Dyandra mematung di depan kamar mandi saat mendengar sang suami meminta password untuk ponselnya. “Buat apa password ponselku?” Bertanya seperti orang ling-lung yang tidak bisa mengikuti arah pembicaraan sang suami saking gugupnya.“Aku butuh memakai ponselmu sebentar. Sepertinya ponselku kehilangan sinyal. Aku butuh membuka Chrome untuk mencari sesuatu,” jawab Arka tersenyum tenang.“Mencari apa di Chrome?” Dyandra berjalan pelan dengan jantung berdetak sangat kencang.Pikirannya cepat mengingat rahasia apa saja yang ada di dalam ponsel itu. Kalau chat-nya dengan Skylar tidak ada karena lelaki itu baru saja membuka blokir chat. Foto mesra berdua juga tidak ada karena mereka baru saja meresmikan hubungan tadi siang.‘Mati aku! Chat dengan Drupadi!’ jerit Dyandra dalam hati. Bagaimana kalau Arka membaca bagaimana kakaknya itu menjodohkan dia dengan Skylar? Dunia bisa runtuh seketika! Suaminya pasti akan mendatangi Drupadi detik itu juga dan memaki sang kakak.‘Ya, Tuhan ... bagaim
Skylar mengucapkan harapan terpendamnya dengan mimik wajah yang serius. Seakan memang dia ingin Arka mengetahui hubungannya dengan Dyandra.“Jangan begitu! Semua akan kacau kalau dia tahu sebelum anakku dilahirkan oleh Cersey,” geleng Dyandra menegaskan, tidak kalah serius. “Aku butuh surat yang meresmikan diriku sebagai ibu sah anak itu. Setelahnya, baru aku akan menggugat cerai.”“Hmm, aku kesal membayangkan kamu tidur di ranjang yang sama dengannya,” dengkus sang lelaki menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Tatapnya sedemikian memancarkan keinginan untuk memiliki Dyandra hanya untuk dirinya sendiri.“Kamu cemburu?” goda Dyandra mengerling. “Tentu saja! Kamu tidak mau dicemburui?” Skylar mengangguk dan tersenyum simpul. Lalu, ia berdiri dan mendekati sang kekasih tanpa berhenti menatap.Napas Dyandra serasa berhenti, tercekat di kerongkongan saat tubuh maskulin itu semakin tak berjarak dengannya. Apalagi kini, Skylar menundukkan tubunya hingga kedua lengan berotot yang di
Cersey tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Arka mau menikahinya? Dia akan menjadi istri seorang Arka Hasbyan? Pemilik sebuah perusahaan besar dengan harta yang tidak terhitung banyaknya itu?Bayangan wanita tersebut langsung melanglang buana ke mana-mana. Berangan diberikan perhiasan mahal seperti yang biasa Dyandra pakai. Diajak berlibur keliling Eropa. Mengendarai mobil harga milyaran. Rumah mewah, tas mewah, pakaian mewah, semuanya serba ... mewah!“Kamu tidak sedang bergurau, ‘kan, Mas?” engahnya memandang Arka dengan senyum lebar. “Kita akan menikah?”“Iya, aku serius. Tapi menikah siri, ya. Kamu tidak akan menjadi istri resmiku seperti Dyandra,” angguk Arka tertawa kecil melihat Cersey begitu senang.“Aku tidak masalah menjadi istri siri! Tapi kamu harus perhatikan aku juga, Mas! Kamu harus adil,” rajuk sang wanita hamil tersebut merengek manja.Arka sangat senang kalau Cersey sedang merajuk dan bermanja begini. Membuatnya merasa sebagai seorang lelaki yang leb
Sebuah restoran yang mereka datangi terletak di tengah kota, tetapi lokasinya cukup terpencil. Berada di sebuah loby hotel bintang tiga yang tidak terlalu terkenal hingga pengunjung pun sedikit.Meskipun demikian, Skylar menyukai suasana yang disajikan. Ada cahaya tak terlalu terang, sedikit temaram dan diiringi lagu-lagu cinta. Baginya, restoran itu cukup romantis. “Oleh-oleh untukmu,” ucapnya mengeluarkan sebuah kotak kayu.Dyandra menerima dengan hati berdebar. Ia buka kotak indah tersebut dan mendapati tiga buah bunga tulip terbuat dari bahan kristal diletakkan di sebuah ornamen berbentuk hati. Ada sebuah tulisan kecil di bagian bawah tiga bunga tersebut.“Missing you from Netherland,” gumam Dyandra meraba hiasan bunga tulip yang sangat indah tersebut. Warna merah muda serta peach mendominasi bagian kelopaknya. “Kamu suka?” tanya Skylar menatap sendu. “Karena aku benar-benar merindukanmu saat di sana. Setiap malam sebelum tidur ingin meneleponmu, tetapi ponsel barumu selalu
