Beranda / Romansa / Rahim Sewaan Billionaire / Season III: Perjalanan

Share

Season III: Perjalanan

Penulis: Respaty legacy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-29 22:45:44

Season III

Wanda sebenarnya menyesal akan keputusannya mengencani Eric. Andai saja instingnya lebih tajam. Nalurinya lebih kuat, pasti hal semacam ini tidak akan terjadi.

Wanita itu berdiam di kamarnya, harusnya Bree lebih tahu di mana Axel saat ini. Dasar, wanita bodoh! Makinya dalam hati, mengapa juga tempo hari yang menolong dirinya dan mengeluarkannya dari situasi yang membosankan itu adalah Bree.

Namun, setelah kenal lebih dekat, Wanda menilai Bree lebih menjengkelkan! Dia seperti putri raja yang tidak bisa melakukan apa-apa. Minta makanan langsung dihidangkan di meja makan. Tanpa mau membereskan atau juga mencuci piring.

Atau juga baju yang bekas dipakai, Bree tidak mau mencucinya sama sekali.

“Tapi aku melakukan semua pekerjaan rumah saat di apartemen Robert,” sentak Bree, saat Wanda menegurnya malam itu.

Wanda mengulum senyuman, maunya tertawa dengan keras.

“Kalau kau mau tinggal di sini, berarti, kau juga harus melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan di apartemen Rob
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Tetap Sembunyi

    Season III“Lalu? Kau hanya khilaf? Atau mungkin kau memberikan harapan kepada perempuan itu?” pertanyaan Lily begitu mendesak Axel—yang sedang menatapnya.“Aku tidak bermaksud begitu,” jawab Axel. “Aku hanya ….”“Hanya apa, Axel? Apa kau pernah tertarik kepadanya?”“Tidak sama sekali, Li.” Axel menarik napas, dia meraih tangan Lily yang mengepal. “Saat ini bagiku, wanita dalam hidupku hanya kamu. Dan anak-anak adalah orang-orang yang ada dalam prioritas utamaku. Kau pernah percaya padaku, sekarang, aku mau kau lebih mempercayaiku.”Lily menghela napas, menerka apakah omongan Axel bisa dipercaya?Ya, wanita tidak bisa marah kepada lelaki yang dia cinta. Kesalahan sebesar apa pun, pasti dimaafkan.Dan, Lily memaafkan Axel. Dia percaya akan semua perkataan Axel, dan tidak tahu bagaimana hidupnya kalau tanpa Axel di sisinya. Bagaimana nanti dengan anak-anaknya? Tidak, Lily tidak ingin itu terjadi pada dirinya.Jadi, Lily mengangguk, “Aku hanya tidak ingin kau lebih dekat dengan perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Pencarian

    Season III“Ah, sial!” maki Wanda dalam hati, tergesa dia kembali ke mobil.Menutup pintu dengan keras, hingga membangunkan Bree.“Ada apa ini?” Bree mengucek matanya, memaksakan diri agar bangun.“Dia tidak ada di sini, Bodoh!” maki Wanda mendengus, menahan amarah yang ada sedari tadi.Bree malah tertawa, “Jelas sekali kalau dia tidak ada di sini. Kau saja yang tidak sabaran.” Bree menguap sambil meregangkan badan. “Harusnya kita menunggu kabar dari mamamu.”“Dia tidak akan tahu. Dia tidak sadar kalau sekarang status dan keberadaannya dipantau oleh siapa pun. Jangan bodoh Bree!”Wanda menyalakan mesin mobil, “Ingat. Kita akan tinggalkan mobil ini di daerah ini.”“Terserah kau saja, bangunkan aku kalau kau perlu.”Wanda mencengkeram lingkaran kemudi. Kesal rasanya melihat kelakuan Bree yang santai begini. Apa dia tahu kalau semua harus dilakukan secepatnya.***Robert di apartemen sama gelisahnya seperti Wanda. Mencari Emily semalaman, tetapi perempuan itu tidak ada di mana pun. Di ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Tempat yang Aman

