แชร์

Bab 43

ผู้เขียน: Iftiati Maisyaroh
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-28 18:47:46

02:15 Dini Hari

Mobil hitam berisi Gala dan Kalingga melaju tanpa henti, menembus jalanan sunyi menuju sebuah tempat yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Bangunan itu berdiri kokoh di tengah lahan luas, tersembunyi dari keramaian kota. Rumah persembunyian yang hanya diketahui segelintir orang kepercayaannya.

Begitu mobil berhenti, Gala keluar lebih dulu, lalu membungkuk untuk mengangkat Kalingga ke dalam. Wanita itu masih memberontak, tetapi tak cukup kuat untuk melawan genggaman eratnya.

"Pak Gala, lepaskan saya! Saya bisa berjalan sendiri." Kalingga meronta, tangannya mendorong dada bidang pria itu.

Gala tidak menghiraukan. Dengan langkah tegap, ia melewati lorong rumah itu, lalu membuka pintu kamar yang telah ia persiapkan. Sebuah ruangan luas dengan nuansa hangat, ranjang besar di tengah, dan jendela besar yang menghadap ke kebun belakang.

Ia menurunkan Kalingga perlahan di atas ranjang, tapi sebelum wanita itu bisa bangkit, Gala mena
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Rahim yang Tergadai   Bab 44

    Sementara itu, di kamarnya, Selena memegang perutnya yang terlihat membesar. Wajahnya pucat, dan matanya dipenuhi kebencian. Namun, saat itu juga, ia merasa ada sesuatu yang aneh."Kenapa aku tidak merasakan gerakan bayi ini?" gumamnya. Matanya menyipit, penuh kecurigaan."Suster!" panggilnya lantang, membuat seorang wanita berseragam putih berlari masuk dengan tergesa-gesa."Ada apa, Bu Selena?" tanya suster itu panik."Alat apa ini? Kenapa aku merasa sangat aneh?" bentak Selena, menunjuk perutnya.Suster itu terlihat gugup. "Saya hanya menjalankan tugas untuk menjaga Anda, Bu," jawabnya, berusaha tenang."Tapi alat ini ... apa gunanya?" desak Selena.Belum sempat suster itu menjawab, suara Sagara tiba-tiba terdengar. "Kamu telah gagal, Selena," katanya dingin, melangkah masuk ke kamar rawat khusus di rumahnya untuk Selena. "Bayimu sudah tidak ada. Gala membohongimu selama ini!"Kata-kata Sagara menghantam Sele

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-01
  • Rahim yang Tergadai   Bab 45

    Di sebuah vila tersembunyi di pinggiran kota, Gala baru saja selesai mengganti pakaian ketika ponselnya bergetar di atas meja. Ia meraihnya dengan cepat. Nomor anak buah yang mengikuti papanya. “Tuan Sagara telah membuat kesepakatan dengan Nyonya Selena. Dia ingin memastikan bahwa Nonq Kalingga tidak pernah melahirkan anak itu di bawah nama Anda.” Mata Gala menyipit. “Apa maksudmu?” "Dia akan menggantikan bayi Kalingga dengan bayi lain—dengan cara apa pun!" Darah Gala mendidih. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Ia tahu ayahnya adalah pria yang kejam dan penuh perhitungan, tetapi ini ... ini sudah di luar batas. Gala tidak menunggu lebih lama. Ia mengambil kunci mobil dan bergegas keluar dari vila, langkahnya penuh amarah. Bayu yang berjaga di luar sempat menatapnya heran. “Tuan, ada apa?” “Jaga Kalingga. Aku akan mengurus sesuatu.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-01
  • Rahim yang Tergadai   Bab 46

