Share

Bab 7.

last update Last Updated: 2025-01-14 20:30:50

Mobil yang dinaikki oleh Arland dan Ayra memasuki basement Plaza Indah Mall, pusat perbelanjaan terbesar yang berada di pusat kota. Arland lebih dulu turun dari mobil lalu mengitarinya, membuka pintu sebelah kiri mempersilahkan Ayra untuk turun dari mobil.

Ayra mengedarkan pandangannya membuat Arland merasa heran.

"Kenapa Sayang?"

"Nggak apa-apa."

"Sepertinya sudah lama kita tidak ke sini, Ayo masuk!" Arland merangkul Ayra mengajaknya masuk ke dalam Mall.

Ayra mendongak menatap sejenak wajah Arland.

"Ternyata bukan cuma aku yang diperlakukan seperti ini oleh Mas Arland, ada wanita lain yang mendapat perlakuan yang sama seperti ini atau bahkan lebih." monolong Ayra dalam hati, sakit rasanya sangat sakit menyadari perhatian, cinta serta kasih sayang suaminya telah terbagi dengan wanita lain.

"Sayang, apa kamu baru sadar kalau suamimu sebenarnya sangat tampan." Mendengar ucapan Arland, dengan cepat Ayra memalingkan wajahnya merasa malu seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.

"Kamu boleh menatap wajah Mas, nggak perlu malu-malu seperti itu!" Arland mencubit pipi Ayra dengan gemas.

"Mas!" Ayra berusaha menyingkirkan tangan Arland dari pipinya.

"Kenapa Sayang?"

"Jangan main cubit-cubit sakit tahu!"

"Bilang aja minta dicium! Apa susahnya." Dengan gerakan cepat Arland mengecup singkat kedua pipi Ayra. Ayra terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Arland.

"Mas, ini di tempat umum!" bentak Ayra mengingatkan.

"Memangnya kenapa, lagipula kita sudah menikah?" Arland berkata dengan santai tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Malulah, ih Mas ini ya!" Ayra mencubit pinggang Arland dengan kuat.

"Awh ...." Arland mengadu kesakitan refleks mengusap-usap pinggangnya yang baru saja dicubit oleh Ayra.

"Kamu mau balas dendam karena tadi Mas mencubit pipimu?"

"Iya." jawab Ayra singkat.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua dari kejauhan sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.

Dering hp menarik perhatian mereka.

"Mas, sepertinya hp-mu bunyi." Arland merogoh sakunya mengambil benda pipih yang tersimpan di dalamnya.

"Mas angkat telephon dulu, kamu pilih saja pakaian yang kamu suka kalau sudah selesai bilang sama Mas!"

"Iya Mas." Arland berjalan menjauh dari Ayra mengangkat panggilan yang masuk ke hp-nya. Sedangkan Ayra segera masuk ke dalam fashion store.

"Mas, kamu ada dimana?" Arland mengerutkan keningnya mendengar suara seseorang dari seberang sana setelah panggilannya terhubung. Orang yang sedang menelpon adalah Riska.

Aku ada di rumah di ruang kerja banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan saat ini." jawab Arland berbohong.

"Mas, kenapa kamu berbohong kepadaku? Aku tahu sekarang kamu ada di Plaza Indah Mall bersama dengan Ayra. Katanya kamu tidak mencintainya kenapa kamu terlihat begitu mesra dengannya?" Arland terkejut mendengar ucapan Riska refleks mengedarkan pandangannya, hingga akhirnya dia melihat Riska berada tidak jauh darinya.

"Kenapa Riska bisa ada di sini?" patin Arland heran.

"Ini tidak seperti yang kamu lihat, aku akan jelaskan semuanya!" Arland berjalan dengan cepat menghampiri Riska.

"Riska !" panggil Arland setelah berada di hadapan Riska.

"Apalagi yang mau kamu jelaskan, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kamu begitu mesra dengan Ayra. Kamu mencintainya kan?" Riska menatap ke arah Arland menuntut jawaban darinya, sedangkan air matanya mengucur deras membasahi kedua pipinya.

"Semua kata-katamu ternyata hanya bualan semata, kamu pembohong." teriak Riska penuh amarah.

"Jika kamu mencintai Ayra katakan, jangan memberiku harapan palsu seperti ini! Aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga kalian." Riska menghapus buliran-buliran bening yang membasahi kedua pipinya lalu memalingkan wajahnya enggan menatap ke arah Arland.

