Share

Mimpi atau Nyata?

Author: Perarenita
last update Last Updated: 2025-01-12 07:19:09

"Chika," panggil Rosa, ia pun duduk di sebelah keponakannya, "kalau Chika nggak mau main sama nenek, Chika boleh main di kamar aja," ucapnya seraya mengelus rambut panjang gadis kecil itu.

Perlahan Chika mengangkat wajahnya, dan memberanikan diri untuk menatap wanita yang ada di sebelahnya ini, "Chika mau main keluar, tapi Chika nggak mau main sama nenek, Tante," ungkapnya pelan. 

Rosa mengerti, mungkin saja tadi sikap mak lampir sang mertua kembali kambuh yang mengakibatkan cucunya menjadi takut, "ya sudah, oya Chika mandi sama siapa?" tanya Rosa mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. 

"Mandi sendiri, Tante." 

"Anak pinter ... ya sudah kalo gitu Tante mau mandi dulu ya." 

"Iya, Tante." 

Perlahan Rosa beranjak dari sana sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit. Ia kembali melewati bingkai foto yang tiba-tiba terjatuh semalam. Ia pun kembali teringat, betapa gelisah perasaannya semalam, "Papah," lirihnya. 

Rosa mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu. Ia memilih untuk mengecek ponsel, apakah ada kabar baik dari sang ayah yang saat ini tengah berada di atas udara. 

"Ceklis." 

"Huff."

Pesan yang di kirim masih sama bentuknya seperti semalam. Rosa semakin risau dengan pesawat yang membawa Papahnya kembali ke tanah air, apakah akan baik-baik saja? sebab semalam sang ayah mengatakan bila cuaca sedang buruk. 

Tok ... Tok ... Tok. 

Rosa terperanjat saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya, "siapa?" tanyanya dengan posisi berdiri di sebelah ranjang. 

"Saya, Bu."

Mendengar yang mengetuk adalah suara Art-nya Rosa pun membuka pintu, "ada apa, Bi?"  tanyanya langsung. 

"Maaf, Bu, itu ada petugas dari catering, katanya mau menata meja." 

"Oh, ya sudah gak  pa-pa, langsung saja ajak ke halaman belakang." 

"Baik, Bu." 

Acara ini akan di laksanakan nanti sore, tepatnya setelah Sholat Ashar, dan Rosa ingin taman yang ada di belakang rumahnya di jadikan tempat untuk acara nuju bulannya, sebab menurut Rosa suasananya sangat lah pas. Para petugas dekor juga sudah datang sejak kemarin untuk merapikan tempat itu. Rosa bergegas menyegarkan diri sebelum para kerabat datang. Setelah ini dirinya pasti akan disibukkan dengan mengatur ini, dan itu. Sungguh melelahkan, tapi bila sang suami ada di sini, mungkin saja rasa lelah itu tak akan terasa. 

***

"Heh kamu! Awas saja kalo sampai bicara yang aneh-aneh pada menantuku! Sakit ini belum seberapa dengan apa yang akan aku lakukan bila sempat kamu mengadu!" bisik Bu Wati seraya mencubit perut Bi Wiwid, sama seperti yang di lakukannya tadi pada Chika. 

"I-iya, Bu," cicit Bi Wiwid seraya menahan sakit di perutnya. 

"Ibu-ibu! Panggil saya Nyonya!" sentak Bu Wati, lalu melepaskan cubitan itu dari perut Bi Wiwid. 

Wanita yang usianya sekitar 47 tahun itu hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan Bu Wati. Sayangnya dia adalah Ibu dari majikannya. Namun, Bi Wiwid tak akan gentar meski wanita itu mengancam dirinya, ia tidak takut, sebab ia pun tahu bahwa Rosa tak mungkin diam saja bila mengetahui dirinya di sakiti oleh wanita tua yang bergelar Ibu, tapi berhati beku.  

"Nyonya ... baiklah, aku akan memanggilmu dengan sebutan Nyonya, tapi lihat saja, jangan salahkan aku bila kamu akan mendapatkan batu," gumam Bi Wiwid seraya memperhatikan gerak Bu Wati yang kian menjauh darinya.  

Ting-Tong, Ting-Tong.

