Kini terjawablah sudah kenapa Valerie menangis saat keluar dari rumah sakit, ternyata ia bukan menangisi ibunya. Tetapi Valerie mendengar semua pengakuannya pada Amora.Sungguh! Sean merasa bersalah pada dirinya sendiri, karena secara tidak langsung ia yang membuat Valerie menghilang. Karena seandainya Valerie tidak mendengar semua itu, maka kemungkinan besar wanita itu masih ada di sampingnya saat ini, tersenyum dan tengah berbahagia dengan kehamilannya.“Sialan!” umpatnya pada diri sendiri.Saat ini ia tengah berada di dalam mobilnya, setelah melakukan perdebatan dengan Amora dan mendengar semua pengakuan wanita itu tentang kenyataan yang ada membuatnya jengah untuk berlama-lama di sana. Jadi, tanpa memperdulikan Amora lagi, ia langsung meninggalkan penthouse itu.Ia tidak langsung pergi dari sana, Sean perlu menghubungi Alden terlebih dahulu untuk mengetahui kelanjutan pencarian Valerie sampai di mana. Sean sudah mulai kesal karena pencarian Valerie yang terkesan begitu lambat.“Ba
Dugaan jika rumah suami Valerie terletak pada perumahan kumuh, dengan rumah petak yang saling berdempetan ternyata salah besar.Bagaimana tidak, perkataan Valerie tentang dirinya yang tidak punya siapa-siapa lagi seakan menyiratkan bahwa dia berasal dari keluarga miskin dan hidupnya banyak dihabiskan di jalanan dengan terlunta-lunta.Tetapi kenyataan yang ada membuat Brian yang saat itu memaksa mengantar Valerie pulang terkejut luar biasa. Alamat yang diberikan adalah kawasan penthouse mewah yang sewa pertahunnya di bandrol dengan harga yang fantastis.Sungguh! Orang yang mampu menyewa satu unit penthouse itu tentu saja bukan sembarangan orang, mungkin saja dia berasal dari kalangan CEO atau pengusaha kaya raya.Dan tentu saja ini sudah membuktikan jika suami Valerie adalah seorang CEO perusahaan besar, atau kemungkinan seorang pengusaha yang sukses.“Ka—kamu tinggal di sini?” tanya Brian memastikan setelah mereka berada di depan gedung besar nan mewah itu.Valerie mengangguk. “Hmm ..
“Va—Valerie ....”Sean tidak salah lihat, bukan? Wanita yang sedang tertidur di atas ranjang itu adalah Valerie dan bukan halusinasinya saja?Tubuhnya mendadak bergetar dengan jantung yang berdebar kencang mengetahui bahwa ini nyata adanya dan bukan ilusi semata. Wanita itu benar-benar Valerie, orang yang telah dicari-carinya selama berhari-hari dan hampir saja membuatnya frustasi.Sean langsung bersimpuh di dekat ranjang, menggenggam tangan Valerie dan menangis di sana. Rasa syukur tak henti-hentinya ia ucapkan, ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada wanita itu tetapi yang pasti ia sangat bahagia dengan kembalinya istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja.“Valerie ... terima kasih! Terima kasih karena kau sudah kembali. Aku sangat-sangat bahagia, Sayang!”Sean menangis penuh haru dan tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasihnya. Hanya saja tampaknya Valerie sama sekali tidak terganggu dalam tidurnya, wanita itu masih terlelap meskipun Sean menangis merintih di sampingnya.