"Nggak." Arland meraih pergelangan tangan Riska.

"Lepas! Aku nggak mau lagi dengan Mas. Mas boleh menghinaku tetapi tidak boleh menghina rasa cintaku." Riska melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Arland. Namun usahanya sia-sia karena Arland menariknya sehingga dirinya menabrak dada Arland. Dengan gerakan cepat Arland menahan pinggang Riska agar tetap menempel dengannya.

"Mas hanya mencintaimu, percayalah!" Salah satu tangan Arland membelai pipi Riska dengan lembut. Perlahan Riska mendongak menatap ke arahnya.

"Benarkan?"

"Tentu saja." Senyuman merekah di bibir Riska mendengar ucapan Arland. Dia menempelkan kepalanya ke dada Arland seolah sedang mencari kenyamanan. Tangan Arland bergerak mengusap-usap punggung Riska dengan lembut.

"Ayra, cepat atau lambat Mas Arland akan menceraikan mu. Kemudian menikahiku menjadikan aku satu-satunya ratu di hatinya." Monolog Riska dalam hati membayangkan dirinya menikah dengan Arland.

Riska mengalungkan tangannya ke leher Arland, kemudian mengecup bibirnya. Menyadari sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya, Arland segera meraih tengkuk Riska. Awalnya hanya berupa kecupan, namun semakin lama semakin menuntut serta meminta lebih. Mereka saling bertukar saliva tidak peduli kalau saat ini berada di tempat umum.

Lisa yang sedang berjalan tidak jauh dari mereka, tentu saja melihat apa yang sedang dilakukan oleh Arland dan Riska.

"Mesra-mesraan di tempat umum seperti ini. Benar-benar tidak tahu tempat." gumam Lisa menggelengkan kepalanya pelan.

Tidak hanya Lisa yang melihat apa yang dilakukan oleh Arland dan Riska, beberapa orang yang lewat di sana juga melihatnya. Ada yang menggelengkan kepalanya pelan dan ada juga yang mencibirnya.

"Dunia serasa milik berdua, tidak peduli sama sekali kalau saat ini sedang berada di tempat umum."

"Mereka kelihatannya orang berpendidikan tinggi, tapi nggak ada akhlak"

"Sepertinya mereka orang kaya kenapa nggak menyewa hotel saja untuk bermesraan sepuasnya, daripada di sini kasihan kalau ada anak kecil yang melihatnya."

Itulah beberapa cibiran orang-orang yang melihat Arland dan Riska saling memangut bibir dengan mesra padahal berada di mall.

Arland dan Riska melepaskan tautan bibirnya, setelah mendengar cibiran orang-orang yang tanpa sengaja melihat apa yang sedang mereka lakukan.

"Mas, bagaimana kalau kita ke hotel Horison? Di sana kita bisa melakukan sepuasnya, Aku sangat rindu dengan sentuhan Mas." tanya Riska kepada Arland dengan suara manja.

"Malam ini aku nggak bisa, lain kali saja ya?" Riska merasa kecewa mendengar apa yang diucapkan oleh Arland.

"Apa karena Ayra?" Riska bertanya dengan hati-hati.

"Bukan." Riska menghela nafas lega mendengarnya.

Di fashion store Ayra memilih-milih pakaian untuknya. Sesekali menoleh ke sana kemari berharap melihat Arland datang menghampirinya.

"Kenapa Mas Arland belum ke sini ya?" monolong Ayra dalam hati merasa heran.

Setelah mengambil beberapa helai pakaian yang diinginkan olehnya, Ayra berjalan menuju ke kasir untuk membayarnya.

Ayra menghubungi Arland namun tidak panggilannya tidak diangkat.

"Mas Arland sebenarnya dimana kenapa panggilannya nggak diangkat?" batin Ayra sambil berjalan mengedarkan pandangannya.

Melihat ada stand es krim, Ayra memutuskan untuk membeli es krim terlebih dahulu. Dia menjatuhkan bobot tub uhnya di atas kursi sambil memegang satu cup es krim lalu memakannya.

"Boleh nggak, aku duduk di sini?" Mendengar suara seseorang Ayra segera mendongak menatap ke arahnya. Terlihat Lisa sedang berdiri di hadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia Suamiku    Bab 8.