    Season IIIBeberapa hari setelah lapor polisi, Robert masih sabar menunggu kabar dari Emily.“Dia tak pantas kau tunggu,” kata kakeknya setelah selesai rapat dengan para pemegang saham. Robert tidak bisa meyembunyikan kegelisahannya, sebentar-sebentar melihat ke ponselnya. Mungkin ada pesan atau telepon dari Emily, satu saja, Robert membatin sendiri.Satu pesan atau telepon, mungkin dia akan mencari Emily gila-gilaan.Perkataan kakeknya tidak Robert ambil pusing, dia hanya menaikkan alisnya. Dan diam, melirik menggerakkan tetikus laptopnya.“Dia memang cantik, aku akui itu,” timpal kakeknya. “Tapi, tidak semua wanita cantik patut untuk kau kencani. Ingat, Rob kau ini pewaris tunggal perusahaan yang aku miliki. Jadi, kau juga harus berhati-hati.”Robert menggerakkan pupilnya ke arah kakek. “Mereka kan, manusia juga, sama seperti kita. Patut atau tidak patut rasanya kita tidak bisa menilai seseorang karena itu.”“Robert, Robert, kau ini, kan, tampan, mapan. Perempuan mana pun mau kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kesempatan dalam Kesempitan

    Season III“Tampaknya, Emily dari kabin lama kita, Ma,” timpal Axel. “Mobilnya diketemukan di jalur sekitar kabin.”“Apa?” Nyonya Margot tentu saja tidak percaya. “Artinya, kita tidak bisa kembali dulu ke rumah,” usulnya cemas duluan.Beberapa saat kemudian, Steven masuk ke dalam ruangan keluarga, “Axel, Nyonya,” sapanya sambil menundukkan kepala. “Bisa kita bicara?” tanyanya lagi, khawatir, Steven juga tidak mau kali ini Axel dan keluarganya akan terluka dalam pengawalannya.“Ini pasti karena Emily?”“Ya. Aku sarankan, kita jangan kembali ke rumah dulu. Tapi … polisi perlu bukti yang kuat untuk menjebloskan Emily ke penjara.”Axel menatap mamanya dan Steve bergantian, lalu menghembuskan napas. Bertolak pinggang.“Yang jelas, aku tidak mau membahayakan anak dan istriku. Lagi pula, aakah bukti yang kita punya masih kurang lengkap?”“Polisi ingin menangkap basah Bree dulu. Dan, tindakan ini harus dilakukan, Axe,” saran Steven membuat jantung Axel berdebar lebih kencang.Axel menggigit b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Dalam Pelarian

    Season III“Menunggu itu membosankan, kau tau?” ujar Wanda, setelah beberapa hari mengintai dirumah Axel.“Ya. Aku tahu. Aku pikir makan donat sambil mengintai adalah hal yang menyenangkan, tapi nyatanya tidak,” Bree melempar donat yang dia sudah gigit.Wanda mendelik ke arah Bree, “Dasar jorok!” tudingnya.Namun, Bree tidak menjawab apa pun, dia hanya menghela napas. Lalu tersenyum jail ke arah Wanda.Dihari keberapa, Wanda dan Bree tidak menghitungnya, mata Bree lalu melihat ada pergerakan dari dalam rumah.“Nah, apa itu?” mata Bree memelotot.Mobil putih melintas, melewati mobil mereka.“Itu mobil biasanya untuk pesuruh di rumah ini. Pasti itu dia,” kata Bree—langsung menoleh ke arah Wanda, “Cepat nyalakan mesin mobil, kita akan ikuti dia!”***Beberapa jam menunggu, Bree dan Wanda tidak berai mengintai terlalu dekat. Jadi ketika mobil itu masuk ke dalam rumah berpagar besi tinggi, mereka berhenti dekat pagar itu.“Aku tidak menyangka kalau mereka membeli rumah di sini,” ujar Bree.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Margot yang Terkena Peluru

    Season III“Kita berpisah di sini saja,” ujar Bree ketika Wanda menepikan mobilnya di stasiun kereta api.“Kau mau ke mana?” tanya Wanda dingin.“Ke mana saja, aku tidak peduli. Ke mana pun kakiku melangkah.”“Baik. Tapi ingat, kau masih punya pekerjaan. Aku akan menghubungimu melalui nomor sekali pakai.”Dahi Bree mengerut, “Apalagi yang harus aku kerjakan?”“Memastikan kalau perempuan-perempuan itu mati. Aku tidak ingin kasus Lily terulang lagi. Pastikan mereka mati.”Bree membanting pintu mobil, dan berlari ke arah stasiun. Dia harus mengejar kereta yang akan datang lima menit lagi.Permintaan Wanda mengiang-ngiang dalam pikiran Bree. Dia berhasil naik kereta, tapi entah mau ke mana. Pindah kota atau bahkan pindah negara. Yang jelas, jauh dari kota dan negara ini.***Dor!Entah berapa kali suara tembakan itu terdengar memekakkan telinga.Steve yang selalu berjaga di basemen langsung berlari ke asal suara. Eric yang ada di lokasi siap siaga mencari siapa yang melepaskan tembakan.T

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Ada Apa dengan Meredith?

