Beranda / Romansa / Rain Sound / Shuttle bus

Share

Shuttle bus

Penulis: Chaeyoun_byuna
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-17 20:06:50

Shuttle bus terlihat lebih sepi, apa anak-anak sudah pada di dalam bus? Kalo iya pun, kenapa supirnya tak mau menunggu gadis itu. Oza berjalan mendekati kursi yang tersedia. Dia menatap kendaraan yang melintas dan berlalu lalang di jalanan besar itu.

Gadis itu menunggu dengan bosannya. Saat ia berdiri dan berjalan menyusuri trotoar, tiba-tiba saja sebuah motor mengotori seragamnya.  Oza terkejut dengan kejadian barusan dan menatap kendaraan itu dengan galaknya. Tanpa sadar gadis itu merapal doa yang membuat sang pengendara motor sial. "Allah gak tidur, gue yakin sebentar lagi pasti motornya mogok karena ngotorin baju gue!" Gumamnya sambil menghentakkan kaki.

Cowok itu mendengkus saat tiba-tiba saja motornya jadi mogok. Anak itu menoleh pada Oza yang masih berjalan santai. Dia memincingkan matanya tajam dan menyalang pada gadis itu.

Badra Ardansyah Lubis. Name tag yang tertera pada seragam kerjanya itu langsung Badra copot dan memasukkannya ke dalam saku seragam. Cowok itu melipat lengan seragamnya kemudian berjalan menghampiri Oza seakan meminta pertanggungjawaban gadis itu.

Oza yang masih di depan shuttle bus melotot kaget ketika orang yang baru saja lewat menghampirinya. "Lo nyumpahin gue ya, kenapa tiba-tiba motor gue mogok?" Tanyanya dengan nada dingin. Pernyataan itu mampu membuat alis Oza berkedut bingung.

Kok tau? Cenayang ya?

Gadis itu menganga lebar dan kemudian mengatupkan bibirnya rapat. Seketika anak itu jadi tak bisa membuka mulutnya lebar-lebar karena takut dengan cowok itu.

Oza berdeham mengontrol desir jantungnya yang berpacu lebih cepat, "ekhem! Saya gak kenal sama kakak, kenapa saya harus banget serapahin kakak" Badra yang menatapnya tajam jadi mencondongkan tubuhnya dan itu mampu membuat gadis itu kaget sekaligus ketakutan.

"Bisa dipercaya?" Gadis itu mengangguk cepat lalu bus datang. Oza melangkah kakinya setengah berlari dan masuk ke dalam bus.

Badra masih menatap wajah gadis itu dari pinggir jalan. Gadis itu yang merasa malu membuang muka tak mau menatap balik cowok itu. Ini baru hari pertama ketemu saja sudah cukup membuat dia sport jantung apalagi tiap hari? Selesai sudah hidupnya.

Gadis itu mengumpat pelan dan mengalihkan pandangannya dari jendela. Ada yang berdentum dalam diri Oza, dia memegangi dadanya yang masih terasa degubannya. Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya pelan lalu menggumam lirih, "apa sih, lo tetap akan suka sama kak Bahrain." Oza menyandarkan tubuhnya pasrah. Kemudian menutup matanya secara perlahan sambil menikmati angin.

Setelah sampai rumah gadis itu langsung membuang tasnya ke atas sofa rumah. Dia membanting tubuhnya ke atas sofa itu dan mencak-mencak mengingat kejadian tadi. Bunda yang memperhatikan tingkah putri bungsunya dari dapur mendengus geli. "Kamu kenapa sih?" tanya bunda heran. Oza kaget dan membenarkan posisinya.

"Gak apa-apa, bun. Cuma capek ajh."

"Udah tau mau pkl di mana?" gadis itu membeliak kaget. Dia memekik keras sehingga mendapat timpukkan bantal kamar dari sang kakak.

"OUH IYA! AKU LUPA PENYALURAN PKL?! ADUH GIMANA NIH!! NANTI KALO GAK ADA NILAI GIMANA?! GIMANA BUN! GIMANA! OH MY GODS AKU HARUS TELPON PURI?!!" Oza yang heboh sendiri langsung mencari handphonenya di dalam tas sekolah.

