Seharian ini Valerie dan Sean hanya menghabiskan waktu di rumah, mereka sepakat untuk tidak bekerja hari ini atau lebih tepatnya Sean-lah yang bersikeras untuk tidak perlu masuk kantor hari ini dan memilih saling menyalurkan kerinduan.Kerinduan yang mereka rasakan satu sama lain sangatlah besar, membuat keduanya terus menerus menghabiskan waktu dengan bercinta, sesekali beristirahat jika Valerie sudah merasakan lelah luar biasa. Namun, tampaknya Sean tidak ada lelahnya sama sekali buktinya sekarang pria itu kembali mencumbu belakang lehernya.“Oh Tuhan! Apakah kau tidak merasa lelah, Sean?” tanya Valerie kesal karena sejak tadi pria itu tidak ada rasa puasnya sama sekali. Ingin terus menyentuhnya, lagi dan lagi.Sean terkekeh di belakangnya dan tanpa rasa bersalah dia menjawab, “Tidak ada sama sekali jika itu kamu, Valerie. Tubuhmu ini bagaikan candu untukku, dan hanya kau penawarnya,” jawabnya sedikit menggombal yang terdengar cringe di telinga.Valerie hanya bisa mendengkus pelan.
“Ini apa?”Kening Valerie berkerut bingung saat Alden memberinya sebuah paper bag yang berisi gaun berwarna hijau. Tentu saja ia tidak paham arti dari pakaian tersebut.“Tuan Sean meminta Anda untuk bersiap-siap sebelum pukul tujuh malam dan jangan lupa kenakan gaun itu,” ucapan Alden memberitahukan pesan dari Sean.Valerie semakin dibuat kebingungan, untuk apa Sean memintanya untuk mengenakan gaun ini. Mau di bawa ke mana dirinya? Padahal setahunya Sean sangat menjaga sekali rahasia pernikahan kontrak mereka agar tidak tercium oleh media yang tentu saja akan merusak reputasinya.Jadi, untuk apa ia diminta untuk bersiap dan mengenakan gaun ini jika bukan untuk di bawa keluar. Benar, bukan?“Untuk apa?” tanya Valerie kembali penasaran.“Aku juga kurang tahu, Nyonya. Tuan Sean hanya berpesan untuk Anda bersiap sebelum pukul tujuh malam, untuk alasannya apa aku juga tidak tahu.”Valerie hanya bisa mengangguk-ngangguk, tidak memaksa lagi bertanya walau rasa penasaran melandanya. Lagi pula
Sean menggandeng tangan Valerie dengan formal ketika memasuki restoran bernuansa Perancis itu dan pemilik restoran itu sendiri yang menyapa mereka serta mengantarnya ke meja yang telah disiapkan.Terlihat Sean begitu akrab dengan kepala restoran itu, bahkan mengobrol dengan bahasa Perancis. Sean begitu fasih berbahasa Perancis, membuat Valerie sekali lagi kagum dengan pria itu.Ketika kepala restoran itu sudah pergi, Sean dengan telaten menarikkan kursi untuk Valerie sebelum mengambil tempat di hadapan Valerie.“Restoran ini milik sahabat ayahku.” Sean mulai memberitahukan sembari menatap kepergian pria tadi. “Dia adalah pemilik restoran ini sekaligus sahabat karib ayahku.”Valerie mengangguk-ngangguk. “Dan kau begitu fasih berbahasa Perancis,” ucap Valerie masih kagum dengan Sean.Sean terkekeh. “Aku pernah tinggal lama di sana, Valerie. Jadi, ya, aku sedikit fasih dengan bahasanya.”“Ah, maaf karena membawamu ke restoran ini tanpa bertanya terlebih dahulu apakah kau menyukai makana
Alden yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam ruangan tentu saja mengejutkan Sean yang saat ini tengah serius dengan komputer di hadapannya.Sean mengangkat kepalanya dan menatap tidak suka ke arah Alden. “Ada apa?” tanyanya dengan nada tidak suka karena tingkah Alden yang tidak biasanya.Dengan napas yang sedikit tersengal akibat berlarian untuk segera menemui bosnya, Alden segera bersuara, “Ini gawat, Tuan. Berita tentang nyonya Amora dan Anda tersebar luas di internet.”“Apa maksudmu?” tanya Sean tidak sabaran.Alden segera menyerahkan tab kepada Sean. “Anda lihat ini, Tuan!”Dengan tidak sabaran Sean langsung meraih tab tersebut dari tangan Alden dan mengecek sendiri maksud dari pria itu. Dan ia langsung tercengang saat membaca berita news yang sedang ditayangkan di sana, beserta potongan rekaman tentang kejadian hari itu.‘Artis Amora Tsamara Berniat Bunuh Diri Karena Suaminya Diduga Berselingkuh.’‘Sean Emilio Kyler Yang Diduga Suami Dari Amora Tsamara Ternyata Adalah CEO Dari K