    Season IIIBeberapa hari kemudian, Bree dan Wanda ditangkap. Penangkapan mereka sedikit banyak karena informasi yang diberikan Nyonya Margot.“Jadi, kapan mereka disidang?” tanya Nyonya Margot kepada Meredith yang ada di ruang kerja.“Belum ada informasi, Nyonya,” jawab Meredith. Sambil menyodorkan beberapa dokumen untuk ditandatangan.Nyonya Margot menatap Meredith, “Apa kau bisa cari tahu siapa jaksa penuntut dan hakimnya? Aku ingin bicara kepada mereka.” Nada suara Nyonya Margot dingin dan datar.Meredith tahu sekali kalau atasannya sudah berkata seperti ini, berarti ada niat yang lain dalam hatinya.“Baik, Nyonya,” jawab Meredith sambil menunduk. “Saya permisi dulu.”Nyonya Margot hanya mengangguk satu kali. Wajahnya terlihat kaku dan tegang. Jadi, Meredith tidak mau menganggu lagi, dan bertanya.Meredith dengan cepat menjalankan apa yang Nyonya Margot minta, yaitu, mencari tahu siapa hakim dan jaksa penuntut yang akan menyidang Wanda dan Bree.“Jadi begitu?” Meredith mulai melaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kabar dari Meredith

    Season IIINyonya Margot merasa ada yang tidak beres. Tidak biasa-biasanya Meredith seperti ini. Wanita itu berjalan ke kamar Meredith—yang katanya sedang berbaring. “Biasanya tidak dikunci,” katanya pelan sambil mendorong pintu kamar. Meredith ada di ranjang, matanya terpejam, Nyonya Margot masuk begitu saja.“Mer,” panggil Nyonya Margot pelan, sambil mendekat ke arah ranjang. Ada beberapa barang berserak dekat Meredith berbaring. Ponsel, beberapa butir pil dan … alat praktis tes kehamilan. Yang terakhir kali dilihat membuat Nyona Margot membeliak.Apa mungkin asistennya saat ini sedang mengandung?“Mer?” Nyonya Margot makin gelisah, bagaimana kalau nanti Meredith tidak bisa bekerja untuknya lagi?“Mer? Apa kau baik-baik saja?” tanyanya lalu duduk di tepian ranjang. Tangannya terulur mengguncang pelan tangan Meredith. “Mer?” panggilnya sekali lagi. Suara Nyonya Margot pelan, namun bisa membuat siapa saja merinding mendengarnya. Atau langsung terpaku mendengar suaranya.“Nyonya?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11

Bab terbaru

  • Rahim Sewaan Billionaire   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasihku kepada para pembaca setia yang sudah mengikuti cerita: "Rahim Sewaan Billionanaire." Semoga part akhir Lily dan Axel membuat kalian happy dan memenuhi harapan kalian. Jangan lupa, baca juga karyaku: "Istri Kedua Tuan Stefan." Dan sayangi Andini dan Stefan seperti kalian menyayangi Lily dan Axel. Hehehe....Silakan dicek sekarang, "Istri Kedua Tuan Stefan."

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kembali Bersama (Tamat)

    Namun, Axel menurut, dia menunggu Lily di hotel. Beberapa jam berlalu, hingga malam menjelang Lily belum terlihat. Ponsel masih dia matikan.“Haruskah kita lampor polisi?” tanya Kevin tak kalah cemas.Axel mengangguk, “Bagaimana?” tanyanya mengkonfirmasi menatap Tom.“Kita bisa coba,” jawabnya, lalu melihat jam tangan. “Ayo, kita pergi ke sana. Mungkin setelah itu, kita bisa keliling kota untuk mencarinya. Karena sebentar lagi malam, jadi, mungkin saja bisa berhasil.”“Baiklah, ayo,” Axel ingi putus asa tetapi, dia tahu kalau hidup istrinya bergantung kepada kegigihan usaha untuk mencarinya. “Kevin kau di sini saja, berjaga-jaga kalau Lily kembali ke hotel.”Kevin mengangguk, wajahnya masih murung.Axel baru saja melangkah ke pintu hotel dengan Tom, tapi langkahnya berhenti.“Lily?” Axel memicing, tidak percaya.“Itu istrimu,” kata Tom melihat Lily di depan teras lobi hotel berjalan ke arah dalam hotel.Axel dengan cepat menghampiri istrinya, yang pergi entah ke mana seharian ini.“Li?

