Arland dan Ayra baru saja selesai sarapan. "Sayang, nanti ada rapat sepertinya mas pulangnya malam. Kamu tidur dulu saja nggak perlu menunggu Mas pulang!" Arland beranjak dari duduknya berjalan mendekat ke arah Ayra. "Iya Mas." Ayra meraih tangan Arland lalu mencium punggung tangannya. Detik berikutnya Arland mendaratkan kecupan singkat di keningnya. "Pulang malam, apakah ini kesempatan untukku pergi ke ruang bawah tanah?" batin Ayra teringat dengan ucapan Mark. "Sayang, kenapa malah melamun?" Arland mengerutkan keningnya merasa heran melihat Ayra seperti sedang memikirkan sesuatu. Suara Arland menyadarkan Ayra dari lamunannya, seketika menoleh ke arahnya. "Nggak apa-apa, aku pasti akan merasa kesepian karena mas pulangnya malam." Ayra berkata dengan raut wajah tampak sedih, berusaha meyakinkan Arland. "Mas janji setelah rapat selesai akan langsung pulang." Ayra mengantarkan Arland sampai ke depan pintu. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Arland yang baru saja mas
Kakinya terasa lemas perlahan tub uh Riska merosot terduduk di samping papahnya yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya."Pah, bangun Pah!" raung Riska sambil menggoyang-goyang tub uh papahnya. Namun pak Ardi hanya diam dengan mata telah terpejam sempurna."Jangan tinggalkan Riska, Riska janji tidak akan mengulanginya lagi! Papah, ayo bangun!" Riska meraung-raung berharap Papahnya akan terbangun dari tidur panjangnya. Namun Pak Ardi hanya diam dengan mata terpejam sempurna. Sekeras apapun Riska berteriak sama sekali tidak bisa membangunkan Pak Ardi dari tidur panjangnya. Semua sudah terlambat kini tinggallah penyesalan.***Seolah semesta mendukung rencana Ayra, Bi Asih berpamitan pulang karena anaknya sedang dirawat di rumah sakit."Non, Bibi izin pulang dulu. Anak bibi sedang dirawat di rumah sakit." pamit Bi Asih kepada Ayra setelah mendapat telepon bahwa anaknya sedang dirawat di rumah sakit."Iya Bi, semoga anak Bibi cepat sembuh! Ini ada sedikit uang untuk membeli buah bu
"Kenapa aku nggak kepikiran untuk mengecek cctv?" batin Arland setelah memutuskan sambungan teleponnya.Arland mulai mengecek cctv melalui hp-nya. Dia melihat ketika Bi Asih berpamitan pulang kepada Ayra."Jadi Bi Asih sedang pulang? Ayra sama sekali nggak bilang kepadaku." gumam Arland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar hp-nya.DEGArland terkejut mengetahui cctv di belakang rumah serta di depan gudang mati."Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Arland merasa heran.Hingga akhirnya pandangan Arland menangkap sosok Ayra keluar melalui pintu belakang, setelah itu dia tidak melihatnya lagi."Jadi Ayra pergi ke ...." Arland beranjak dari duduknya dengan langkah cepat berjalan menuju gudang."Benar dugaanku Ayra pasti berada di ruang bawah tanah." batin Arland setelah melihat pintu menuju ruang bawah tanah terbuka.Mendengar suara kaki melangkah semakin mendekat ke arahnya, Arland menoleh ke belakang. Terlihat Mark berjalan dengan cepat ke arahnya."Mark, sepertinya Ayra berada di r
Pandangannya fokus pada leher Ayra yang dipenuhi dengan tanda kissmark hasil karyanya. Dia kembali mengukir senyum tipis di bibirnya, ada perasaan bangga dalam dirinya.Arland melingkarkan kalung berlian the hope diamond ke leher Ayra."Ayra, kamu nggak akan meninggalkan mas, 'kan?" Arland bertanya menatap sendu wajah Ayra sambil menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. Ayra yang sudah tertidur tentu saja tidak mendengarnya.Arland ikut merebahkan tub uhnya di samping Ayra, meletakkan salah satu tangannya di bawah leher Ayra sedangkan tangan yang lainnya menarik pinggang Ayra agar merapat dengannya. Dia memeluk Ayra dengan erat.Pagi hari Ayra bangun dari tidurnya, menahan rasa sakit di sekujur tu buhnya. Dia merasa lega ketika menoleh ke samping, tidak ada Arland di sampingnya. Apa yang dilakukan oleh Arland tadi malam masih terekam jelas di otaknya. Bukan hanya fisiknya yang terluka, batinnya juga ikut terluka.Dengan hati-hati Ayra turun dari ranjang sesekali merin