    "Boleh, silahkan duduk saja! Kamu wanita yang di supermaket waktu itu ya?" tebak Ayra teringat dengan wanita yang ditemui olehnya di supermarket."Iya, senang bisa bertemu kembali denganmu. Panggil saja Lisa!""Maaf tadi aku lupa dengan namamu." Ayra tersenyum kikuk."Nggak apa-apa." Lisa tersenyum menjatuhkan bobot tub uhnya di kursi duduk berhadapan dengan Ayra. Dia juga mulai menikmati es krimnya seperti halnya Ayra.Lisa sesekali menatap ke arah Ayra yang sedang makan es krim, mengingatkannya pada sosok Ayra sahabatnya dulu. Mulai dari rasa es krim yang dimakannya ataupun cara memakannya."Kamu suka makan es krim?" tanya Lisa basa-basi mencairkan suasana."Sangat suka, aku pencinta makanan manis.""Pencinta makanan manis sama seperti Ayra, apakah benar mereka merupakan satu orang yang sama tapi ...?" monolog Tasya dalam hati.Suara Ayra membuyarkan lamunannya. "Kenapa malah bengong? Es krimnya dibiarkan begitu nanti meleleh loh!" ujar Ayra mengingatkan."Eh iya." Lisa tersenyum ki

    Last Updated : 2025-01-15
  • Rahasia Suamiku    Bab 9.

    Ayra memutuskan menyewa detektif untuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh Arland selama ini di belakangnya. Mendengar hp-nya berbunyi Ayra segera meraihnya. Seulas senyum tipis terbit di bibirnya melihat nama Joni (detektif yang disewa oleh Ayra) tertera di layar hp-nya."Bu, saya melihat Pak Arland masuk ke dalam kelab." Ayra terkejut mendengar ucapan Joni hp yang sedang dipegang olehnya hampir saja terjatuh."Kelab?" Ayra memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Iya.""Sejak kapan Mas Arland suka pergi ke kelab?" batin Ayra tidak menyangka suaminya pergi ke club."Di kelab mana?" Ayra bertanya dengan bibir bergetar."Paradise night.""Aku akan segera ke sana." Ayra memutuskan sambungan teleponnya."Benarkan Mas Arland pergi ke kelab? Jangan-jangan selama ini Mas Arland sering tidur bersama dengan para wanita yang ada di sana. Noda lipstik serta tanda kissmark pasti ulah wanita yang menjadi partner ranjangnya." monolong Ayra mengusap wajahnya dengan kasar."Setelah tidur denga

    Last Updated : 2025-01-16
  • Rahasia Suamiku    Bab 10.

    Sesekali Ayra menoleh ke arah Arland yang sedang mengendarai mobilnya. Apa yang dilakukan oleh Ayra membuat Arland merasa heran."Kalau ada yang mau kamu tanyakan silahkan! Nanti mas jawab. Wanita yang tadi bersama dengan mas merupakan seorang LC jangan salah paham.""Seorang LC, haruskah mereka mesra begitu ya?" batin Ayra heran. Tapi saat ini Ayra tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut, dia tidak ingin Arland kembali marah kepadanya, rasanya belum siap untuk menghadapinya."Sejak kapan Mas punya kelab malam?" Akhirnya Ayra bertanya sesuatu yang sejak tadi mengganggu pikirannya."Sudah lama bahkan sebelum kita saling mengenal.""Kenapa Mas nggak pernah bilang? Sebagai suami istri seharusnya kita saling terbuka satu sama lain!" Arland menghela nafas panjang mendengar ucapan Ayra."Saling terbuka, kalau hal itu terjadi di antara kita. Kita nggak akan mungkin bisa bersama." Arland berkata dalam hati."Mas, kenapa aku nggak ingat pertemuan pertama kita?" tanya Ayra setelah beberapa sa

    Last Updated : 2025-01-17
  • Rahasia Suamiku    Bab 11.