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Berbaikan atau Tidak?

    Dengan berpakaian serba tertutup, Lily memerhatikan setiap orang yang berlalu lalang. Duduk di antara pengunjung kafe siang itu—dia tidak menemui Naomi.Ke mana sebenarnya perempuan itu? Batin Lily bertanya. Padahal sejak pagi Lily sudah susah payah menyingkirkan pengganggu.Mengapa Naomi jarang terlihat, apalagi Axel. Hari pertama Lily tiba di negara itu, seluruh hotel yang ada di sekitar kafe dia datangi untuk menanyakan keberadaan Axel. Namun, nihil setiap hotel yang didatangi tidak ada nama Axel!“Huh!” geram Lily, sudah berapa hari di Kanada tidak menemukan apa-apa. Kesal sendiri, apa lagi yang harus dia lakukan di negara antah berantah ini?Ponsel Axel masih tidak bisa dihubungi. Lily kesal, entah berapa kali dia membanting ponselnya hingga rusak dan menggantinya dengan ponsel baru.Axel mengandalkan nalurinya untuk mencari istrinya di negara itu. Di kafe yang Naomi pernah sebutkan.Mata tajam Axel memindai setiap orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Dia duduk di pojokan

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Steven Kembali

    Pandangan Steven tidak lepas dari Axel. “Apa maksudnya? Maafkan, ada di sini selama berbulan-bulan, membuat pikiranku tidak ….” Dia menatap foto yang Axel berikan. “Apa ini?”“Itu bayimu, Meredith sedang mengandung, tapi dia sulit sekali memberitahumu,” omel Axel.“Apa?” mata Steven membesar, kontrak dan pekerjaannya hampir selesai. “Aku …. Akan ….” Serba salah dia berlari ke arah posko.Axel dan Mike saling menatap, “Apa yang dia lakukan?” tanya Mike. “Aku tidak ingin kita ambil resiko kalau-kalau dia mengadukan kita.”“Kita tunggu dulu saja sebentar, mungkin dia ingin mengambil sesuatu,” cetus Axel menatap Tom dan Mike bergantian. “Hampir lima bulan, Steven tidak pulang atau memberi kabar, apakah dia bisa izin dari komandannya?”Mike mengedikkan bahu, “Semoga saja.”Beberapa menit yang lama, Steven akhirnya kembali duduk bersama Axel, Tom dan Mike.“Aku dapat izin pulang hari ini. Sebenarna aku sengaja tidak ambil libur selama tiga bulan,” kata Steven, napasnya terengah-engah tapi a

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Lily yang Membuat Gempar

    Kedua pengasuh itu mengangguk, matanya berkaca-kaca, “Nyonya apa tidak seharusnya kita beritahu Nyonya besar dulu soal keberangkatan nyonya?”Lily menggeleng sambil tersenyum pahit, “Akan terlambat kalau nyonya sampai tahu. Dia pasti akan mengkhawatikan diriku,” ucap Lily. “Jadi, aku akan memberitahu mereka jika sudah sampai di negara tujuan.”Pengasuh itu lalu menangguk, tampaknya tidak ada yang bisa menahan majikannya.Lily lantas pergi, tidak juga diantar sopir yang ada di rumah Nyonya Margot.Sesampainya di bandara, Lily langsung memesan tiket ke Kanada. Dia masih memegang ponsel, mencari tahu seperti apa negara itu.“Tampak sama saja seperti Napa,” katanya pelan. Dengan percaya diri dia masuk ke garbarata.***“Ajak Lily makan bersama, Kate,” kata Nyonya Margot menjelang makan malam. “Kasihan dia sendirian, setelah makan siang, aku tidak melihatnya.”Kate yang sedang menyiapkan makanan untuk Nyonya Margot baru ingat, “Aku juga ….” Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Tidak mau membu

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Mencari Jejak Steven dan Axel

    Sesampainya di negara tujuan, Tom langsung mendapatkan di mana Steven berada.“Aku sudah sewa mobil selama kita di sini,” kata Tom. “Dan pemandu, karena tidk mungkin kita sendirian mencarinya.”Axel menatap Tom tidak percaya, “Kau gila, tidak mengatakan padaku kalau ini daerah konflik?”“Tapi aku sudah sewa pemandu,” Tom ngotot, “Kita akan selamat, lagi pula. Kita tidak akan mendekati daerah konflik. Steven tidak ada di sana. Tenang saja dulu. Lagi pula, tidak ada tantangannya kalau hanya di daerah biasa saja. Ya, kan?”Axel mendengus, apa Tom tahu Axel hanya memikirkan Lily, kapan akan bertemu lagi. Tapi apa yang Tom katakana benar juga. Jadi, Axel mengikuti saja semua usul Tom.Cuaca panas menyelimuti negara itu.Pemandu yang mengemudi, bicara dengan Tom.“Kemarin malam, saya membuntuti orang yang kau maksud. Saya pikir tidak ada masalah kita bisa bicara dengannya.”Axel mendengarkan dengan seksama, lalu mendengus. Mana tantangannya kalau begini?Namun, pikiran itu hanya datang sesa

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Axel Selingkuh?

