Yui takjub dengan wujud Phoenix, Suzaku, selama ini dia selalu berpikir itu adalah sebutan burung api tersebut, ternyata Suzaku adalah nama dari burung api tersebut.“Suzaku?” gum
Rafael melihat ke atas. Serangan ke arah Yuasa masih belum berkurang. Dia melihat barrier yang dibuat Rosaline sudah diambang kehancuran.“Barrier!” teriak Rafael membuat pelindung untuk naga emas tersebut tepat saat barrier Rosaline hancur.“Yuan, apa kau bisa terbang dan membantu Yuasa?”Yuan yang saat ini menyerang dengan pedang es miliknya mengangguk. Dia menjauh dari pertempuran. Orang-orang yang menjadi lawannya kini berhadapan dengan Rafael. Yuan bersiap dengan wujud barunya, sayap hitam di punggung terlihat mengembang dan dua tanduk di kepala. Dia meluncur terbang ke atas awan, menuju ke tempat sang naga emas.Anak panah yang menuju ke arah naga emas itu dihempaskan dengan angin kencang yang dibuat oleh makhluk kecil bersayap bulan sabit, Krisan. Makhluk itu mengikuti Yuan dan mulai menyerang musuhnya.“Kakak!”Yui mendekati mereka dengan mengendarai Seiryu. “Yuan, Kakak, ikuti aku!” teriak Yui.Rafael melindungi mereka yang berusaha untuk pergi dari pertarungan. Pertarungan m
Aula menjadi hening saat Erina masuk. Kedua ayah dan anak hanya memandang sosok yang baru saja melewati pintu aula.“Berikan undangan itu padaku!”Suara wanita itu terdengar jelas dan penuh penekanan. “Permaisuri Erina, Rains bilang dia setuju dengan perjodohan ini,” ucap Raja Edward saat wanita itu masih berjalan ke arahnya. “Benar, Ibunda, saya tidak menolaknya jadi….” Belum sempat Rainsword menyelesaikan ucapannya, wanita itu menatap tajam ke arahnya sehingga nyalinya menciut. “Berikan undangannya!” Erina mengulurkan tangan meminta undangan yang ada di dalam surat tersebut. “Ibunda?” Rainsword merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi ibunya. Dia tidak terlihat senang. “Rains, apa kau bisa membuat Putri Fiona menjadi permaisuri dan tinggal di Silverstone? Kau lupa dia putri satu-satunya Ratu Esmeralda? Dia calon ratu berikutnya.” Mata biru shapire itu menatap Rainsword begitu dalam. “Bukankah tidak masalah, Ibunda? Fiona bisa menjadi ratu meskipun sudah menikah
Kerajaan Silverstone. “Yang Mulia, ada surat untuk Anda.” Seorang pengawal masuk dan menyerahkan gulungan perkamen dengan segel di atasnya. “Terima kasih.” Raja Edward memperhatikan gulungan tersebut. Segel yang menutup surat tersebut terlihat tidak biasa. “Lambang Kota Avari!” Mata Raja Edward membelalak dan berseru keras hingga pengawal yang baru saja berbalik menoleh kembali. Sementara seorang pengawal lain baru saja datang memberi salam hormat dan melapor, “Lapor Yang Mulia, Pangeran Rainsword telah tiba di istana bersama dengan Penjaga Dunia Bawah Rafael Blackdragon dan Putri Yui.”Raja Edward kembali duduk dengan tenang. Dia berusaha terlihat biasa meskipun tangannya gemetar dengan surat dari Kota Avari. “Biarkan mereka masuk.” “Siap, Yang Mulia!” Pengawal itu memberi hormat dan berbalik kembali untuk menjemput Pangeran Rainsword dan yang lain. Aula kerajaan kembali sepi, Raja Edward membuka surat tersebut secara perlahan. Dia membaca isi surat tersebut dengan hati-hati. S