    Setitik air matanya menetes di kedua pipinya ketika sedikit demi sedikit wine masuk ke dalam mulutnya. Rasanya sangat pahit ini pertama kalinya Ayra minum wine. Dia tidak pernah menyangka minuman beralkohol itu akhirnya masuk ke dalam mulutnya.Ayra merasa geram melihat Pak Edi hanya diam tanpa ada niat sedikit pun untuk menolongnya. Kedua tangan Ayra mengepal kuat, wine yang terkumpul di dalam mulutnya dia semburkan ke wajah Arland.Arland terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ayra refleks mundur beberapa langkah ke belakang sambil mengusap wajahnya. Ayra yang melihatnya segera beranjak dari duduknya berjalan dengan cepat menuju ke arah pintu. Namun belum sempat membuka pintunya, Pak Edi mendorong Ayra ke arah Arland. Dengan sigap Arland menangkap Ayra lalu mendorongnya ke sofa.Dengan gerakan cepat Arland meraih kedua tangan Ayra, menguncinya di atas kepalanya."Aku sudah bersikap lembut kepadamu, tapi ternyata kamu lebih suka aku sikap kasar." Ujar Arland dengan seringai iblis me

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rahasia Suamiku    Bab 12.

    Riska meraih hp-nya kemudian memotret dirinya bersama dengan Arland di atas ranjang. Dia mengamati foto hasil jepretannya di layar hp-nya dengan seringai di wajahnya."Bagaimana kalau foto ini aku kirim ke Ayra?" batin Riska mengamati foto yang ada di layar hp-nya lalu menoleh ke arah Arland yang sudah tidur dengan pulas."Beraninya kamu bermain-main denganku, lihat saja bagaimana aku akan membalas mu." ujar Riska lirih jari lentiknya menyentuh ikon kirim gambar di layar hp-nya. Hanya dalam hitungan detik foto tersebut telah terkirim ke hp Ayra."Permainan baru dimulai." batin Riska meletakkan kembali hp-nya di atas nakas. Dia mengulurkan tangannya memeluk Arland dengan erat, kepalanya di letakkan di atas dadanya.Keesokan harinya Arland terbangun dari tidurnya setelah mendengar hp-nya berbunyi. Dalam keadaan masih setengah sadar dia mengulurkan tangannya meraih hp-nya yang terus berbunyi."Siapa yang nelpon pagi-pagi begini? Ganggu orang tidur saja." gerutu Arland merasa kesal."Mark

    Last Updated : 2025-01-19
  • Rahasia Suamiku    Bab 13.

    "Tunangan?" Ayra menatap ke arah Arland meminta penjelasan darinya. "Iya, sebenarnya kita sudah tunangan dan berencana untuk menikah, tapi kamu mengalami kecelakaan sehingga pernikahannya ditunda." Arland berusaha meyakinkan Ayra sambil mengusap rambutnya dengan lembut. "Jadi kita sudah berencana untuk menikah?" tanya Ayra memastikan. "Iya, setelah kamu pulih kita menikah. Cepat sembuh Sayang!" Arland mengusap-usap rambut Ayra dengan lembut. Seulas senyum tipis terbit di bibir Ayra menatap ke arah Arland membuat pandangan mereka saling bertemu. Satu minggu setelah Ayra sadar serta kondisinya sudah membaik, Arland menikahinya. Mereka mengucapkan janji suci di hadapan Tuhannya, berjanji untuk saling mencintai menyayangi melindungi menjaga membimbing satu sama lain. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berdua saling menatap penuh cinta. Ayra merasakan getaran di hatinya ketika Arland mendaratkan kecupan di keningnya. Ada perasaan bahagia dan terharu semua campur aduk menjadi sa

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rahasia Suamiku    Bab 14.

    "Ayra, sebentar saja! Mas capai pagi-pagi sudah marah-marah." Perlahan Arland memejamkan matanya."Siapa juga yang suruh marah-marah di pagi hari?" monolog Ayra merasa heran dengan sikap Arland."Sayang, usap-usap rambutnya!" Arland meletakkan tangan Ayra di atas rambutnya."Hah!" Ayra terkejut mendengar ucapan Arland, padahal baru saja marah-marah sekarang justru tingkahnya seperti anak kecil."Ayra!""Iya Mas." Ayra menggerakkan tangannya mengusap-usap rambut Arland dengan lembut walaupun terpaksa.Tanpa Ayra ketahui Arland menyunggingkan senyum tipis merasakan usapan lembut di rambutnya. Perlahan tertidur pulas kembali berkelana ke alam mimpi yang tadi sempat terusik.Dengan hati-hati Ayra memindahkan kepala Arland ke atas sofa. Ayra menghela nafas lega setelah berhasil memindahkannya."Mas, aku mandi dulu!" pamit Ayra menatap wajah Arland, walaupun dia tahu Arland tidak mendengarnya.Ayra berjalan menuju ke kamar mandi meninggalkan Arland seorang diri di atas sofa.Arland terkejut

    Last Updated : 2025-01-21
  • Rahasia Suamiku    Bab 15.