Ayra tampak terkejut mendengar ucapan Arland, seketika menunduk dengan jantung berpacu tidak karuan. Berulang kali menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Mas Arland sepertinya sangat marah kepadaku?" batin Ayra asal menebak melihat Arland pergi begitu saja tanpa pamitan kepadanya. Ada rasa bersalah di hatinya, namun di sisi lain dia juga merasa lega karena Arland sudah pergi dari rumah.Setelah kepergian Arland, Ayra segera membereskan meja makan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Seikat bunga mawar yang tergeletak di atas nakas menarik perhatiannya. Ayra segera mengambilnya lalu mengamatinya."Jadi hari ini merupakan anniversary pernikahanku dengan Mas Arland yang kedua. Pantas saja tadi malam Mas Arland sangat marah." gumam Ayra teringat dengan kemarahan Arland tadi malam, setelah membaca notice yang terselip di seikat bunga tersebut lalu meletakkan kembali di atas nakas.Ayra masuk ke dalam kamar mandi melepaskan s
DEG Ayra tampak terkejut jantungnya berpacu tidak karuan, tangannya bergetar melihat noda lipstik pada kemeja suaminya. Selain noda lipstik juga tercium bau parfum wanita lain. "Kenapa bisa ada noda lipstik serta tercium aroma parfum wanita lain di kemeja Mas Arland. Apakah di luar sana Mas Arland selingkuh dengan wanita lain?" Monolog Ayra dalam hati, pikiran buruk tentang suaminya terlintas begitu saja di otaknya. Setitik air matanya menetes di kedua pipinya membayangkan Arland bercumbu mesra bersama dengan wanita lain, sakit rasanya sangat sakit tidak sanggup lagi dijabarkan dengan kata-kata. "Nggak nggak mungkin Mas Arland selingkuh dariku." Ayra berusaha menepis pikiran buruk tentang suaminya. "Bukankah selama ini Mas Arland selalu bersikap baik kepadaku, semua kebutuhanku selalu dipenuhi olehnya tidak sedikitpun kekurangan. Dia juga selalu bersikap lembut penuh kasih sayang tidak pernah berkata kasar apalagi main tangan. Mas Arland merupakan definisi suami yang sempurn
Ayra terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu serta tub uh bergetar ketakutan. Dia mengedarkan pandangannya mengamati sekelilingnya, hingga akhirnya dia menyadari ternyata dirinya berada di atas ranjang. "Siapa yang membawaku ke sini, bukankah tadi aku berada di ....." "Sayang, kenapa?" Arland merasa heran menyadari tub uh istrinya bergetar seperti sedang ketakutan. "Apakah Mas yang membawaku ke sini?" Arland mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Ayra. "Membawamu darimana? Dari tadi kita tidur bersama di sini." "Tidur, jadi semua hanya mimpi tapi kenapa seperti nyata?" Gumam Ayra heran. "Kamu mimpi buruk?" Pertanyaan Arland mengagetkan Ayra, refleks menoleh ke arahnya. Ayra tampak terkejut ketika tanpa sengaja pandangan saling bertemu dengan pandangan Arland. "Mata itu, sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Arland, Ayra justru mengamati ke dua bola mata suaminya itu. "Awh!"Teriak Ayra dengan keras entah kenapa tiba-tiba ke