Waktu terus berjalan, satu persatu para kerabat jauh mulai berdatangan. Para tetangga kiri-kanan juga hadir di sana, padahal jam masih menunjukkan pukul 2 siang, tetapi suasana rumah sudah ramai. 

"Apa Hasan, dan Papah kamu tidak pulang, Ros?" tanya Bu Wati yang sejak tadi tak melihat kehadiran besan serta putranya. 

"Hufff ... entahlah, Bu. Nomor Mas Hasan tidak aktif, nomor Papah juga tidak aktif. Mereka begitu kompak, padahal sedang di tempat berbeda. Papah bilang penerbangan di tunda karna cuaca buruk. Kalo Mas Hasan nggak tau apa alasan nya, kekeh banget nggak mau pulang," gerutu Rosa yang sebenarnya tengah mengungkapkan uneg-uneg hatinya. 

Hari ini ia sangat kecewa, namun ... Rosa  mencoba untuk tabah, sebab acara nuju bulan ini di lakukannya sebagai bentuk adat jawa yang masih di percaya oleh neneknya. Sedangkan tentang bingkai foto, dan mimpi itu ia coba untuk melupakannya, dan menganggap bahwa kejadian aneh semalam hanya bagian dari bunga tidur. 

"Mungkin suamimu sibuk. Maklum saja, 'kan dia bosnya," ucap Bu Wati. 

"Saya punya Caffe, dan saya bos di sana, tapi tidak begitu aktif karena ada tangan kanan yang mengerjakan semuanya, termasuk merekap keluar masuk uang, serta pendapatan harian. Tidak seperti Mas Hasan yang stand by 24 jam di lokasi!" 

"Sudah-sudah, do'akan saja suamimu cepat pulang dengan selamat. Suami kerja kok malah di omeli." 

"Astaga, bukan di omeli, Bu. Saya cuma,---" 

"Maaf, permisi, Bu," kata Bi Wiwid yang tiba-tiba datang, dan menghentikan obrolan yang tengah terjadi. 

"Ada apa, Bi?" tanya Rosa yang juga penasaran, sebab ekspresi Art-nya ini sangat berbeda dadi biasanya. Terlihat tegang, dan ... sebenarnya apa yang terjadi? 

"Anu, Bu, sebaiknya Ibu ke depan dulu, dan lihat semuanya sendiri." 

Degh. 

Apa? Ada apa? Pikiran Rosa kembali melayang, apakah ini pertanda dari mimpi buruk, dan bingkai foto yang terjatuh semalam?  

"Cepat, Bu!" 

Dengan susah payah Rosa beranjak dari duduknya, perutnya yang membuncit membuat bobotnya semakin bertambah, "sabar, Bi. Jangan begitu, perut saya jadi kram ini," keluh Rosa yang memang sejak semalam perutnya terus-terusan berkontraksi.  

"Sudah, kamu tunggu saja disini, biar Ibu yang lihat ke depan," kata Bu Wati yang tak tega melihat menantunya kesusahan membawa badan. 

"Tidak apa, Bu. Pelan-pelan saya bisa."

Sesampainya di depan, Rosa jadi tercengang, jantungnya berdegup kencang, melihat seseorang yang begitu di nantikan berdiri dengan tegap di hadapannya. Namun, apakah ini nyata, atau hanya angannya saja .... 

"Tolong ... siapa pun tolong cubit saya." 

***  

Related chapters

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Oleh-Oleh

    "TARAAA! SURPRISE!!!" seru dua lelaki yang beda usia itu. Mereka begitu puas melihat ekspresi linglung yang di tampilkan oleh Rosa. "Astaga, Mas! Pah! Kalian ini bikin aku jantungan!" Bukannya di sambut dengan senyuman, mereka malah di sembur omelan, "kalian ya! Kalo aku shock gimana! Kalo aku nggak siap gimana! Main pekik, dan muncul tiba-tiba aja!" omelnya seraya melayangkan satu bogeman ke perut suaminya. "Aw, ampun, Sayang." Pak Erik pun tertawa melihat putrinya begitu kesal, "pasti kamu mikir yang macem-macem, 'kan tentang suamimu ... hayooo ngakuuu ...," ledek sang ayah. "Apaan sih, Pah!" Rosa pun diam, tak lagi memukuli suaminya. "Kesel, 'kan karena Hasan nggak pulang-pulang ... iya, 'kan ...." "Nggak, tu. Biasa aja." "Alah, nggak mau ngaku ... semalem aja marah-marah." "Loh, kok Papah tahu?" Pak Erik, dan Hasan pun saling melempar pandang serta senyum yang menawan, "tahulah, orang Papah yang,---" "Sttttt, jangan di teruskan. Nanti istrimu jadi marah sama Papah," bis