    Arland dan Alex saat ini sedang berada di kafe."Kalau kamu mencintai Riska lebih baik lepaskan Ayra, Jangan terlalu kejam kepadanya! Dia juga berhak bahagia." Alex menatap ke arah Arland yang duduk di hadapannya, setelah menyeruput kopi miliknya.Arland meraih secangkir kopi di atas meja lalu menyeruputnya."Nggak." jawab Arland singkat meletakkan kembali gelasnya di atas meja."Kamu nggak mencintai Riska atau nggak mau menceraikan Ayra?""Nggak dua-duanya." Alex menggelengkan kepalanya pelan merasa heran mendengar ucapan Arland."Kalau nggak mencintai Riska, kenapa menjalin hubungan dengannya?" Arland menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Aku bukan kamu yang bisa menahan diri dari godaan wanita. Riska terus menerus menggodaku mana mungkin aku bisa menahan diri dari godaannya." ujar Arland lesu."Kalau kamu tidak pernah memberi Riska kesempatan, tidak mungkin dia menggoda mu?" sindir Alex membuat Arland melotot tajam ke arahnya."Santai Bos bercanda."

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Rahasia Suamiku    Bab 72.

    Dokter Feni mengerutkan kening setelah memeriksa Ayra."Kamu nggak hamil, jadi kenapa mau melakukan aborsi?" tanyanya heran.Ayra menatap dokter Feni dengan bingung."Maksudnya, Dok?"Bukannya langsung menjawab, dokter Feni justru bertanya balik."Kamu mengalami tanda-tanda kehamilan?"Ayra menggeleng pelan. "Tadi perutku terasa sakit...""Hanya karena sakit perut kamu berpikir sedang hamil?" Dokter Feni menatapnya dengan tatapan tak percaya.Ayra terdiam. Dia sendiri tidak tahu apakah dia benar-benar hamil atau tidak. Pak Revan langsung menuduhnya hamil hanya karena dia mengeluh sakit perut, lalu menyeretnya ke rumah sakit untuk melakukan aborsi. Kalau dipikir-pikir, suaminya benar-benar aneh."Orang sakit perut belum tentu hamil. Kamu sakit perut karena akan datang bulan. Bukannya kamu pernah mengalami ini sebelumnya?" jelas dokter Feni.Ayra akhirnya mengerti. Memang, sebelum atau saat datang bulan, dia sering mengalami sakit perut dan pusing."Jadi saya nggak hamil, Dok?" tanyanya

  • Rahasia Suamiku    Bab 71.

    Keputusan yang Kejam Menyadari wajah Pak Revan begitu dekat, bahkan hembusan napasnya terasa hangat di kulit, Ayra berusaha mundur. Namun, tangannya lebih dulu ditahan, membuatnya tak bisa menghindar saat bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam. Kamar hotel Sonata menjadi saksi atas kebersamaan mereka malam itu, hingga tiba-tiba Ayra mengerang pelan. Wajahnya menegang, tangannya refleks meremas perutnya yang terasa sakit. Pak Revan menghentikan gerakannya. Matanya menatap tajam, bukan dengan kekhawatiran, melainkan dengan kecurigaan. "Kamu hamil?" bentaknya, suaranya penuh emosi. Ayra menegang. Jantungnya serasa berhenti berdetak sesaat. Sakit di perutnya semakin menjadi, tetapi lebih menyakitkan lagi adalah tatapan pria itu—suaminya sendiri. Tanpa menjawab, Ayra perlahan merapikan pakaian yang sempat berantakan, lalu berusaha turun dari ranjang dengan hati-hati. Namun, baru saja kakinya menyentuh lantai, Pak Revan langsung menarik pergelangan tangannya. "Kita ke rum