Brakk

"Bacot?!" serunya kesal. Gadis itu menatap sang kakak dengan pongah kemudian melanjutkan pencariannya.

Bunda yang mendengar suara anaknya yang kaya toa. Mengusap telinganya pelan lalu melengang pergi ke dalam kamar.

Arasya. Kakak dari Griloza itu tak percaya jika adiknya bisa mendapatkan tempat PKL yang sangat bagus.

Bahrain menatap wajah perempuan yang terus memaksanya untuk melakukan hal yang tidak disukainya. Bertepatan dengan hari Rabu malam itu. Dirham memandang rendah.

Dirham tau jika anak itu tak betul-betul membuat pilihan yang salah bagi nama baiknya. Namun jika benar pendirian Bahrain karena seseorang yang bukan berasal dari kalangan mereka tentu akan sangat dipastikan Dirham menolak untuk menerimanya.

Bahrain masih belum peduli dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah. Sampai sedetik kemudian dia melihat bingkai frame yang digenggam erat oleh ayahnya sengaja dijatuhkan di depannya. Matanya menatap tajam wajah tegas Dirham yang mulai berlalu begitu saja tanpa mau menolehkan kepalanya dan menatap raut muka Bahrain.

Pemuda itu tersenyum sinis begitu memandang dengki sang ayah yang notabenenya telah membesarkannya selama ini. Bahrain melenggang ke arah kamarnya dan masuk begitu saja sembari membanting pintu kamar yang terbuka dengan kencangnya.

Setelah menelpon Puri dan mengatur waktu pertemuan untuk membahas mengenai PKL. Oza menatap bengis kakaknya yang sedang duduk bersila di lantai dengan menekuk tangannya di depan serta cemilan yang tak lepas dari dekapannya. "bagi," rebut Oza yang langsung menarik cemilan itu. Wajah cantik Arasya merenggut kesal ketika cemilannya direbut oleh adiknya itu.

Wanita itu beranjak dan mengambil kunci motor yang menggantung dipaku dekat lemari gantung belakang. Oza terus saja melirik jam tangannya dengan tenang. Saat ponselnya kembali berdering lagi dan itu mampu membuatnya tersedak makanan yang lagi dikunyah olehnya. "Shit!" umpatnya begitu saja dan langsung meraih ponselnya yang tak mau berhenti berdering.

Gadis itu membelalakkan matanya lalu memejamkan sesaat sambil memijit pangkal hidung yang mulai pening. Oza bergegas lari ke arah kamar untuk mengambil Hoodie sweater miliknya. Gadis itu merapikan pakaian serta rambutnya yang panjang. Oza meraih ponselnya yang masih tak mau berhenti berdering. Saat Puri sudah siap memaki, gadis itu lebih dulu memaki dirinya. "Woy lama am---" Puri langsung bungkam ketika mendengar suara teriak merdu temannya itu.

"SABAR MAEMUN?!" pekik Oza tak sabaran dan langsung mematikan ponselnya.

Gadis hendak berpikir untuk meminta izin pada bunda. Namun setelah dipikir-pikir lagi itu akan percuma mengingat bundanya tak terlalu peduli anak-anaknya mau pergi ke mana, ke mananya.

Oza berjalan kaki ke arah shuttle bus yang biasa digunakan untuk ke sekolah. Saat berhenti di perempatan jalanan, seseorang dengan sengaja mencipratkan air kubangan kotor. Matanya melotot kaget dan langsung berteriak keras. "Maaf gak sengaja," ucapnya santai. Mata bulat Oza masih belum kembali normal.

"Lo-!" tunjuk Oza yang tak terima pakaiannya dikotori begitu saja oleh pemuda itu. "He! Punya matakan?! Pake!? Allah ngasih lo mata buat digunain bukan buat panjang!" omel Oza panjang lebar namun hanya di dengarkan oleh pemuda itu tanpa memberikan respon terhadap si gadis.

Saat Oza menghentikan cacian itu. Pemuda itu mengulum bibirnya tipis lalu menghembuskan nafasnya pelan. "Udah?" tanya Badra yang memperhatikannya dari tadi hanya mengoceh saja.