    Kalingga membuka matanya perlahan. Kepala dan tubuhnya terasa berat, seolah-olah telah tertidur dalam waktu yang lama. Aroma lembab menyengat hidungnya, bercampur dengan bau kayu tua dan debu. Cahaya remang dari lampu kuning menggantung di langit-langit, memberikan bayangan samar di ruangan tempatnya berada.Ia mencoba bergerak, tetapi tangannya terikat di belakang kursi. Napasnya memburu saat kesadaran mulai sepenuhnya kembali.Dimana ini?Jantungnya berdetak lebih cepat. Pikiran pertama yang menyeruak dalam benaknya adalah bayinya."Aku ... ya Allah, lindungi aku dan bayiku dari orang-orangyang berbuat dhalim, ya Allah," bisiknya, suaranya parau. Air matanya menggenang, ketakutan merayapi pikirannya.Sejak awal, hatinya selalu diselimuti kecemasan bahwa ia akan terpisah dari anaknya. Sekarang, ketakutan itu terasa semakin nyata."Ya Allah, hanya Engkau yang bisa menolongku," lirihnya. Ia menggigit bibir, berusaha menenangkan di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Rahim yang Tergadai   Bab 47

    Di sebuah ruangan gelap, dua pria berdiri berhadapan dengan ekspresi tegang. Salah satunya adalah Arga, tangan kanan Sagara yang telah lama mengabdi. Di depannya, seorang anak buahnya baru saja kembali dengan wajah penuh ketegangan."Apa yang kamu temukan?" tanya Arga dengan nada tajam.Anak buahnya menelan ludah sebelum menjawab. "Ini bukan suruhan Tuan Sagara. Bukan juga orang-orang Nona Selena. Tapi ada seseorang yang selama ini kita kira sudah mati."Arga menyipitkan mata. "Siapa?"Anak buahnya menarik napas dalam, lalu mengucapkan satu nama yang membuat Arga merasakan hawa dingin menyelusup ke tulangnya."Tuan Hastanta."Arga terdiam sesaat. Kemudian, matanya membelalak marah. "Jangan main-main!""Gua nggak bercanda, Bang. Gue 'dah cek langsung. Gelagat dan pakaian mereka sama!"Arga menggeram, segera merogoh ponselnya dan menekan nomor Sagara. Setelah beberapa detik, panggilan tersambung."Ada apa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
  • Rahim yang Tergadai   Bab 48

    20 TAHUN SILAM Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan yang gelap dan licin di daerah perbukitan. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, membelah malam dengan cahaya lampunya yang menerangi kabut tebal. Di dalamnya, seorang pria berusia awal 30-an mengemudi dengan gelisah. Di sampingnya, seorang wanita muda memeluk erat seorang bayi kecil yang tertidur pulas di gendongannya. “Mas, kamu yakin tidak ada yang mengikuti kita?” Suara istrinya, Lestari, terdengar penuh kecemasan. Hastanta, pria bertubuh tegap dengan rahang tegas, menggenggam kemudi lebih erat. “Aku tidak tahu, Tari. Tapi aku merasa ada yang tidak beres.” Jantungnya berdebar. Sejak beberapa bulan terakhir, ia dan keluarganya merasa seperti diawasi. Ada banyak kejadian aneh yang membuatnya curiga, tapi ia tidak pernah menyangka bahwa malam ini, firasat buruknya akan menjadi kenyataan. Sagara, adiknya, tidak pernah benar-benar menyayangin

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Rahim yang Tergadai   Bab 49

    Di ruang ICU, Mita terbaring tanpa nyawa. Monitor jantung yang sebelumnya berbunyi kini hanya menampilkan garis lurus.Sagara berdiri di ujung tempat tidur, menatap wajah istrinya yang kini telah pergi. Tangannya mengepal di sisi tubuh, matanya merah, tapi tak ada air mata yang jatuh.Ia tidak bisa menangis.Sagara tahu, ini semua salahnya.Keputusannya. Keserakahannya.Dulu, ia menganggap dirinya pria yang tak terkalahkan. Seorang pengusaha sukses dengan segalanya—harta, kuasa, dan keluarga yang harmonis di mata publik. Tapi sekarang?Ia kehilangan semuanya.Istri yang ia cintai telah tiada.Anaknya, Gala, kini membencinya.Dan bisnisnya?Hancur.Ponselnya bergetar di dalam sakunya, tapi ia mengabaikannya. Ia tak peduli lagi dengan semua panggilan itu.Namun, tiba-tiba suara gaduh terdengar dari luar ruangan ICU. Beberapa perawat dan dokter terlihat saling berbisik, sementara