"Non kenapa?" Bi Asih terlihat begitu panik sekaligus khawatir. "Kepalaku pusing banget Bi." Jawab Ayra lirih hampir saja tub uhnya merosot ke lantai, beruntung dengan sigap Bi Asih menahannya lalu memeluknya. Lisa dan Kevin yang melihatnya segera menghampiri mereka. "Ayra kenapa, Bi?" Tanya Lisa terlihat begitu khawatir. "Katanya pusing kepalanya. Kalian siapa sepertinya kenal dengan non Ayra?" Bi Asih melihat ke arah Lisa dan Kevin bergantian. "Kami temannya Ayra Bi." Jawab Lisa dan Kevin tersenyum ke arah Bi Asih. "Oh." "Bi, apa kami boleh ikut mengantar Ayra ke rumah sakit?" Bi Asih mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Lisa. "Non Ayra tidak dibawa ke rumah sakit, dia biasanya menggunakan dokter pribadi." Lisa hanya mengangguk mendengarnya sambil membantu memapah Ayra menuju ke mobil. "Meskipun kamu berulang kali menyangkalnya, entah kenapa aku yakin kamu adalah Ayra sahabatku." Batin Lisa menatap mobil yang dinaikki oleh Ayra berjalan pe
Ayra tampak terkejut mendengar ucapan Arland, seketika menunduk dengan jantung berpacu tidak karuan. Berulang kali menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Mas Arland sepertinya sangat marah kepadaku?" batin Ayra asal menebak melihat Arland pergi begitu saja tanpa pamitan kepadanya. Ada rasa bersalah di hatinya, namun di sisi lain dia juga merasa lega karena Arland sudah pergi dari rumah.Setelah kepergian Arland, Ayra segera membereskan meja makan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Seikat bunga mawar yang tergeletak di atas nakas menarik perhatiannya. Ayra segera mengambilnya lalu mengamatinya."Jadi hari ini merupakan anniversary pernikahanku dengan Mas Arland yang kedua. Pantas saja tadi malam Mas Arland sangat marah." gumam Ayra teringat dengan kemarahan Arland tadi malam, setelah membaca notice yang terselip di seikat bunga tersebut lalu meletakkan kembali di atas nakas.Ayra masuk ke dalam kamar mandi melepaskan s
Pandangannya fokus pada leher Ayra yang dipenuhi dengan tanda kissmark hasil karyanya. Dia kembali mengukir senyum tipis di bibirnya, ada perasaan bangga dalam dirinya.Arland melingkarkan kalung berlian the hope diamond ke leher Ayra."Ayra, kamu nggak akan meninggalkan mas, 'kan?" Arland bertanya menatap sendu wajah Ayra sambil menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. Ayra yang sudah tertidur tentu saja tidak mendengarnya.Arland ikut merebahkan tub uhnya di samping Ayra, meletakkan salah satu tangannya di bawah leher Ayra sedangkan tangan yang lainnya menarik pinggang Ayra agar merapat dengannya. Dia memeluk Ayra dengan erat.Pagi hari Ayra bangun dari tidurnya, menahan rasa sakit di sekujur tu buhnya. Dia merasa lega ketika menoleh ke samping, tidak ada Arland di sampingnya. Apa yang dilakukan oleh Arland tadi malam masih terekam jelas di otaknya. Bukan hanya fisiknya yang terluka, batinnya juga ikut terluka.Dengan hati-hati Ayra turun dari ranjang sesekali merin
"Kenapa aku nggak kepikiran untuk mengecek cctv?" batin Arland setelah memutuskan sambungan teleponnya.Arland mulai mengecek cctv melalui hp-nya. Dia melihat ketika Bi Asih berpamitan pulang kepada Ayra."Jadi Bi Asih sedang pulang? Ayra sama sekali nggak bilang kepadaku." gumam Arland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar hp-nya.DEGArland terkejut mengetahui cctv di belakang rumah serta di depan gudang mati."Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Arland merasa heran.Hingga akhirnya pandangan Arland menangkap sosok Ayra keluar melalui pintu belakang, setelah itu dia tidak melihatnya lagi."Jadi Ayra pergi ke ...." Arland beranjak dari duduknya dengan langkah cepat berjalan menuju gudang."Benar dugaanku Ayra pasti berada di ruang bawah tanah." batin Arland setelah melihat pintu menuju ruang bawah tanah terbuka.Mendengar suara kaki melangkah semakin mendekat ke arahnya, Arland menoleh ke belakang. Terlihat Mark berjalan dengan cepat ke arahnya."Mark, sepertinya Ayra berada di r