Ratu Esmeralda menopang dagu dengan satu tangan. Tangannya yang lain membolak-balik berkas yang tertumpuk rapi di depannya. Dia mendongak saat pintu ruang kerjanya diketuk. “Masuk dan tutup kembali pintunya!”Fiona berjalan perlahan setelah menutup pintu. Tamu mereka sudah pergi dua hari yang lalu. Mereka pergi setelah Pangeran Yuan siuman.“Salam, Ibunda Ratu,” ucap Fiona dengan penuh rasa hormat. “Duduklah Fiona,” perintah Ratu Esmeralda. Dia membalik berkas yang ada di depannya ke arah Fiona. “Pilih satu di antara mereka untuk menjadi calon pendampingmu.”Fiona terdiam di kursinya. Dia hanya menatap tumpukan berkas yang sudah terlihat dari sampul atasnya. Berkas biodata para pria bangsawan terbaik di Kota Avari. “Ibunda Ratu, bolehkah saya memilih pendamping sendiri.” Suara Fiona bergetar, dia sudah pernah bersitegang dengan ratu karena tidak mau berpaling dari Rafael.“Lupakan Rafael, aku tidak pernah mempermasalahkan siapa pilihanmu selama dia juga bersedia. Rafael tidak mengi
“Krisan, kumpulkan semua debu peri di sekitar sini!” perintah Yuan. Makhluk kecil dengan sayap berbentuk bulan sabit melayang dan berputar hingga membentuk pusaran angin. Angin yang berputar menghempaskan semua debu peri yang menempel pada dedaunan. Debu peri keemasan melayang-layang dan berkumpul dalam satu titik. Yuan mengambil sebuah kantong kecil dari cincin permata penyimpanan dimensinya. Krisan pun memasukkan debu peri ke dalam kantong tersebut. Yuan menutup kantong dan memasukkan kembali kantong yang berisi debu peri ke dalam cincin permata penyimpanan dimensi. Eirlys yang memperhatikan Yuan menghela napas dan terlihat murung. Dia begitu iri setiap kali melihat penyimpanan dimensi. Kota Naga memiliki semua benda yang dia inginkan, sayangnya dia sendiri tidak memiliki uang untuk membelinya. Status putri hanyalah status. Dia bahkan tidak memiliki benda berharga. Yuan melihat Eirlys yang murung mengambil inisiatif memperlihatkan kegunaan debu per untuk menghiburnya. “Eirlys,
Malam semakin larut, tidak ada tanda-tanda Yuan akan siuman. Eirlys merasa matanya sudah semakin berat. Dia mengeratkan jubah Lixue dan bersandar pada akar pohon peri yang menyembul ke permukaan tanah. Menarik tubuh Yuan supaya terlindung dari angin malam, setidaknya ceruk di antara akar pohon cukup nyaman untuk bermalam beratapkan bintang. “Selamat malam, Yuan.” Eirlys memejamkan matanya. Dunia peri terasa begitu damai. Semilir angin malam yang dingin pun terasa menentramkan hati. Perlahan-lahan debu peri bertebaran di sekitar mereka seakan memberikan perlindungan. Debu peri masuk ke dalam tubuh Yuan, memberinya energi hingga penuh. Tak hanya Yuan, debu peri juga masuk ke dalam tubuh Eirlys mengisi energinya yang habis. “Eirlys … Eirlys ….”Kedua mata Eirlys seperti diberi perekat, susah sekali terbuka meskipun ingin. “Eirlys bangunlah!” Suara lembut dan juga terasa sentuhan di bahu Eirlys, mengguncangnya perlahan. Eirlys menggunakan tangannya untuk mengusap kedua mata yang sulit
Eirlys dan Lixue sudah berada di sebelah Xavier. Pria jangkung itu menggendong Pangeran Yuan yang belum sadarkan diri. Sementara Ratu Esmeralda membubarkan semua peri yang ada di sana, hanya tersisa Fiona seorang. “Bagaimana kondisi Pangeran?” Sang ratu berjalan dengan anggun dan berhenti tepat di depan Xavier. Dia memeriksa pergelangan tangan Pangeran Yuan. “Yang Mulia, Pangeran hanya kelelahan. Energinya habis sehingga dia pingsan,” jawab Xavier dengan suara lembut penuh hormat. “Ibunda Ratu, bagaimana kalau Pangeran Yuan beristirahat di ranjang es, bukankah dia akan cepat sembuh?” Fiona teringat dengan Rafael saat itu, untuk mempertahankan hidupnya Rafael dibaringkan di ranjang es. Xavier menyela, “Putri Fiona, itu tidak perlu. Pangeran hanya butuh istirahat sejenak untuk memulihkan energinya.” “Kalau begitu biar ku mainkan harpa.” Eirlys mengeluarkan harpanya. Belum sempat tangannya menyentuh senar, tubuhnya limbung. “Eirlys!” Lixue dengan sigap menopang Eirlys yang hamp