“Apa kamu bilang? Valerie tidak tinggal di sini lagi?”Amora begitu syok saat ia menyambangi apartemen yang ia sewakan untuk Valerie dan hanya mendapati keberadaan Lidya di sana. Belum lagi informasi yang didengarnya dari Lidya membuatnya tercengang sekaligus marah luar biasa.“Iya, Nyonya. Sudah lama tuan Sean memindahkan Valerie ke penthouse yang sangat mewah. Dan aku tidak diberikan akses untuk ke sana.”Kedua tangan Amora mengepal erat. Jadi sudah lama ia dikhianati oleh mereka berdua, bahkan Sean memberikan fasilitas mewah tanpa ia ketahui. Pria itu sengaja tidak memberitahunya agar ia punya banyak waktu memanjakan wanita murahannya itu.Sialan!“Dan kenapa kau tidak memberitahuku, Lidya?” tanya Amora marah.Pasalnya kepindahan mereka sudah lama dan ia baru mengetahuinya sekarang. Seakan mereka semua tengah bekerja sama untuk menyembunyikan darinya, membuatnya menjadi orang yang paling bodoh karena tidak tahu apa-apa.Lidya dibuat ketakutan dengan amarah yang terpancar jelas dar
Sean tidak percaya kalau ia baru saja ditolak mentah-mentah oleh Valerie. Bagaimana mungkin hal ini terjadi padanya, perempuan yang selama ini tunduk dan patuh padanya seketika berubah dalam satu waktu.Apa yang terjadi padanya?Sisi arogannya tersentil dengan penolakan itu, ia tidak suka ditolak terlebih lagi dengan orang yang ia cintai. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu Sean langsung menyusul Valerie, menaiki anak tangga dengan langkah panjangnya menuju kamar.Saat membuka pintu kamar tersebut, suara gemericik air dari dalam kamar mandi terdengar. Menandakan bahwa wanita itu memang ada di dalam sana dan tengah melakukan ritual mandi paginya.Sean langsung membuka piyama tidurnya, sebelum masuk dan bergabung dengan Valerie di bawah shower yang tampaknya belum menyadari kehadirannya.“Sean ....”Valerie terkejut luar biasa saat sebuah tangan kekar kini memeluknya dari arah belakang, belum lagi tubuh itu bugil sama seperti dirinya.“Kenapa kau meninggalkanku, hum?” tanya Sean denga
Seharian ini Valerie dan Sean hanya menghabiskan waktu di rumah, mereka sepakat untuk tidak bekerja hari ini atau lebih tepatnya Sean-lah yang bersikeras untuk tidak perlu masuk kantor hari ini dan memilih saling menyalurkan kerinduan.Kerinduan yang mereka rasakan satu sama lain sangatlah besar, membuat keduanya terus menerus menghabiskan waktu dengan bercinta, sesekali beristirahat jika Valerie sudah merasakan lelah luar biasa. Namun, tampaknya Sean tidak ada lelahnya sama sekali buktinya sekarang pria itu kembali mencumbu belakang lehernya.“Oh Tuhan! Apakah kau tidak merasa lelah, Sean?” tanya Valerie kesal karena sejak tadi pria itu tidak ada rasa puasnya sama sekali. Ingin terus menyentuhnya, lagi dan lagi.Sean terkekeh di belakangnya dan tanpa rasa bersalah dia menjawab, “Tidak ada sama sekali jika itu kamu, Valerie. Tubuhmu ini bagaikan candu untukku, dan hanya kau penawarnya,” jawabnya sedikit menggombal yang terdengar cringe di telinga.Valerie hanya bisa mendengkus pelan.
“Ini apa?”Kening Valerie berkerut bingung saat Alden memberinya sebuah paper bag yang berisi gaun berwarna hijau. Tentu saja ia tidak paham arti dari pakaian tersebut.“Tuan Sean meminta Anda untuk bersiap-siap sebelum pukul tujuh malam dan jangan lupa kenakan gaun itu,” ucapan Alden memberitahukan pesan dari Sean.Valerie semakin dibuat kebingungan, untuk apa Sean memintanya untuk mengenakan gaun ini. Mau di bawa ke mana dirinya? Padahal setahunya Sean sangat menjaga sekali rahasia pernikahan kontrak mereka agar tidak tercium oleh media yang tentu saja akan merusak reputasinya.Jadi, untuk apa ia diminta untuk bersiap dan mengenakan gaun ini jika bukan untuk di bawa keluar. Benar, bukan?“Untuk apa?” tanya Valerie kembali penasaran.“Aku juga kurang tahu, Nyonya. Tuan Sean hanya berpesan untuk Anda bersiap sebelum pukul tujuh malam, untuk alasannya apa aku juga tidak tahu.”Valerie hanya bisa mengangguk-ngangguk, tidak memaksa lagi bertanya walau rasa penasaran melandanya. Lagi pula