Gadis itu mengangguk kesal dan Badra kembali menggerakkan mesin motornya pergi meninggalkan dirinya tanpa mau meminta maaf terlebih dahulu. Oza mengepalkan tangannya marah lalu kembali mengumpat dalam hati dan menyerapahi cowok itu.

Bab terkait

  • Rain Sound   Master cinta berbicara

    Rain Soundjomblo relatif yang gak relatif itu rasa nyamanHari ini maksud dari perginya Oza adalah mencari tempat PKL. namun siapa tau kalau dirinya akan menimba ilmu di tempat calon mertuanya. Tentunya itu dalam mimpi gadis itu pastinya. "Lo yakin ini tempatnya?" tanya Oza agak ragu. Karena tempat ini tak seperti kantor kecil melainkan perusahaan besar seperti kantor yang ada di perumahan elite."Ya yakinlah!" ujar Puri terlihat meyakini Oza. "Mau dapat tempat PKL kan? udah di sini ajh." Oza masih belum terlalu yakin dengan pilihan Puri. Tapi gadis itu sudah menghubungi dua temannya untuk ke sini.Bahrain menunggu sampai orang yang akan dipekerjakan oleh ayahnya datang. Dalam hal ini dia tak mau banyak ada perdebatan tentang bagaimana watak sang ayah. "Nanti kalo ada cari saya, panggil di ajh di ruangan itu," t

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-17
  • Rain Sound   Cuci piring

    Rain SoundOza tak bisa berhenti mengukir senyuman manisnya saat tau bahwa pemuda itu bos tempatnya magang. Gadis itu berguling-guling di atas kasur sambil mengembangkan senyumnya itu yang tak berhenti terbayang.Rasanya seperti ingin berteriak dan langsung memeluk tubuh pemuda itu dengan erat. Namun apa daya dia hanya seutas makhluk mikroba.Suara pintu yang terketuk membuat kepala gadis itu menoleh dan berhenti bertingkah konyol. Oza masih menganga ketika menatap wajah orang yang selalu ingin membuatnya teriak-teriak mengamuk. "Lo ngapain di kamar gue?!" Galaknya yang menaruh kedua tangannya di samping.Badra menukik satu alisnya heran kemudian mendengus dingin. "Bilang kakak lo, gue pulang." Ucap, Badra tanpa memberikan penjelasan lebih.Oza menipiskan bibir lalu berlari ke arah jen

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-17
  • Rain Sound   Kelas yang ngebosenin

    Rain soundSaat hening menyapa tak ada siapapun yang bisa menyadari kehadiran mereka, namun saat sang luka menyapa jelas kita bisa menyadari atas kehadirannya.Tentu ini membuat kita sadar bahwa tak selamanya indahSudah jam pelajaran kedua tapi gurunya masih belum masuk ke dalam kelas. Oza sudah mulai jengah dengan suasana kelasnya yang tak jelas. Saat lagi mainan pulpen guru kewirausahaan masuk dan membagikan sebuah lembaran laporan untuk tugas PKL nanti. "Baik, anak-anak yang sudah dapat tempat buat kerja lapangan maju ke depan ya." Seru Bu Purwa. Oza mendorong Puri untuk menjadi perwakilan kelompok mereka. Saat Puri berdiri nama gadis itu sudah disebut. "Griloza?" Oza mendengus lalu melangkah dengan malas sambil mengangkat tangan kanannya."Saya..." Ucapnya, malas.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-18
  • Rain Sound   Hari pertama masuk pkl

    Rain SoundSore itu. Oza berserta teman-temannya melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil disekolah. Sudah biasa dengan jadwal sekolah yang selalu pulang sore, tak membuat gadis itu banyak mengeluh. Karena itu adalah hari pertama masuk PKL dia akan memberikan hasil yang maksimal pada yang lain.Puri mengusap peluh keringat yang mengucur deras dari keningnya. Dia berjalan menyusul saat dirinya habis dihukum guru matematik. Anak perempuan itu tak terlalu suka dengan cara mengejar gurunya itu kenapa. Puri selalu tidur di kelas pada jam pelajaran tersebut. "Capeknya tuh kan main," ujar Puri yang agak terengah.Oza menggeleng cepat kepalanya. Lalu membuka pintu mobil Nida yang tak terkunci. "Emang lo ngapain?" Tanya Vera yang memberikan handuk kering. Puri menerima uluran itu dan langsung rebahan di jok belakang mobil. 