    Last Updated : 2025-01-12
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Gagal Bercinta

    Berulang kali Rosa mengucap syukur sebab suaminya itu datang tepat sebelum acara di mulai. Hatinya yang kecewa, kini telah berbunga. Rosa bahkan tak sabar menunggu pukul 4 tiba. "Selama Ayah pergi pola Bunda gimana, Nak?" ucap Hasan yang kini masih mengajak anaknya bicara sambil mengelus lembut perut istrinya yang tengah membuncit. Ia masih ingat betul saat 7 bulan yang lalu bagaimana tingkah istrinya itu. Orang tua menyebutnya 'Ngidam,' tapi bagi Hasan tingkah istrinya itu benar-benar menggemaskan. Bagaimana tidak, sejak pagi Rosa melarang Hasan bekerja. Ia ingin mengajak suaminya pergi jalan-jalan, tapi ternyata bukan keliling kota, melainkan jalan dari pos jaga hingga ke ujung perumahan. Dan itu mereka lakukan berulang kali dari pagi hingga siang. Lalu yang lebih parahnya, diam-diam Rosa menghilang, dan membuat Hasan jadi gelabakan. Setelah Hasan pusing mencari Rosa, ternyata wanita itu sedang duduk di atas pohon tengah menikmati buah jambu air yang baru di petik olehnya. "Bicar

    Last Updated : 2025-01-12
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Badai

    "Aku sudah mandi, Mas. Kamu saja sana." Melihat mood istrinya mendadak buruk, Hasan pun tak ingin bila hal ini terus terjadi hingga berkepanjangan. Bila sempat mood istrinya tak membaik, sedikit banyak akan berdampak pada acara nuju bulan nanti. Lelaki itu pun bergegas menutup tirai kamar lalu membuka pakaiannya, dengan cepat ia melakukan seperti apa yang tengah di inginkan istrinya, "kita bermain cepat saja, Sayang," bisik Hasan. Rosa pun tersenyum, benar saja ... mood istrinya kembali normal. Dengan singkat, padat, dan jelas Hasan mengacau ar-e-a sensitiv istrinya. Baginya, kesenangan istri adalah hal yang utama. "Ehm, Mas ... Ahhhhhh," Rosa me-nd-esa- panjang saat mereka sama-sama mencapai titik kepu-as-an itu. "Udah, ya. Kalo kurang nanti malem kita lanjut lagi, sebetulnya Mas juga, ... heheheh," Hasan tak melanjutkan ucapannya, ia malah tersenyum kikuk menampilkan barisan gigi putihnya."Iya, Mas," sahut Rosa dan juga tersenyum melihat keringat mengujur di wajah suaminya.

    Last Updated : 2025-01-12
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Wanita Simpanan Suamiku

    Mbok Ipeh mulai melakukan tugasnya, ia meminta Bi Wiwid untuk mengambilkan 7 lembar kain yang sudah di persiapkan. Kain itu yang akan menjadi salah satu syarat terpenting untuk acara nuju bulan ini. "Ndok, pakai ini," kata Mbok Ipeh seraya memberikan selembar kain pada Rosa. Rosa pun menurut, dan mengganti pakaiannya dengan selembar kain, sebab dirinya akan di mandikan dengan air kembang 7 warna. Selanjutnya setelah proses mandi kembang selesai, Mbok Ipeh akan membimbing Hasan untuk membelah kelapa muda yang sudah di sediakan khusus untuk acara ini. Pada bagian ini, kita akan mengetahui jenis kelamin yang sedang di kandung Rosa. Apakah dia lelaki atau seorang perempuan, akan tetapi hanya sebagian orang yang masih percaya, dan sebagian pula menganggapnya mitos. Namun, ketika Hasan akan membelah kelapa muda itu, langit yang awalnya mendung, kini semakin mendung, seakan hujan akan turun. "Bismillahirrahmanirrahim," lirih Hasan. Ia pun mengangkat g-olok, dan akan membelah kelapa mud