Brak!Suara gebrakan meja menggema dalam ruangan itu, pria paruh baya yang masih gagah di umurnya yang sekarang tengah berdiri sembari melayangkan tatapan tajam ke arah putranya.“Berita murahan apa itu, Sean?” teriak Rodrigo marah, diiringi dengan napas tersengal karena sejak tadi berusaha menahan amarahnya yang siap meledak.Sean berdeham, sama sekali tak gentar dengan amarah ayahnya. “Maaf karena kegaduhan yang terjadi di luar sana dari pihak yang tidak bertanggung jawab, tetapi aku bisa mengatasi semua ini, Ayah. Serahkan saja semuanya padaku.”“Apa kau tahu? Saham Kyler Group turun hanya karena masalah yang kau perbuat dan sekarang kau mengatakan bisa mengatasinya, huh?” tekan Rodrigo masih diliputi amarah yang tidak berkesudahan.Bagaimana tidak, baru saja ia mendapat kabar jika pernikahan putranya dan Amora malah menjadi konsumsi publik. Tidak sampai di sana, karena imbas dari permasalahan itu juga mengikut sertakan Kyler Group ke dalamnya.Setiap waktu saham di Kyler Group ber
“Tumben mencariku? Masih ingat aku ternyata?” tanya Amora dengan nada sewot.Sedangkan orang yang di layangkan nada sinis itu hanya terkekeh, membuat Amora semakin kesal dibuatnya.“Maaf, Baby. Beberapa hari terakhir ini aku disibukkan dengan pekerjaan, kau tahu sendiri kan perusahaanku yang memenangkan tender itu dan semua itu berkat bantuanmu,” ucap Bara sembari menjawil hidung Amora dengan gemas. “Jangan marah dong, Baby. Nanti cantiknya hilang,” lanjutnya dengan menggombal.Amora hanya mendengkus, kesal sekaligus merindukan pria ini yang sudah beberapa hari tidak menghubunginya bahkan terkesan abai jika Amora yang mengiriminya pesan. Hal itulah yang membuatnya marah, karena dia merasa hanya dimanfaatkan. Seperti pepatah ‘habis manis, sepah dibuang.’“Dan karena dirimu Sean tidak lagi percaya padaku, Bara. Dia tahu bahwa aku yang mencuri data-data itu untuk diberikan padamu. Untung saja dia tidak mencium perselingkuhan kita, dia hanya mengira aku menjual data-data penting itu padam
Cumbuan itu tak berhenti bahkan setelah mereka sudah berada di apartemen milik Bara. Bahkan lebih cepat dan panas dari sebelumnya.“Kau sangat cantik, Baby!” puji Bara di sela cumbuan mereka.Amora menggesek tubuhnya ke tubuh Bara sambil memeluk pria itu lebih erat. Kepalanya merunduk di dekat daun telinga pria itu dan menggigitnya perlahan. “Menurutmu aku sangat cantik, ya?”Bara tersenyum menyeringai. “Sangat.”Amora menarik kepalanya dan kembali menyejajarkan wajah mereka. Tangan-tangannya kini berpindah ke sisi wajah Bara, ia bisa merasakan tekanan tangan pria itu di pinggangnya. Sedangkan Bara balas memeluk tubuh Amora tak kalah eratnya, niatnya hanya ingin memberi pelajaran untuk wanita itu karena menghinanya tetapi gairah di antara mereka satu sama lain tak bisa terelakkan lagi, membuat keduanya saling menyalurkan gairah satu sama lain.Terdengar kembali desahan pelan dari bibir Amora, ia menunduk lalu kembali memagut bibir Bara. Rasanya mereka begitu pas, pria ini adalah peci