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
  • Rahim yang Tergadai   Bab 50

    Kalingga duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Tangannya mencengkeram perutnya yang mulai terasa nyeri, namun bukan rasa sakit itu yang menguasai pikirannya.Hatinya bergejolak, pikirannya penuh dengan ketakutan.Dia tahu hukum dan syariat Islam. Dia tahu bahwa pernikahan harus sah di hadapan Allah, dengan wali yang benar.Dan sekarang?Kasno bukan ayah kandungnya.Hastanta—pria yang bahkan tidak pernah ia kenal seumur hidupnya—adalah ayahnya yang sebenarnya.Lalu bagaimana dengan pernikahannya dengan Gala?Apakah selama ini dia telah hidup dalam dosa?Pikirannya berputar-putar. Ia ingin meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja, tapi setiap kali ia mencoba berpikir jernih, hatinya justru semakin hancur.Jika pernikahannya tidak sah, itu berarti …Anak dalam kandungannya adalah anak yang lahir di luar nikah?"Astaghfirullah …." Kalingga meremas kepalanya, dadanya terasa ses

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
  • Rahim yang Tergadai   Bab 51

    Kalingga duduk di tepi tempat tidur, memandangi jendela yang terbuka. Angin sore menyentuh wajahnya, tetapi pikirannya melayang pada semua kekacauan yang baru saja terjadi. Ini semua salahku. Aku yang menyeret Ilman, Pak Cakra, dan Ibu Rinjani ke dalam masalah ini. Aku yang menyebabkan luka pada Ilman. Apa yang sebenarnya kupikirkan?Pintu kamar terbuka perlahan, Gala masuk dengan langkah berat. Matanya sembab, dan wajahnya terlihat lebih lelah dari sebelumnya. Ia berhenti di depan Kalingga, menatapnya dalam diam sebelum akhirnya duduk di kursi di dekatnya.“Kalingga ....” Gala memanggil namanya dengan suara berat. Ia meraih tangan Kalingga, menggenggamnya erat. “Maafkan aku,” ucapnya, dan untuk pertama kalinya, air mata mengalir di pipinya.Kalingga terpaku. Ia menatap Gala, tak pernah menyangka pria itu bisa menangis. Selama ini, Gala adalah sosok yang keras, tak tersentuh oleh emosi. Tetapi di hadapannya sekarang, Gala terlihat rapuh.“Apa yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05

บทล่าสุด

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tetap Bersama

    Mentari pagi belum sepenuhnya naik ketika Galen perlahan membuka matanya. Tubuh Maiza masih tertelungkup di dadanya, napasnya tenang, wajahnya damai. Malam panjang yang mereka ulang berkali-kali itu telah menguras seluruh tenaga dan emosi. Tapi Galen tersenyum kecil. Semua itu nyata. Dia kembali ke tempat yang seharusnya: pelukan Maiza. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh kekasihnya. Ia mengenakan kembali celananya, melangkah ringan ke dapur. Tangannya mulai bekerja: mengiris bawang, mengocok telur, menyalakan kompor, dan menyiapkan kopi. Sambil memasak, benaknya melayang ke masa lalu. Ingatannya menguar, sejelas aroma tumisan yang memenuhi udara. Di penjara, Kalingga—ibunya—datang bersama Gala dan Sagara. Pertemuan itu seperti lembaran hidup yang dicabik paksa. Sagara tak lagi segarang dulu, kini hanya pria tua penuh penyesalan. Ia bicara lirih, mengaku semuanya. Bahwa semua ini bermula da