    Last Updated : 2025-01-12
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Kau Salahgunakan Kekuasaan

    "Mas," panggil gadis itu, ia tak perduli bila Hasan tengah mencoba memberi penjelasan kepada istrinya, "bagaimana jika kamu melihat ini, apa masih kamu lupa denganku?" ucapnya seraya merogoh sesuatu yang ada di dalam tasnya. Hasan berjalan mendekati gadis itu lalu melayangkan tatapan tajam, "apa pun yang akan kamu tunjukkan sebagai bukti, itu pasti rekayasa! Sudahi sandiwara mu, katakan sekarang siapa yang menyuruhmu untuk menghancurkan acara ini!" ungkap Hasan penuh penekanan. Gadis itu tersenyum, "kita lihat saja," ucapnya lalu menghampiri Rosa. "Hai, sayangnya kita harus berbagi suami, karena saat ini aku pun sedang mengandung anak dari suamimu," bisik gadis itu pada Rosa. Glegek. Rosa meneguk salivanya, entah mengapa untuk pertama kali ia merasa posisinya tersudutkan. Gadis itu pun menunjukkan beberapa lembar foto. Foto yang membuat tubuh Rosa jadi menegang. "Bisa kamu lihat, betapa erat suamimu memelukku. Foto ini aku ambil setelah suamimu puas bermain denganku. Lihatlah,

    Last Updated : 2025-02-21
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   SANDIWARA MAWAR

    "Astaghfirullah ... bertemu dengannya saja tidak pernah, baru ini Mas melihat dia," ungkap Hasan. "Hah! Wajar kamu betah di sana! Berulang kali aku minta pulang, tidak kamu gubris. Banyak sekali alasan kamu. Yang ini, yang itu, ternyata, ada dia yang membuatmu lupa dengan aku, dan calon anakmu! Kamu pikir enak, Mas saat hamil begini di tinggal suami? Kamu pikir enak, Mas berbadan dua! Kamu pikir aku bisa melalui semuanya dari usia 2 Minggu sampe 7 bulan seorang diri? Nggak, Mas! Aku nggak kuat! Aku nggak sekuat yang kamu bayangin! Tapi aku harus kuat, karena aku percaya kamu di sana beneran kerja! Aku harus kuat demi kamu, dan anakku ... tapi yang ku dapat apa? Oleh-olehmu sungguh luar biasa!" ungkap Rosa, ia tak perduli dengan mereka yang ada di sana, yang Rosa inginkan hanyalah membuang semua uneg-uneg yang memenuhi hatinya. Hasan tak bergeming, ia bahkan tak tahu lagi harus dengan cara apa agar istrinya percaya bahwa dia, sungguh setia, dan wanita itu ... 'wanita itu,' ungkap

    Last Updated : 2025-02-21
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   CERAI

    "Apa yang harus aku katakan, Mas? Semua sudah jelas. Kita pernah menghabiskan malam bersama, dan sekarang aku mengandung anakmu. Kamu tahu, aku masih menyimpan foto serta Vidio panas kita. Yang di hancurkan istrimu tadi itu hanya sebagian, yang lain masih banyak tersisa di ponselku. Kamu mau lihat?" ucapnya santai, seperti tak merasa sakit pada lengannya yang di cengkram kuat oleh Hasan. "Tutup mulut busukmu!" Hasan mengangkat tangannya, dan akan melayangkan pukulan ke wajah gadis itu, tetapi Pak Erik yang melihat tak ingin Hasan menyakiti wanita itu. "Hentikan, Hasan!" teriak Pak Erik tepat sebelum tangan kekar itu menyentuh wajah Mawar, "jangan buat malu dirimu. Sudah Papah katakan selesaikan baik-baik! Sekarang masih banyak orang di rumah, apa kamu tidak malu bagaimana tanggapan mereka nanti! Untung acara di majukan jadi para kolega kerja, dan teman dekat Rosa belum ada yang datang, coba kalau mereka menyaksikan ini, bisa malu keluarga kita!" ungkap Pak Erik penuh penekan. Hasan

    Last Updated : 2025-02-21
  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Malam Suram