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-19
  • Rain Sound   Birthday

    Rain soundTepat jam dua belas malam nanti Oza berulang tahun yang ke delapan belas tahun. Bunda, ayah dan Arasya sudah menyiapkan kejutan untuk adiknya tercinta. Malam itu ketiganya tak bisa tidur karena akan membuatkan surprise yang gak akan pernah bisa dilupain sama anak itu."Hari ini--- maksud bunda nanti malam jam dua belas ntar. Oza ulang tahun, kalian siapkan?" Keduanya mengangguk mantap. Dan mengeluarkan conveti yang buat nanti kejutan."Undang teman-temannya, Bun. Biar tambah rame," usul ayah yang disetujui sama Arasya. Bunda memutar bola matanya malas.Bunda melangkah tanpa peduli dengan kicauan dua orang yang ada dibelakangnya itu. Ayah masih me

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-20
  • Rain Sound   Party

    Rain SoundMalam itu semua teman-temannya datang. Keluarganya tak mengadakan acara ulang tahun yang mewah. Namun pestanya terlihat sederhana tapi glamor, semua barang kelihatan branded padahal harga mana ada yang tau. "Bunda, ini kan palsu." Tegur, ayah yang menatap bunda lagi menata ruang tamu.Bunda menyuruh ayah diam dan mengecilkan suaranya agar tidak kedengaran sama teman-teman dari anaknya. Bunda menggebuk punggung ayah karena membahas tentang ini di depan umum. Saat ramai, Arasya memandang wajah kedua orang tuanya dengan pandangan menyelidik. "Ayah! Jangan kenceng-kenceng! Kalo kedengaran gimana?! Nanti adek malu!" Omel, bunda dan ayah hanya tercengir tanpa dosa.Oza mesem-mesem gak jelas saat melihat Bahrain datang. Senyumnya sirna ketika dibelakangnya ada sosok lainnya. Gadis itu menggerutu kesal. Dia tau siap

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21
  • Rain Sound   Datang tanpa di dugaan

    Rain SoundJam yang Menunjukkan sudah waktunya tidur tak bisa membuat gadis itu terlelap pasalnya, ia terus kepikiran sama pernyataan— lebih tepatnya pengungkapan rasa tertarik Badra terhadap dirinya. Oza mengusak rambut kasar, karena jujur ajh dia belum mau move on dari first love nya.Impresionnya terlalu jelek saat bertemu dengan cowok Lubis itu, namun ia juga tak bisa mengatakan kalau kesan pertamanya terhadap Bahrain dibilang bagus juga. Akan tetapi dia harus tidur cepat dan tak boleh kesiangan jika mau bertemu dengan Bahrain.Bahrain itu terlalu rajin walaupun hanya sekedar datang dan pulang lagi. Tentu itu akan menambahkan nilai plus dimata gadis itu, ponselnya berbunyi dan itu membuat Oza melirik kesal. Saat

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-22
  • Rain Sound   Pertemuan jenis apa ini?

    Rain soundOza melongo saat di depannya ada perempuan lagi meluk-meluk Bahrain dengan manjanya, dan pemuda itu tanpa tau malu membalasnya tak berpikir ada dirinya dibelakangnya. Seketika ia menyesal telah mengikuti apa mau Bahrain, kenapa tadi gak dia tolak ajh ya? Sekarang dia harus apa? Gak mungkin juga dirinya pulang tanpa menemui orang yang mengajaknya kemari kan?Oza mendengar perempuan itu berbicara sambil merengek kecil, itu kontan membuat Bahrain menoleh dan menatap gadis yang lagi berdiri tak jauh darinya penuh pengharapan. Tunggu. Pengharapan jenis apa yang diinginkan cowok itu?"Kak Bahrain gak mungkin tega ninggalin gue di sini," gumam Oza pelan dan kembali berpikir kemungkinan terburuknya hal itu terjadi. "Mungkin ajh, kalo ada nenek lampir itu?"Bahrain menghampirinya tiba-tiba pemuda tak enak mengatakan hal yang menolak kein

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23

Bab terbaru

  • Rain Sound   Epilog

    3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.

