Makan siang itu kembali berjalan seperti biasanya, hening dan terasa menegangkan. Bedanya hanya Rodrigo yang tidak ikut makan bersama, katanya dia ada kegiatan golf di luar bersama teman bisnisnya.Dan suasana terasa dua kali lipat mencekam karena keberadaan Amora yang terus memberinya tatapan permusuhan, belum lagi Juliet yang juga tampan tak nyaman dengan keberadaannya di sini. Valerie yang sadar diri jika ia tidak diterima di tempat ini membuatnya ingin sekali segera pergi, hanya saja Sean terus menyemangatinya dan memintanya bersabar.Valerie yang tidak punya hak menolak permintaan Sean pada akhirnya tidak bisa mengutarakan secara gamblang ketidak nyamanannya di sini. Lagi pula, setelah ini Sean berjanji untuk membawanya pergi, jadi Valerie hanya perlu bersabar sebentar saja.“Kenapa kau hanya mengaduk saja makananmu? Apa kau tidak menyukainya?”Pertanyaan terkesan perhatian itu bukan berasal dari Sean, melainkan dari Juliet yang duduk di sebelahnya. Valerie yang mendapati pertany
Sean dan Valerie hanya bisa saling tatap menatap atas perubahan Juliet yang menurutnya sangat mendadak itu. Padahal sejak kedatangannya di rumah ini, tidak pernah Juliet menunjukkan sedikit saja rasa sukanya pada Valerie dan terkesan begitu judes dan menakutkan.“Sekarang lanjutkan makanmu kalau kau menyukai menunya, Valerie. Karena aku tidak suka jika salah satu menantuku malah tidak menikmati makanan di rumah ini,” ucap Juliet kembali dengan nada tegas.Valerie segera memberikan anggukan ringan sebelum mulai melanjutkan makannya dengan perasaan harus bercampur senang. Ternyata begini jika sudah diterima dengan baik oleh mertua, rasanya sangat membahagiakan membuatnya tidak menyimpan lagi rasa sedih dan rasa tidak nyaman berada di rumah ini.“Nah begitu dong! Nikmati makananmu, jangan sampai merasa sungkan apalagi merasa tidak nyaman di sini. Karena aku tidak menyukainya,” celetuk Juliet kembali setelah mendapati Valerie yang sudah tampak lahap menikmati makanannya.Lagi dan lagi Val
Brak!Amora langsung menggebrak meja karena marah dengan semua orang yang berada di meja makan itu. Terlebih pada Valerie karena sekali lagi wanita licik itu berhasil merebut hati ibu mertuanya.Tidak cukup dia merebut hati suaminya, Sean. Kini dia pun berhasil mengambil hati ibu mertuanya. Satu-satunya harapannya agar bisa kembali pada Sean, tetapi sekarang semuanya sirna karena Valerie sialan itu.“Jahat! Kalian semua jahat kepadaku! Bagaimana mungkin kalian tega memperlakukan aku seperti ini, huh?” teriak Amora membabi buta, meneriakkan kemarahannya yang tidak bisa ditahan lagi.Semua mata langsung mengarah pada Amora, tercengang dengan tingkah Amora yang menurut Sean terlalu mendramatisi keadaan. Sedangkan Valerie kembali menjadi pihak yang paling di salahkan, terlebih lagi bisa dibilang ia yang menjadi penyebab segala masalah yang terjadi.“Apa kau sadar dengan yang kau lakukan, Amora?” tanya Sean kesal dengan kelakuan Amora yang malah bertingkah seperti ini di depan makanan.Amo
“Susul dia, Sean! Amora pasti merasa sakit hati karena aku yang tiba-tiba berubah pikiran menerima Valerie. Bujuk dia dan tenangkan dia, ya!” perintah Juliet kepada Sean setelah kepergian Amora dan meninggalkan makan siangnya.Sean langsung menatap tidak percaya atas perintah ibunya tersebut. Bagaimana mungkin ibunya itu malah memintanya untuk menyusul dan membujuk Amora, padahal dia yakin kalau wanita itu hanya sedang berakting. Wanita itu terlalu drama queen, tidak perlu dihiraukan nanti Amora baik sendiri.Amora melakukan semua ini hanya ingin agar Sean membujuknya, agar pria itu kembali perhatian kepadanya. Padahal Sean sama sekali tidak berpikir demikian, karena ia tahu semua ini bagian dari rencana wanita itu.“Aku tidak mau, Ibu. Dan tolong jangan memaksaku,” putus Sean dengan penekanan di setiap kalimatnya, berharap agar ibunya itu bisa mengerti maksud dari penolakannya tersebut dan berhenti memaksanya.Tetapi tampaknya Juliet sama sekali tidak memahami arti dari penolakan put