    "Sebentar lagi usia kandunganku 7 bulan, Mas. Apa kamu belum bisa pulang juga?" tanya Rosa yang kini duduk di depan jendela menikmati udara malam.["Akan Mas usahakan, Sayang. Mas pasti pulang, tapi tidak sekarang,"] jawab Hasan dari seberang sana. Sejak istrinya hamil 2 minggu, ia sudah pergi melakukan perjalanan bisnis ke Padang. Karena yang di kelolanya sekarang adalah anak perusahaan yang pertama, jadi Hasan membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan cabang Nuansa (ada di season 1 asal-usul Nuansa.) Mereka selalu bertukar kabar lewat panggilan vidio. Siang malam, siang malam datang silih berganti hingga sekarang tak terasa 7 bulan waktu telah berlalu. "Apa tidak bisa di serahkan dulu sama yang lain? Ini penting, Mas. Acara anak pertama kita, lo. Papah aja pulang, meski dia sedang di eropa." "Iya, iya ... Sayang, insyaallah ya. Akan Mas usahakan." "Dari kemarin jawabamu itu-itu mulu, Mas! Bosen aku dengarnya!" rajuk Rosa, bibirnya cemberut memenuhi layar ponsel suaminya.

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   CERAI

    "Apa yang harus aku katakan, Mas? Semua sudah jelas. Kita pernah menghabiskan malam bersama, dan sekarang aku mengandung anakmu. Kamu tahu, aku masih menyimpan foto serta Vidio panas kita. Yang di hancurkan istrimu tadi itu hanya sebagian, yang lain masih banyak tersisa di ponselku. Kamu mau lihat?" ucapnya santai, seperti tak merasa sakit pada lengannya yang di cengkram kuat oleh Hasan. "Tutup mulut busukmu!" Hasan mengangkat tangannya, dan akan melayangkan pukulan ke wajah gadis itu, tetapi Pak Erik yang melihat tak ingin Hasan menyakiti wanita itu. "Hentikan, Hasan!" teriak Pak Erik tepat sebelum tangan kekar itu menyentuh wajah Mawar, "jangan buat malu dirimu. Sudah Papah katakan selesaikan baik-baik! Sekarang masih banyak orang di rumah, apa kamu tidak malu bagaimana tanggapan mereka nanti! Untung acara di majukan jadi para kolega kerja, dan teman dekat Rosa belum ada yang datang, coba kalau mereka menyaksikan ini, bisa malu keluarga kita!" ungkap Pak Erik penuh penekan. Hasan

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   SANDIWARA MAWAR

    "Astaghfirullah ... bertemu dengannya saja tidak pernah, baru ini Mas melihat dia," ungkap Hasan. "Hah! Wajar kamu betah di sana! Berulang kali aku minta pulang, tidak kamu gubris. Banyak sekali alasan kamu. Yang ini, yang itu, ternyata, ada dia yang membuatmu lupa dengan aku, dan calon anakmu! Kamu pikir enak, Mas saat hamil begini di tinggal suami? Kamu pikir enak, Mas berbadan dua! Kamu pikir aku bisa melalui semuanya dari usia 2 Minggu sampe 7 bulan seorang diri? Nggak, Mas! Aku nggak kuat! Aku nggak sekuat yang kamu bayangin! Tapi aku harus kuat, karena aku percaya kamu di sana beneran kerja! Aku harus kuat demi kamu, dan anakku ... tapi yang ku dapat apa? Oleh-olehmu sungguh luar biasa!" ungkap Rosa, ia tak perduli dengan mereka yang ada di sana, yang Rosa inginkan hanyalah membuang semua uneg-uneg yang memenuhi hatinya. Hasan tak bergeming, ia bahkan tak tahu lagi harus dengan cara apa agar istrinya percaya bahwa dia, sungguh setia, dan wanita itu ... 'wanita itu,' ungkap