  • Rahasia Suamiku    Bab 70

    Pak Revan mengajak Ayra masuk ke dalam kamar yang telah dipersiapkan untuk malam pertama pernikahannya. Ketika pintu dibuka Ayra langsung dibuat takjub melihat kamar yang sudah dirias sedemikian rupa. Kelopak-kelopak bunga mawar merah segar bertaburan di atas ranjang, harum semerbaknya menusuk indera penciuman mereka. "Kenapa berhenti?" tanya Pak Revan heran melihat Ayra menghentikan langkah kakinya di ambang pintu."Nggak apa-apa." jawab Ayra menggelengkan kepalanya pelan."Yakin, kalau kamu tidak suka katakan saja! Kita bisa pindah ke kamar yang lain."Ayra tercengang mendengar penuturan Pak Revan. "Suka kok, siapa yang bilang nggak suka?" ujarnya setelah beberapa saat kemudian."Oh, kirain nggak suka. Kenapa kamu nggak mau masuk ke dalam?"Ayra akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar walaupun awalnya merasa ragu. Dia benar-benar merasa lelah ingin rasanya segera menjatuhkan tu buhnya di atas ranjangnya. Baru saja berdiri di dekat ranjang terdengar suara Pak Revan menyad

  • Rahasia Suamiku    Bab 69.

    Seulas senyum tipis terbit di bibir Arland melihat Ayra sedang berada di dapur, dia segera menghampirinya. Setelah tepat berada di belakang Ayra, Arland segera memeluknya lalu mengecup singkat kedua pipinya.DEGAyra tersentak kaget dipeluk oleh seseorang dari belakang, namun perlahan dia menyadari kalau yang sedang memeluknya adalah Arland."Mas, sudah pulang?""Iya, ini baru sampai. Kamu bikin apa?" Arland mengintip ke dalam adonan yang sedang diaduk-aduk menggunakan mixer oleh Ayra."Bolu panggang." Jawab Ayra menuangkan adonan yang sudah selesai diaduk ke dalam loyang."Tumben bikin bolu panggang, mau ada acara apa?" Arland merasa heran melihat Ayra membuat bolu panggang."Tadi lihat resep di tik_tok, lalu memutuskan untuk mencoba membuatnya."Setelah memasukan loyang berisi adonan bolu ke dalam oven, Ayra membalikkan badannya menatap ke arah Arland."Mas, mau mandi atau makan dulu?""Mandi.""Sebentar aku siapkan airnya dulu!" Ayra berjalan menuju ke kamar mandi seketika menghent

  • Rahasia Suamiku    Bab 68.

    Dua orang pramusaji menghidangkan berbagai macam makanan di atas meja depan Ayra dan Pak Revan duduk."Mari makan!" Pak Revan mulai menikmati makanannya.Ayra sesekali menoleh ke arah pintu, berharap melihat Zavier datang. Makanan di depannya dibiarkan begitu saja, dia akan memakannya setelah putranya datang agar bisa makan bersama begitulah pikirnya.Pak Revan merasa heran melihat makanan di depan Ayra masih utuh belum disentuh sama sekali. "Ay, kenapa nggak makan? Kamu nggak suka, atau mau pesan yang lain?" tanyanya."Ini saja sudah cukup, Kak." jawab Ayra, namun pandangannya tertuju ke arah pintu."Apa mau disuapi?" tawar Pak Revan tersenyum misterius ke arah Ayra."Nggak, Kak." Ayra menggelengkan kepalanya pelan."Makan sekarang!" titah Pak Revan tegas.Ayra akhirnya menyantap makanannya sambil sesekali menoleh ke arah pintu. Menit demi menit telah berlalu, namun Zavier belum juga datang."Kenapa Zavier nggak datang-datang, apa Pak Revan membohongiku?" batin Ayra menoleh sekilas k

  • Rahasia Suamiku    Bab 67

    Semalam Ayra tidak jadi pulang, akhirnya dia memutuskan untuk pulang di pagi harinya. Beruntung hpnya tidak kenapa-kenapa begitu juga dengan dompetnya. Sedangkan tasnya sudah dibuang ke tong sampah oleh Pak Revan, kemudian Pak Revan memberikan tas baru untuknya.Diamatinya tas yang kini ada di tangannya, tas pemberian dari Pak Revan beberapa waktu yang lalu menggantikan tasnya yang telah dibuang ke tong sampah."Bagus." gumamnya lirih."Bu!" panggil Zavier, seketika Ayra menoleh ke arahnya. "Zavier sudah bangun?" tanya Ayra dengan seulas senyum terbit di bibirnya.Bukannya menjawab pertanyaan ibunya, Zavier justru balik bertanya. "Ibu mau kemana?" tanya Zavier heran melihat ibunya sudah bersiap-siap seperti hendak pergi."Pulang."Zavier mengerucutkan bibirnya mendengarnya. "Bu, kita tinggal di sini saja ya, please! Zavier betah tinggal di sini ada kolam renangnya, om ganteng juga baik sama Zavier." Zavier menatap penuh harap ke arah ibunya."Iya Zavier tetap tinggal di sini, ibu yan