    “Ayolah, malam ini hari ulang tahunku,” rajuk Axel kepada Lily—yang sedang tajam menatapnya.Lily pada akhirnya memaklumi kalau Axel nongkrong dengan para sahabatnya sampai tengah malam begini. “Yah, aku tidak akan marah lagi. Tapi kau tidur saja di sofa.”“Apa?” Dahi Axel mengerut, setengah kesadarannya hilang. Jadi dia tidak terlalu memahami apa yang Lily katakan.“Malam ini kau tidur di sofa,” ujar Lily galak. Dia lantas meninggalkan Axel sendirian berdiri terhuyung. Lalu merangkak ke sofa yang ada di kamar itu.Tidak lama, Axel pulas tertidur, meski di sofa, meringkuk tidak ada bantal atau selimut.Lily melihat kelakuan suaminya itu hanya mendecak dan geleng-geleng. “Apa kau masih berusia sebelas tahun? Lagi pula, siapa perempuan tadi yang ngobrol denganmu? Dasar centil!”Alam bawah sadarnya, Axel ingat kalau lusa dia harus bertemu dengan Naomi untuk membicarakan bisnis. “Naomi,” racau Axel tanpa sadar, dan juga dia tidak tahu kalau Lily mendengar racauannya.“Oh, jadi, nama perem

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Godaan Wanita Lain

    “Apa aku bisa sekolah lagi?” tanya Lily lugu.Lagu kesukaan Axel masih mengalun, penyanyi di panggung membawakannya dengan sangat indah. Suaranya merdu.“Bisa, asal dari rumah,” jawab Axel.“Ah, itu tidak seru. Aku tidak bisa bertemu dengan teman baru atau juga dosen baru. Aku terus akan ada di rumah. Membosankan!” protes Lily.Axel mencari cara agar tidak ada yang melihat istrinya, “Kau bisa minta temani Kate, agar dia bila belajar bersamamu. Soal biaya jangan khawatir, aku akan membicarakannya dengan Mama.”Lily melepas pelukan Axel, menjauh, “Kau ini bisanya apa-apa sama mamamu, bisa tidak kau pecahkan semua masalahmu sendiri.”Axel menatap Lily dengan mata yang membesar, “Apa? Apa dia benar-benar marah.” Lelaki itu lantas mengejar istrinya yang berjalan cepat ke dalam rumah.Namun, langkah Axel terhenti.“Axel?!”Dan Axel hapal betul suara itu, “Naomi?” dahinya mengerut, wanita itu tersenyum menyambut Axel, membuka kedua tangan. Axel tidak mau dianggap sombong karena tidak menerim

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kebahagiaan Axel

    “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak Axel?”“Tidak ada. Kamu bisa pergi,” suruh Axel suaranya ketus dan kasar. Dan Kevin tahu sekali semua itu karena apa.Selesai jam kantor, Axel meninggalkan ruangannya. Namun, sekali lagi geram melihat ruangan kerja kosong.“Apa ini sudah jam pulang kantor?” batinnya berkata, celingukan, tidak ada siapa pun di sini.Axel makin kesal, meninju udara, mengerang dan menggeretakkan gigi sudah dia lakukan. Tidak ada yang ingat hari ini ulang tahunnya. Karyawannya satu pun tidak ada yang mengucapkan. Dan sekarang mereka seenak-enaknya pulang lebih awal?Lily istrinya dihubungi saja sulit. Mungkin dia sedang asyik dengan dosennya, pikir Axel.Meninggalkan gedung kantornya, Axel menyusun rencana untuk merayakan hari ulang tahunnya. Menghubungi beberapa teman-temannya agar bisa mengadakan pesta di bar.“Ya, ya, kita berkumpul dan minum. Aku akan ganti baju dulu di rumah, lalu akan segera ke klub,” ucap Axel, ingin menumpahkan kekesalannya.“Ah, baiklah. Kami a

DMCA.com Protection Status