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Kau Salahgunakan Kekuasaan

    "Mas," panggil gadis itu, ia tak perduli bila Hasan tengah mencoba memberi penjelasan kepada istrinya, "bagaimana jika kamu melihat ini, apa masih kamu lupa denganku?" ucapnya seraya merogoh sesuatu yang ada di dalam tasnya. Hasan berjalan mendekati gadis itu lalu melayangkan tatapan tajam, "apa pun yang akan kamu tunjukkan sebagai bukti, itu pasti rekayasa! Sudahi sandiwara mu, katakan sekarang siapa yang menyuruhmu untuk menghancurkan acara ini!" ungkap Hasan penuh penekanan. Gadis itu tersenyum, "kita lihat saja," ucapnya lalu menghampiri Rosa. "Hai, sayangnya kita harus berbagi suami, karena saat ini aku pun sedang mengandung anak dari suamimu," bisik gadis itu pada Rosa. Glegek. Rosa meneguk salivanya, entah mengapa untuk pertama kali ia merasa posisinya tersudutkan. Gadis itu pun menunjukkan beberapa lembar foto. Foto yang membuat tubuh Rosa jadi menegang. "Bisa kamu lihat, betapa erat suamimu memelukku. Foto ini aku ambil setelah suamimu puas bermain denganku. Lihatlah,

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Wanita Simpanan Suamiku

    Mbok Ipeh mulai melakukan tugasnya, ia meminta Bi Wiwid untuk mengambilkan 7 lembar kain yang sudah di persiapkan. Kain itu yang akan menjadi salah satu syarat terpenting untuk acara nuju bulan ini. "Ndok, pakai ini," kata Mbok Ipeh seraya memberikan selembar kain pada Rosa. Rosa pun menurut, dan mengganti pakaiannya dengan selembar kain, sebab dirinya akan di mandikan dengan air kembang 7 warna. Selanjutnya setelah proses mandi kembang selesai, Mbok Ipeh akan membimbing Hasan untuk membelah kelapa muda yang sudah di sediakan khusus untuk acara ini. Pada bagian ini, kita akan mengetahui jenis kelamin yang sedang di kandung Rosa. Apakah dia lelaki atau seorang perempuan, akan tetapi hanya sebagian orang yang masih percaya, dan sebagian pula menganggapnya mitos. Namun, ketika Hasan akan membelah kelapa muda itu, langit yang awalnya mendung, kini semakin mendung, seakan hujan akan turun. "Bismillahirrahmanirrahim," lirih Hasan. Ia pun mengangkat g-olok, dan akan membelah kelapa mud

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Badai

    "Aku sudah mandi, Mas. Kamu saja sana." Melihat mood istrinya mendadak buruk, Hasan pun tak ingin bila hal ini terus terjadi hingga berkepanjangan. Bila sempat mood istrinya tak membaik, sedikit banyak akan berdampak pada acara nuju bulan nanti. Lelaki itu pun bergegas menutup tirai kamar lalu membuka pakaiannya, dengan cepat ia melakukan seperti apa yang tengah di inginkan istrinya, "kita bermain cepat saja, Sayang," bisik Hasan. Rosa pun tersenyum, benar saja ... mood istrinya kembali normal. Dengan singkat, padat, dan jelas Hasan mengacau ar-e-a sensitiv istrinya. Baginya, kesenangan istri adalah hal yang utama. "Ehm, Mas ... Ahhhhhh," Rosa me-nd-esa- panjang saat mereka sama-sama mencapai titik kepu-as-an itu. "Udah, ya. Kalo kurang nanti malem kita lanjut lagi, sebetulnya Mas juga, ... heheheh," Hasan tak melanjutkan ucapannya, ia malah tersenyum kikuk menampilkan barisan gigi putihnya."Iya, Mas," sahut Rosa dan juga tersenyum melihat keringat mengujur di wajah suaminya.

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Gagal Bercinta

    Berulang kali Rosa mengucap syukur sebab suaminya itu datang tepat sebelum acara di mulai. Hatinya yang kecewa, kini telah berbunga. Rosa bahkan tak sabar menunggu pukul 4 tiba. "Selama Ayah pergi pola Bunda gimana, Nak?" ucap Hasan yang kini masih mengajak anaknya bicara sambil mengelus lembut perut istrinya yang tengah membuncit. Ia masih ingat betul saat 7 bulan yang lalu bagaimana tingkah istrinya itu. Orang tua menyebutnya 'Ngidam,' tapi bagi Hasan tingkah istrinya itu benar-benar menggemaskan. Bagaimana tidak, sejak pagi Rosa melarang Hasan bekerja. Ia ingin mengajak suaminya pergi jalan-jalan, tapi ternyata bukan keliling kota, melainkan jalan dari pos jaga hingga ke ujung perumahan. Dan itu mereka lakukan berulang kali dari pagi hingga siang. Lalu yang lebih parahnya, diam-diam Rosa menghilang, dan membuat Hasan jadi gelabakan. Setelah Hasan pusing mencari Rosa, ternyata wanita itu sedang duduk di atas pohon tengah menikmati buah jambu air yang baru di petik olehnya. "Bicar