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Menggila

    "Lakukan saja perintahku, NOAH!" bentak Maiza, suaranya meledak dalam kemarahan.Tak ada sepatah kata pun keluar dari Noah—sang asisten yang juga sahabat Galen. Ia hanya mengangguk singkat, lalu memutar balik kemudinya, melaju menuju tempat yang disebutkan Maiza.Perempuan itu terdiam, pikirannya sibuk menenun kegelisahan. Tatapannya kosong, mengarah lurus ke depan. Wajahnya datar dan dingin—tanpa jejak kesedihan, apalagi kebahagiaan. Namun perlahan, raut itu berubah. Menegang. Menyiratkan kemurkaan yang membakar.‘Kalau ini bukan halusinasi, aku harus tahu apa yang sebenarnya Galen sembunyikan dariku! Mungkin aku lemah di matanya, tapi aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa dia!’‘Sudahlah, Za ... ikhlaskan. Buka lembaran baru. Kamu Direktur Utama perusahaan multinasional sekarang—itu kesempatan langka! Gunakan baik-baik, Iza! Kamu bisa!’Suara-suara itu berisik di kepalanya. Saling tindih, saling beradu, seperti dua sisi dirinya t

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Lakukan Saja!

    "Apa ini bagian dari prank, Noah?" Maiza menggeleng dengan senyum kaku yang dipaksakan, meski air matanya telah jatuh tanpa disadari. Suaranya bergetar saat teriakannya pecah, “Ini nggak lucu!?” Ia menggeleng lebih kuat, mata terpejam rapat menahan denyut luka yang begitu dalam.Tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Lututnya lemas, jatuh meluruh ke lantai dingin. Ia terus menggeleng, tangisnya meledak bersamaan dengan wajah yang telah basah kuyup oleh air mata yang tak terbendung.“Galeeen,” panggilnya lirih, suara itu hampir tak terdengar. Tangannya mengusap dada, mengepal erat di sana. “Permainan apa lagi yang harus aku jalani, Tuhan ....” isaknya pecah, mengguncang bahunya dalam tangisan tersedu-sedu.———‘Ingatlah satu hal dariku, Mai ... kamu harus lebih tangguh dari masa lalu kamu. Semua yang kamu lalui adalah obat, meski pahit itu akan membuatmu lebih kuat. Lupakan yang telah ada di belakangmu, syukuri apa yang kamu jalani dan yakinlah bahwa

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Memilih Pergi

    Maiza masih terduduk di lantai, memeluk foto dan secarik kertas yang telah mengubah segalanya. Dada sesak, tangis mengalir tanpa bisa ditahan. Entah berapa menit berlalu dalam diam dan guncangan.Hingga suara ponsel berdering memecah keheningan. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat tanpa sempat melihat nama di layar."Halo?" Suaranya parau."Bu Maiza?" Suara dari seberang terdengar ragu. "Saya dari kepolisian. Kami ... kami ingin menyampaikan kabar duka."Maiza membeku."Apa maksud Anda?""Tahanan atas nama Galen, suami Anda ... ditemukan meninggal dunia pagi ini di ruang isolasi. Beliau diduga mengalami serangan jantung mendadak."Ponsel nyaris terlepas dari genggamannya. Maiza menatap kosong ke depan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya."T-tidak ... tidak mungkin. Baru saja aku masih ... masih bertemu dengannya! Dia baik-baik saja!"Suara dari seberang terdengar berat, seolah terb

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bebas atau Tidak?

    "Aku sudah tak mengenalimu lagi, Hubby ...." suara Maiza pecah saat akhirnya ia berdiri dan berbalik, meninggalkan ruang tahanan dengan linangan air mata.Ia melangkah cepat keluar, seolah tak ingin siapa pun melihat rapuhnya. Kedua tangannya menutup mulut dan mengusap wajah yang kini telah basah. Dalam benaknya, kenangan bersama Galen berkelebat seperti kolase yang tersusun acak—tak utuh, tapi penuh warna.Ia mengingat saat pertama kali bertemu Galen, di taman itu, ketika hidupnya terasa seperti reruntuhan. Saat dia menangis dalam diam, dan pria muda itu menghampiri dengan kalimat sederhana yang mampu menyentuh hatinya.Sejak itu, Maiza percaya bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini. Tapi mengapa sekarang, sosok yang dulu penuh perhatian itu menghilang? Ke mana mahasiswa polos itu pergi?Galen yang dulu melindunginya dari preman cabul—pria yang begitu sabar dan menjaga batas, yang tak pernah sekalipun memaksakan hasrat. Ia masih ingat jelas mal