Setelah kepergian Sean untuk menyusul Amora, kini hanya Juliet dan Valerie yang berada di meja makan tersebut. Seketika suasana menjadi hening dan terasa canggung, Valerie bahkan merasa asing berada di tempat tersebut, terlebih lagi dia hanya berduaan dengan ibu mertuanya.“Apa kau puas?”Suara celetukan itu seketika mengambil perhatian Valerie, ia segera menoleh ke arah Juliet dan menatapnya tidak mengerti atas kalimat pertanyaan tersebut.“Iya?” tanya Valerie memastikan.Juliet langsung menolehkan pandangannya ke arah Valerie dan menatapnya dengan tatapan tajam. Seketika atmosfer di sekitar keduanya berbeda, Juliet tidak lagi memasang wajah lembut seperti tadi melainkan kini berubah kembali seperti yang lalu-lalu. Menatapnya penuh kebencian dan permusuhan.Seketika Valerie menyadari akan sesuatu, apakah perangai yang Juliet tunjukan tadi itu hanyalah kepura-puraan belaka? Apakah sifat lembut dan penerimaan itu hanyalah bualan semata? Oh astaga! Padahal Valerie sudah merasakan eufor
“Apa kau tidak malu mengatakan kalimat itu, heh?”Juliet benar-benar tidak menyangka Valerie akan seberani itu mengutarakan kalimat memalukan seperti itu. Bagaimana mungkin dia tidak punya malu, sampai-sampai mengatakan tidak akan meninggalkan Sean yang notabenenya adalah suami orang. Merusak keluarga yang sebelumnya dipenuhi kebahagiaan dan ketenteraman.Sedangkan Valerie hanya bisa menghela napas, kalau ditanya seperti itu tentu saja ia merasa malu. Hanya saja ini sudah menjadi pilihannya, terlebih Sean sangat menginginkan dirinya saat ini. Terlebih lagi dirinya tengah mengandung anak Sean sekarang, jadi katakan saja ia egois dengan tetap bertahan di sisi pria itu anggap saja ia mendekatkan anak di dalam kandungannya dengan ayahnya.Walaupun jika suatu saat nanti Sean benar-benar mengusirnya dari dalam hidupnya, maka tanpa berpikir dua kali dia akan langsung pergi. Tetapi saat ini Sean masih menginginkan dirinya, maka ia akan tetap bertahan meskipun semua orang mencacinya dan menunt
“Apa yang sebenarnya kau rencanakan, heh? Berhenti mempengaruhi ibu dan ayahku, aku tidak suka!”Sean tidak bisa menahan lagi kekesalannya setelah berhasil menyusul Amora ke dalam kamar pribadinya yang selalu ia tempati bersama wanita itu saat menginap di rumah ini. Tetapi semalam, untuk pertama kalinya ia tidak menempati kamar ini karena keberadaan Amora dan ia lebih memilih bersama Valerie di kamar tamu.Amora langsung menoleh dan balas menatap Sean tak kalah kesalnya. “Memangnya ada yang salah, huh? Aku hanya berusaha mempertahankan milikku, jadi jangan salahkan perjuanganku,” balas Amora dengan nada acuh tak acuh.Kekesalan Sean semakin meningkat mendengar jawaban Amora itu. “Milikmu katamu? Aku bukan lagi milikmu seorang semenjak kau membawa Valerie masuk ke dalam kehidupan kita. Apa kau belum sadar juga bahwa kau sendiri yang merusak pernikahan kita!”Mau sebanyak apa pun alasan Amora tentang keretakan rumah tangga mereka, Sean tetap menyalahkan wanita itu. Bagaimana tidak, Amor
Valerie melihat semuanya ....Valerie menyaksikan kedua orang itu tengah berciuman di dalam kamar, tidak ada penolakan dan keduanya tampak menikmati ciuman itu.“Sean masih mencintai Amora, kau hanya dijadikan tempat bersenang-senang saja oleh putraku.”Perkataan Juliet sebelumnya kini berputar di kepalanya dan membuatnya seketika ragu dengan cinta Sean kepada dirinya.“Kau harus sadar, kau hanya dijadikan pelarian saja untuk mencari kesenangan yang lain. Tetapi di hati Sean hanya ada Amora dan tak akan tergantikan.”Kedua tangan Valerie mengepal erat, hatinya seketika berdenyut nyeri saat melihat interaksi kedua insan berbeda kelamin itu. Terlebih kepalanya mendadak pening saat perkataan dari Juliet berputar di kepalanya dan membenarkan segala apa yang dilihatnya saat ini.“Ternyata benar, mereka berdua saling mencintai!” Valerie mencicit saat melontarkan kalimat itu, dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca yang menatap lurus ke arah dua orang itu yang tampaknya belum menyadari ke