  • Rain Sound   Lamaran

    Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s

  • Rain Sound   Forgive me

    Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit

  • Rain Sound   Be mine?

    Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya

  • Rain Sound   Hati yang baru

    Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza

  • Rain Sound   Memaafkan mereka

    Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta

  • Rain Sound   Untuk terkasih

    Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap ke arah jendela merupakan hal lumrah baginya ketika sedang melamun sendiri dikamar, perempuan itu agak tersenyum memaksa ketika kedua orang tuanya mendadak harus keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Sendirian di rumah bukanlah kegiatan lama setelah sepeninggalan Arasya memiliki keluarga sendiri, namun bukannya sudah waktunya juga bagi Oza untuk mencari pengganti Badra? Perempuan itu tak memunafikan dirinya sendiri, jika ia sudah bisa melepas semua masa lalunya bersama pemuda itu. Akan tetapi dirinya juga perlu untuk berbahagia dengan masa depannya sendiri, mungkin. Puri yang sudah ribut meminta agar diberikan keponakan dari perempuan tersebut tidak mau menghentikan aksinya yang sudah terjadi sejak beberapa hari lalu. Ponselnya bergetar ketika mendengar suara sang penelepon berbicara, perempuan itu agak mengerutkan keningnya heran. “Hallo?” Ujarnya. Tak ada suara atau balasan dari sang penelepon

  • Rain Sound   Rencana move on

    Puri mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh sang dosen ketika mendengar penuturan sang dosen tentu saja ia tak begitu fokus pada apa yang dijelaskan sang dosen dan pastinya ia sendirian, karena terlalu malas untuk berurusan dengan dosen hukum membuat sang teman memilih setia diluar. Oza menunggunya dengan bosan selama berada diluar ruangan tersebut bukan apa-apa, tetapi dirinya berdiri di sana sejak jam mata kuliah ketiga selesai dan lebih parahnya lagi ketika Puri mengajaknya untuk mengantar ke ruang dosen perempuan tersebut mengiyakan tanpa berpikir panjang, ... Setelah selesai melakukan perdebatan tersebut di dalam Puri keluar dengan wajah kesalnya. Ah ya perempuan itu juga langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu dan tak menolehkan kepalanya pada Oza, itu cukup membuat gadis cantik itu terkejut dengan sikap acuh Puri. “Buat apa loe ajak gue kalo gue dikacangin kaya gini Pur?” “Ya biar loe gak bosen,” ujar sang lawan bicara. Oza mendengkus panjang

  • Rain Sound   Tiada asa

    Oza tak bisa mengerti demi letak kesalahannya selama ini, perempuan itu selalu mengikuti keinginan pemuda yang kini tengah merajut kasih dengan wanita lain, perempuan itu menatap lurus dirinya yang juga tak berubah dari hari sebelumnya. Namun keadaannya begitu berantakan karena patah hati pertamanya kemarin, ia akui itu adalah patah hati pertamanya yang paling hebat hingga membuat dirinya tak bisa terlelap dalam tidurnya. Arasya dan keluarganya telah pergi meninggalkan rumahnya— rumah orang tua mereka, beberapa hari lalu ketika gadis itu sedang dalam keadaan tak baik. Oza tak bisa mengantarkan sang kakak perempuannya pergi ke rumah baru dengan benar, ... Namun perempuan itu berjanji akan datang jika ia memiliki banyak waktu senggang. “Kamu tuh jangan ngegalau aja kerjaannya! Bantu bunda sini!” Omel bunda yang melihat sang bungsu terpaku dalam lamunannya.“Gak mood, Bun.” Lengosnya yang menaikki tangga rumah menuju kamarnya, ... Gadis

DMCA.com Protection Status