  • Rahasia Suamiku    Bab 66.

    Di samping gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan nama Reyhan, Ayra berjongkok lalu meletakkan seikat bunga di atas makam. "Mas." panggilannya lirih menatap sendu makam Reyhan, buliran-buliran bening menetes begitu saja dari sudut matanya.Waktu berlalu begitu cepat rasanya baru kemarin Reyhan datang ke rumah orang tuanya untuk melamarnya, namun sekarang jasadnya telah terkubur di dalam tanah. "Mas, kenapa kamu meninggalkan aku sendirian, kenapa nggak mengajakku?" Suara Ayra terdengar begitu memilukan."Bagaimana aku akan menjalani kehidupan ini selanjutnya tanpamu, Mas?" lanjutnya.Dia merasa hampa separuh jiwanya seolah telah menghilang. Buliran-buliran yang membasahi kedua pipinya dibiarkan begitu saja.Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, namun entah kenapa rasanya begitu berat mengikhlaskan seseorang yang selama ini selalu ada di saat suka maupun duka. Meminjamkan bahunya dengan ikhlas di saat diri ini merasa lelah, mendengarkan setiap keluh kesah tentang rumitnya kehid

  • Rahasia Suamiku    Bab 65.

    Ayra tampak terkejut mendengarnya seolah dunianya berhenti saat itu juga, tub uhnya terasa lemas pikirannya kacau. Dia tidak pernah menyangka suaminya pergi meninggalkannya, tanpa bisa dicegah olehnya."Nggak nggak mungkin!" Teriak Ayra menyangkalnya, buliran-buliran bening mengalir deras membasahi kedua pipinya.Beberapa saat kemudian Ayra menghapus buliran-buliran bening yang membasahi kedua pipinya lalu menoleh ke arah Pak Revan."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap suamiku?" tanya Ayra menatap penuh kebencian ke arah Pak Revan dadanya naik turun, tidak ada lagi sopan santun amarah telah menguasai dirinya. Dia yakin Pak Revan merupakan dalang dari kematian suaminya.Pak Revan menanggapi pertanyaan Ayra dengan santainya. "Aku tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu menyalakanku?" Ayra semakin geram mendengar ucapan Pak Revan. "Breng sek, berani berbuat tapi tidak mau mengakuinya." umpatnya penuh kekesalan.Dia mengambil bantal lalu melemparkannya ke arah Pak Revan. "Seharusnya yang m

  • Rahasia Suamiku    Bab 64.

    Mendengar suara pintu dibuka Ayra segera menoleh ke arah pintu, berharap Reyhan, Zavier atau Bu Rina yang datang. Setelah sadar Ayra belum melihat mereka bertiga sama sekali.DEGBetapa terkejutnya Ayra ketika melihat orang yang datang bukanlah suaminya, putranya ataupun ibunya melainkan seseorang yang tidak pernah dia harapkan kedatangannya."Pak Revan." gumamnya lirih dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain.Pak Revan berjalan mendekat ke arah Ayra. "Kamu sudah sadar?""Iya." jawab Ayra lirih tanpa sedikitpun menoleh ke arah Pak Revan.Pak Revan tampak kecewa melihat Ayra enggan menatap ke arahnya. Tanpa aba-aba dia menjatuhkan bobot tub uhnya di tepi ranjang dekat Ayra duduk. Ayra tersentak karenanya, refleks menoleh ke arahnya lalu beringsut sedikit menjauh.Pak Revan menatap lekat ke arah Ayra, membuat Ayra merasa tidak nyaman apalagi ketika pandangan mereka saling bertemu tanpa sengaja. Ayra sesekali menoleh ke arah pintu berharap Reyhan atau Bu Rina datang menjenguknya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status