Ratu Esmeralda berdiri dengan anggun di bawah pohon peri. Langit terlihat masih biru dengan semburat jingga dari sang surya yang mulai bersembunyi ke peraduan. Angin yang bertiup membawa suara alunan harpa, menyentuh kesadaran hingga menjernihkan pikiran.“Apa yang ingin Pangeran katakan?” Yuan membungkuk memberi hormat sebelum kembali berdiri tegak. Dia menatap awan di langit. “Yang Mulia pasti sudah merasakannya, kekuatan harpa tersebut bukan harpa biasa.”Yuan terdiam, menunggu reaksi dari sang ratu peri.Wanita itu menoleh ke arah Yuan, mengibaskan jubahnya dengan anggun lalu mulai duduk di atas rumput. “Ya, kekuatan harpa ajaib, aku pernah mendengar harpa itu dimainkan oleh seorang elf yang sempat mampir ke istanaku. Kejadian itu sudah sangat lama, tak kusangka kudengar kembali dentingan senar dari harpa itu. Sayangnya, ilusi yang dia berikan terlalu kuat.”“Namanya Roya Ashlyn, dia bukan manusia juga bukan bangsa kristal. Saya belum tahu pasti makhluk seperti apa wanita ini seb
Eirlys menatap Xavier juga kakaknya yang terlihat canggung dengan aksesoris barunya. Kedua telinga yang berhias dandelion terlihat begitu manis, tidak cocok dengan tampang keduanya. Gadis itu berusaha tidak melihat dan menahan tawa, akan sangat memalukan bagi mereka jika sampai ditertawakan. Sementara Fiona telah sampai di depan celah dimensi bersama Eirlys. Di hadapan mereka berdiri seorang wanita cantik dengan rambut kemerahan panjang hingga menyentuh tanah. Gaun dan jubahnya berwarna hijau dengan bordir dan salur warna merah muda. Sebuah mahkota besar menghiasi puncak kepalanya. “Fiona, siapa dia?” Suaranya terdengar mendominasi ada tekanan kuat dan menuntut jawaban saat itu juga. Tatapan wanita itu tajam, menatap dengan memicingkan mata. Tongkat di tangannya masih tegak berdiri dengan tekanan kekuatan yang tak biasa. Dia mengendalikan tanaman dan mengurung beberapa orang di depan celah dimensi. Wanita ini sedang mengendalikan orang-orang yang berusaha mendekati celah dimensi. “
Pohon besar itu seakan memicingkan matanya, menatap Yuan lekat-lekat. “Kau mirip dengan seseorang,” ucap peri pohon perlahan.“Kurasa yang kau temui itu Yui, saudara kembarku. Aroma kami sama,” jawab Yuan. Yuan menebak jika peri pohon lebih mengandalkan indra penciuman daripada penglihatannya.“Yui? Ya, aku ingat nama itu. Dia gadis kecil dengan aroma khas, seperti dirimu.” balas peri pohon dengan seutas senyum yang terlihat aneh di wajah pohonnya. Dia kemudian mengangkat Yuan ke atas pohon. “Berpeganglah erat, akan kuantar ke Avari.” “Tunggu!” seru Yuan dengan suara lantang. “Aku tidak sendiri, bisakah Anda juga mengantar teman-temanku?” Yuan menunjuk Eirlys dan yang lain. Peri pohon terdiam, tampak berpikir keras. “Aku akan bernyanyi untukmu jika Anda bersedia membawa mereka bersamaku,” tawar Yuan. Peri dikenal menyukai nyanyian.“Baiklah, bernyanyilah sampai batas terluar desa, kalau suaramu bagus baru akan kupertimbangankan membawa kalian ke Avari,” balas peri pohon tersebut.