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kemarahan Galen

     Flashback – Sebelum Maiza Sadar di Apartemen Galen"Bereskan ma–yatnya," titah Galen sambil menekan earpiece-nya.Tubuhnya tegak, tatapan dinginnya mengarah pada sosok yang tergeletak lemah di sofa. Wajah Maiza tampak damai dalam ketidaksadaran, namun bayangan kemesraan antara mantan pasangan suami istri itu terus mengganggunya. Wajah Galen kembali mengetat, rona merah amarah naik ke pipi. Ia mengalihkan pandang, melangkah cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.Namun baru beberapa langkah, ia berhenti mendadak. Tangannya meremas rambut sendiri, kepalanya tertunduk, dan matanya terpejam kuat—seperti sedang berusaha menghapus senyuman Maiza di pagi hari dari pikirannya."Aaarrrgh!" teriaknya tertahan, membalikkan badan dengan gerakan penuh gejolak. Ia berjalan cepat kembali, melepas jaket dan merobek gorden hingga terlepas dari gantungannya.Dengan gerakan kasar, ia membungkus tubuh tak berbusana Maiza yang terkulai di sofa. Tidak ada

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kenapa Belum Kembali?

    “By… aku berangkat dulu. Ada meeting penting hari ini. Mungkin pulang agak mal—”“Makanya sini dulu!”Tangan perempuan yang sudah rapi dalam setelan formal kantoran itu ditarik paksa hingga jatuh menimpa tubuh polos suaminya di ranjang.“Aku sudah mandi, By! Lima belas men—”Kalimatnya terpotong. Mulutnya dibungkam tanpa ampun oleh Galen yang langsung membalikkan posisi, menindih dengan gairah yang meletup.Satu minggu telah berlalu sejak insiden mengerikan itu. Tak satu pun jejak kasus tersisa.Pergerakan Secret Umbrella begitu senyap dan bersih. Big Boss mereka, seorang hacker jenius, mampu melumpuhkan sistem pemerintahan, menanamkan tersangka palsu, dan membebaskan seluruh anggota terlibat. Termasuk G4 dan Maiza—keduanya benar-benar lenyap dari radar publik.Hidup Galen dan Maiza kembali seperti biasa. Sepasang pengantin baru beda usia dan profesi itu melanjutkan rutinitas: Galen menyusun skripsi, Maiza sibuk mengelol

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bertukar Kehormatan

    "Jangan takut lagi, aku akan menjaga dan melindungimu. I love you .…" Kecupan yang lama dan dalam dia jatuhkan di kening Maiza yang mengangguk perlahan.Pelukan itu terasa seperti rumah, dan Maiza memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam hangatnya perlindungan Galen—lelaki yang hampir saja dia lupakan, tapi hatinya tetap mengenalinya, selalu."Maafkan aku. Aku pikir tak akan pernah bertemu denganmu, dan aku tak pernah termaafkan atas keegoisanku sendiri.""Tidak ada yang bersalah dan tak ada yang perlu dimaafkan, Sayang." Galen merenggangkan pelukan, menatap manik mata sembab milik cinta pertamanya. Mata yang penuh arti, menunjukkan cinta yang begitu dalam. Memancarkan harapan dan semangat dalam sorot tajamnya."Hub–by...."Mantan anak didiknya itu menarik napasnya, lalu menekan tengkuk Maiza, membuat kepalanya mendongak. Gerakan lembut dan penuh candu itu berkembang cepat—menjadi balasan tak tertahankan antara dua insan yang telah

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status