Sampai di klub malam yang pernah didatangi oleh Dyandra bersama Drupadi dan teman-temannya, ada rasa rikuh di hati sang wanita. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, jelas terlihat tidak nyaman.“Ada apa?” tanya Skylar segera menanggapi perilaku kekasihnya. “Sudah berapa wanita kamu ajak ke sini? Karyawanmu itu pasti berpikir aku adalah sama seperti mereka,” dengkus Dyandra melihat sekeliling. Ada beberapa karyawan sedang bekerja di sana. Tidak banyak, hanya sekitar lima orang saja.Mendengarnya, Skylar tertawa santai. “Memangnya pendapat mereka berpengaruh terhadapmu?”“Ya, aku … aku hanya tidak mau saja dipikir murahan. Apa karyawanmu tahu kalau kamu sudah beristri?”“Kalau tahu, kenapa? Coba dipikir … apa pendapat mereka berpengaruh terhadap bagaimana aku memandangmu? Atau bagaimana kamu memandangku?”Dyandra diam dan hanya menggeleng. Ya, memang tidak ada pengaruhnya. Dia hanya risih saja.“Ya, sudah. Kenapa bingung?” Skylar justru semakin merangkul pundak Dyandra, memperlihatk
Skylar merengkuh lembut leher serta tengkuk Dyandra. Menatap pada mata yang terpejam. Ia bisa mengerti kepedihan di balik wajah jelita sang wanita.Maka, ia mendekatkan bibirnya dengan satu tujuan yaitu mengecupnya. Namun, sebelum itu … ia membisikkan sesuatu yang membuat getar hebat di relung asa Dyandra.“Bertahanlah dengan semua pedih yang kamu rasakan. Aku akan ada di sini untukmu, menguatkan setiap harimu. Dan aku … aku akan menunggu hingga kamu akan menjadi milikku … hanya milikku.”Mengakhiri ucapan itu dengan mendaratkan bibir hangatnya di bibir Dyandra. Sebuah permulaan kecupan yang teramat menenangkan, indah, menjadikan tiap sisi jiwa sang wanita serasa melayang.Tubuh Dyandra seakan ringan hingga segala berat yang dipikul hilang entah ke mana. Saat ini, ia hanya merasa dunia kembali cerah walau di luar sana sedang mendung beriring rintik sendu. Skylar menekan bibir Dyandra dengan sebuah sentuhan yang teramat dalam. Bukan sebuah pagutan penuh nafsu, tetapi lebih kepada
Turun dari taksi online sambil banyak memikirkan mengenai hubungannya dengan Skylar yang dirasa salah, ternyata ada hal lain yang membuat Dyandra harus berpikir ekstra keras, yaitu menjawab pertanyaan Arka yang mendadak ada di belakang tubuhnya. “Dari mana? Kenapa naik taksi?” tanya Arka memandang tajam.“Ka-kamu sedang a-apa di sini?” Dyandra sontak gugup dan telapak tangannya menjadi dingin.Bagaimana ia tidak gugup? Di tas kerjanya masih menyimpan ponsel khusus yang ia gunakan untuk berhubungan dengan Skylar. Bagaimana kalau tiba-tiba lelaki itu menelepon? Arka akan tahu semuanya dan dia terlihat sama bersalahnya dengan sang suami. “Aku sudah sering ke sini bahkan sebelum kita menikah. Ada apa denganmu?” Kening Arka makin berkerut dan menatap curiga pada wanita yang jauh di lubuk hati masih sangat ia cintai.Dyandra menutupi semua keterkejutannya. Ia menahan engah di dada agar tidak terlihat seperti orang yang panik dan kebingungan. Akhirnya, ia membalikkan tubuh dan melangk
Sampai di restoran Italia yang dimaksud oleh Arka, keduanya lalu duduk di bagian outdoor dan menikmati angin sejuk kala hujan telah reda. Bau segar dari tanah yang basah memang selalu disukai oleh Dyandra dan sang suami selalu mengingatnya. “Aku dulu memintamu untuk jadi pacarku di pojok sana, ingat?” gumam Arka menunjuk sebuah meja di area pojok restoran, dekat dengan sebuah air mancur mini.Dyandra tertawa lirih. “Ya, katamu kalau aku menolak maka kamu akan terjun ke dalam air mancur tersebut. sehingga, aku tidak ada pilihan selain menerimamu,” gelaknya dengan sebuah rasa sakit di dalam dada.Arka ikut tertawa dan matanya beradu pandang dengan Dyandra. Berani bersumpah, ia masih menemukan binar-binar cinta di dalam sorot sang istri. Akan tetapi, ia juga menemukan keengganan yang besar untuknya.“Masa-masa terindah, bukan, Dya?” gumamnya merengkuh jemari lentik. Mengusap cincin pernikahan mereka dengan ibu jari dan terus memandangi dengan lekat.Mengangguk, Dyandra menahan omba