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Oleh-Oleh

    "TARAAA! SURPRISE!!!" seru dua lelaki yang beda usia itu. Mereka begitu puas melihat ekspresi linglung yang di tampilkan oleh Rosa. "Astaga, Mas! Pah! Kalian ini bikin aku jantungan!" Bukannya di sambut dengan senyuman, mereka malah di sembur omelan, "kalian ya! Kalo aku shock gimana! Kalo aku nggak siap gimana! Main pekik, dan muncul tiba-tiba aja!" omelnya seraya melayangkan satu bogeman ke perut suaminya. "Aw, ampun, Sayang." Pak Erik pun tertawa melihat putrinya begitu kesal, "pasti kamu mikir yang macem-macem, 'kan tentang suamimu ... hayooo ngakuuu ...," ledek sang ayah. "Apaan sih, Pah!" Rosa pun diam, tak lagi memukuli suaminya. "Kesel, 'kan karena Hasan nggak pulang-pulang ... iya, 'kan ...." "Nggak, tu. Biasa aja." "Alah, nggak mau ngaku ... semalem aja marah-marah." "Loh, kok Papah tahu?" Pak Erik, dan Hasan pun saling melempar pandang serta senyum yang menawan, "tahulah, orang Papah yang,---" "Sttttt, jangan di teruskan. Nanti istrimu jadi marah sama Papah," bis

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Mimpi atau Nyata?

    "Chika," panggil Rosa, ia pun duduk di sebelah keponakannya, "kalau Chika nggak mau main sama nenek, Chika boleh main di kamar aja," ucapnya seraya mengelus rambut panjang gadis kecil itu.Perlahan Chika mengangkat wajahnya, dan memberanikan diri untuk menatap wanita yang ada di sebelahnya ini, "Chika mau main keluar, tapi Chika nggak mau main sama nenek, Tante," ungkapnya pelan. Rosa mengerti, mungkin saja tadi sikap mak lampir sang mertua kembali kambuh yang mengakibatkan cucunya menjadi takut, "ya sudah, oya Chika mandi sama siapa?" tanya Rosa mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. "Mandi sendiri, Tante." "Anak pinter ... ya sudah kalo gitu Tante mau mandi dulu ya." "Iya, Tante." Perlahan Rosa beranjak dari sana sambil mengelus perutnya yang sudah membuncit. Ia kembali melewati bingkai foto yang tiba-tiba terjatuh semalam. Ia pun kembali teringat, betapa gelisah perasaannya semalam, "Papah," lirihnya. Rosa mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kama

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Chika Kenapa?

    Bu Wati tersenyum kikuk. Sikap tegas sang menantu tak ubah meskipun sudah 7 bulan mereka tak berjumpa, "baiklah, Nak. Maafkan Ibu ... tapi kamu harus percaya pada Ibu, Ibu tidak menjewernya, Ibu tadi mengambil semut di telinganya. Iya, 'kan," kata Bu Wati seraya menoel lengan Wiwid agar wanita itu mendukung ucapannya. Bi Wiwid hanya mampu menundukkan kepalanya, lalu menjawab dengan terbata, "i-iya, Bu. Tadi ada semut di telinga saya," ungkap Bi Wiwid. Rosa tahu bagaimana sikap wanita tua yang bergelar Ibu untuk suaminya ini, ialah wanita yang memiliki sikap seperti bunglon, jadi bagaimana Wiwid menjawab, ia mengerti bahwa jawaban itu hanyalah sebuah keterpaksaan. "Ya sudah, Wid. Tolong buatkan nasi goreng, ya." Pinta Rosa pada Art-nya. "Baik, Bu," jawab Wiwid cepat, lalu bergegas pergi ke dapur untuk menyajikan nasi goreng kesukaan majikannya seperti biasanya.'Loh, nasi goreng? Rumah semewah ini kok sarapannya nasi goreng?' monolog Bu Wati dalam hati, 'gagal dong mau manjain peru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status