“Apa sebaiknya kita batalkan saja rencana ini, Sean?”Perkataan Valerie yang tenang langsung membuat Sean menatapnya dengan tatapan tak mengerti. “Apa maksudmu?”Valerie menghela napas dengan pelan, berusaha untuk mengeluarkan segala kegundahan hati yang dirasakannya semenjak Sean mengabarinya bahwa sore ini mereka akan ke rumah orang tuanya dan bertemu dengan mereka.“Aku merasa tidak bisa menemui ibumu, Sean,” jawabnya kembali yang langsung mengundang tatapan tajam dari pria itu.“Kenapa?” tanya Sean dengan nada tidak suka. “Ibuku yang mengundangmu langsung untuk datang, Valerie! Lagi pula, tidak ada salahnya jika aku memperkenalkan kamu dengan mereka, toh sebentar lagi kita akan memiliki anak dan kedua orang tuaku perlu tahu itu.”Valerie kembali menggeleng pelan, ia merasa ini hanya akan menjadi masalah. Menurutnya diperkenalkan kepada orang tua Sean bukan pilihan yang tepat, karena ia merasa rendah diri. Valerie merasa kalau ia tidak akan diterima semudah itu dalam keluarga merek
“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora
“Ba—bara?”Valerie mengucapkan nama itu dengan kepala yang terus berpikir keras. Ia tidak tahu siapa pria di hadapannya, bahkan tidak tahu menahu apa gerangan yang membuatnya memasuki ruangan Sean tanpa bersama pria itu.“Apa Anda mencari Sean? Dia tengah ada rapat penting,” ucap Valerie memperingatkan, kalau-kalau pria di hadapannya ini datang mencari Sean.Bara tersenyum miring kemudian Mengangguk. “Hmm ... Sean sendiri yang memintaku untuk menunggunya di sini,” jawabnya dengan santai sambil bergerak mendekati Valerie yang tidak jauh dari tempatnya.Seketika suasana berubah jadi canggung, Valerie merasa tidak enak jika hanya berduaan dengan pria asing di dalam ruangan tertutup ini. Bahkan dia takut Sean akan salah paham kepadanya meskipun ia tahu tidak mungkin dirinya melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh suaminya tersebut.“Ah, benarkah? Sebelumnya Sean tidak memberitahuku kalau akan ada temannya yang akan datang,” balas Valerie kembali dengan nada kikuk.Seketika ia meras
“Aku tinggal di sini tidak apa-apa, kan?”Sean dan Valerie saat ini sudah berada di ruangan CEO perusahaan ini. Sean sudah bersiap-siap untuk menghadiri rapat, tetapi rasanya berat jika harus meninggalkan Valerie seorang diri di ruangannya.Valerie memberikan anggukan kecil. “Iya, Sean. Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berpamitan tetapi belum juga pergi,” jawab Valerie sembari terkekeh.Terlihat sekali bukan dirinya yang berat dibiarkan seorang diri di dalam ruangan luas dan megah bercampur maskulin itu. Melainkan Sean sendiri yang seakan enggan untuk meninggalkannya, padahal Valerie sama sekali tidak keberatan.“Apa kau yakin? Aku takut jika kau kenapa-kenapa di sini tanpa aku, Valerie,” ucap Sean kembali dengan nada nelangsa.Valerie kembali terkekeh. “Tidak apa-apa, Sean. Aku baik-baik saja. Lagi pula, ini adalah perusahaan yang di dalamnya banyak manusia. Kalaupun ada apa-apa, aku bisa meminta tolong pada mereka. Dan juga durasi rapat itu tidak memakan waktu selama berhari-hari
Semua mata hanya tertuju pada dua sejoli yang baru saja memasuki pintu gedung perusahaan Kyler Group. Bagaimana tidak, CEO dari perusahaan mereka kini menggandeng seorang wanita yang ia ketahui adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.Valerie yang menyadari tatapan itu seketika merasa tidak nyaman, dia segera menjauh agar kemesraan yang diperbuat oleh Sean tidak terlalu jelas. Namun, bukannya Sean membiarkan Valerie menjauh darinya dia justru meraih pinggang Valerie dan memeluknya. Setelah itu ia kembali menghela Valerie memasuki perusahaannya tanpa peduli dengan tatapan penasaran dari para karyawan yang kebetulan ada di sana dan melihat kedatangannya.“Sean, lepaskan aku!” pinta Valerie dengan nada berbisik, sembari berusaha menjauhkan tangan Sean dari pinggangnya.Namun bukannya melepaskan pelukannya sesuai permintaan Valerie, Sean justru semakin mengeratkannya. Ia lalu menunduk dan menatap Valerie tidak suka. “Memangnya ada yang salah?”Sean mengatakan kalimat itu dengan nada