Sean menggandeng tangan Valerie dengan formal ketika memasuki restoran bernuansa Perancis itu dan pemilik restoran itu sendiri yang menyapa mereka serta mengantarnya ke meja yang telah disiapkan.Terlihat Sean begitu akrab dengan kepala restoran itu, bahkan mengobrol dengan bahasa Perancis. Sean begitu fasih berbahasa Perancis, membuat Valerie sekali lagi kagum dengan pria itu.Ketika kepala restoran itu sudah pergi, Sean dengan telaten menarikkan kursi untuk Valerie sebelum mengambil tempat di hadapan Valerie.“Restoran ini milik sahabat ayahku.” Sean mulai memberitahukan sembari menatap kepergian pria tadi. “Dia adalah pemilik restoran ini sekaligus sahabat karib ayahku.”Valerie mengangguk-ngangguk. “Dan kau begitu fasih berbahasa Perancis,” ucap Valerie masih kagum dengan Sean.Sean terkekeh. “Aku pernah tinggal lama di sana, Valerie. Jadi, ya, aku sedikit fasih dengan bahasanya.”“Ah, maaf karena membawamu ke restoran ini tanpa bertanya terlebih dahulu apakah kau menyukai makana
“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora
“Ba—bara?”Valerie mengucapkan nama itu dengan kepala yang terus berpikir keras. Ia tidak tahu siapa pria di hadapannya, bahkan tidak tahu menahu apa gerangan yang membuatnya memasuki ruangan Sean tanpa bersama pria itu.“Apa Anda mencari Sean? Dia tengah ada rapat penting,” ucap Valerie memperingatkan, kalau-kalau pria di hadapannya ini datang mencari Sean.Bara tersenyum miring kemudian Mengangguk. “Hmm ... Sean sendiri yang memintaku untuk menunggunya di sini,” jawabnya dengan santai sambil bergerak mendekati Valerie yang tidak jauh dari tempatnya.Seketika suasana berubah jadi canggung, Valerie merasa tidak enak jika hanya berduaan dengan pria asing di dalam ruangan tertutup ini. Bahkan dia takut Sean akan salah paham kepadanya meskipun ia tahu tidak mungkin dirinya melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh suaminya tersebut.“Ah, benarkah? Sebelumnya Sean tidak memberitahuku kalau akan ada temannya yang akan datang,” balas Valerie kembali dengan nada kikuk.Seketika ia meras
“Aku tinggal di sini tidak apa-apa, kan?”Sean dan Valerie saat ini sudah berada di ruangan CEO perusahaan ini. Sean sudah bersiap-siap untuk menghadiri rapat, tetapi rasanya berat jika harus meninggalkan Valerie seorang diri di ruangannya.Valerie memberikan anggukan kecil. “Iya, Sean. Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berpamitan tetapi belum juga pergi,” jawab Valerie sembari terkekeh.Terlihat sekali bukan dirinya yang berat dibiarkan seorang diri di dalam ruangan luas dan megah bercampur maskulin itu. Melainkan Sean sendiri yang seakan enggan untuk meninggalkannya, padahal Valerie sama sekali tidak keberatan.“Apa kau yakin? Aku takut jika kau kenapa-kenapa di sini tanpa aku, Valerie,” ucap Sean kembali dengan nada nelangsa.Valerie kembali terkekeh. “Tidak apa-apa, Sean. Aku baik-baik saja. Lagi pula, ini adalah perusahaan yang di dalamnya banyak manusia. Kalaupun ada apa-apa, aku bisa meminta tolong pada mereka. Dan juga durasi rapat itu tidak memakan waktu selama berhari-hari
Semua mata hanya tertuju pada dua sejoli yang baru saja memasuki pintu gedung perusahaan Kyler Group. Bagaimana tidak, CEO dari perusahaan mereka kini menggandeng seorang wanita yang ia ketahui adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.Valerie yang menyadari tatapan itu seketika merasa tidak nyaman, dia segera menjauh agar kemesraan yang diperbuat oleh Sean tidak terlalu jelas. Namun, bukannya Sean membiarkan Valerie menjauh darinya dia justru meraih pinggang Valerie dan memeluknya. Setelah itu ia kembali menghela Valerie memasuki perusahaannya tanpa peduli dengan tatapan penasaran dari para karyawan yang kebetulan ada di sana dan melihat kedatangannya.“Sean, lepaskan aku!” pinta Valerie dengan nada berbisik, sembari berusaha menjauhkan tangan Sean dari pinggangnya.Namun bukannya melepaskan pelukannya sesuai permintaan Valerie, Sean justru semakin mengeratkannya. Ia lalu menunduk dan menatap Valerie tidak suka. “Memangnya ada yang salah?”Sean mengatakan kalimat itu dengan nada