Kakinya terasa lemas perlahan tub uh Riska merosot terduduk di samping papahnya yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya."Pah, bangun Pah!" raung Riska sambil menggoyang-goyang tub uh papahnya. Namun pak Ardi hanya diam dengan mata telah terpejam sempurna."Jangan tinggalkan Riska, Riska janji tidak akan mengulanginya lagi! Papah, ayo bangun!" Riska meraung-raung berharap Papahnya akan terbangun dari tidur panjangnya. Namun Pak Ardi hanya diam dengan mata terpejam sempurna. Sekeras apapun Riska berteriak sama sekali tidak bisa membangunkan Pak Ardi dari tidur panjangnya. Semua sudah terlambat kini tinggallah penyesalan.***Seolah semesta mendukung rencana Ayra, Bi Asih berpamitan pulang karena anaknya sedang dirawat di rumah sakit."Non, Bibi izin pulang dulu. Anak bibi sedang dirawat di rumah sakit." pamit Bi Asih kepada Ayra setelah mendapat telepon bahwa anaknya sedang dirawat di rumah sakit."Iya Bi, semoga anak Bibi cepat sembuh! Ini ada sedikit uang untuk membeli buah bu
Arland dan Ayra baru saja selesai sarapan. "Sayang, nanti ada rapat sepertinya mas pulangnya malam. Kamu tidur dulu saja nggak perlu menunggu Mas pulang!" Arland beranjak dari duduknya berjalan mendekat ke arah Ayra. "Iya Mas." Ayra meraih tangan Arland lalu mencium punggung tangannya. Detik berikutnya Arland mendaratkan kecupan singkat di keningnya. "Pulang malam, apakah ini kesempatan untukku pergi ke ruang bawah tanah?" batin Ayra teringat dengan ucapan Mark. "Sayang, kenapa malah melamun?" Arland mengerutkan keningnya merasa heran melihat Ayra seperti sedang memikirkan sesuatu. Suara Arland menyadarkan Ayra dari lamunannya, seketika menoleh ke arahnya. "Nggak apa-apa, aku pasti akan merasa kesepian karena mas pulangnya malam." Ayra berkata dengan raut wajah tampak sedih, berusaha meyakinkan Arland. "Mas janji setelah rapat selesai akan langsung pulang." Ayra mengantarkan Arland sampai ke depan pintu. Dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Arland yang baru saja mas
Seulas senyum tipis terbit di bibir Arland melihat Ayra sedang berada di dapur, dia segera menghampirinya. Setelah tepat berada di belakang Ayra, Arland segera memeluknya lalu mengecup singkat kedua pipinya.DEGAyra tersentak kaget dipeluk oleh seseorang dari belakang, namun perlahan dia menyadari kalau yang sedang memeluknya adalah Arland."Mas, sudah pulang?""Iya, ini baru sampai. Kamu sedang bikin apa?" tanya Arland mengintip ke dalam adonan yang sedang diaduk-aduk menggunakan mixer oleh Ayra."Bolu panggang." jawab Ayra menuangkan adonan yang sudah selesai diaduk ke dalam loyang."Tumben bikin bolu panggang, mau ada acara apa?" Arland merasa heran melihat Ayra membuat bolu panggang."Tadi tidak lihat resep bolu panggang di tok tok, jadi pengin mencoba untuk membuatnya."Setelah memasukan loyang berisi adonan bolu ke dalam oven, Ayra membalikkan badannya menatap ke arah Arland."Mas, mau mandi atau makan dulu?""Mandi.""Sebentar aku siapkan airnya dulu!" Ayra berjalan menuju ke
"Sudah tahu sedang marah, masih saja nanya?" batin Ayra heran."Ayra, beri mas kesempatan sekali lagi! Jika perlu kita buat perjanjian?" Arland berharap Ayra mau memaafkan kesalahan dirinya."Buat perjanjian bagaimana maksudnya?" Ayra menoleh ke arah Arland meminta penjelasan darinya.Arland menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan."Perjanjian tentang pernikahan kita, salah satu poinnya yaitu jika mas mengkhianatimu lagi maka jatuh talak mas kepadamu saat itu juga. Selain itu semua harta kekayaan mas dialihkan atas namamu." Seulas senyum tipis terbit di bibir Ayra lalu menatap ke arah Arland memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Benarkah?""Tentu saja." Jawab berusaha meyakinkan Ayra."Bermesraan dengan wanita di kelab juga termasuk pengkhianatan." Arland terkejut mendengar ucapan Ayra namun dengan cepat merubah kembali ekspresi wajahnya."Kalau begitu setiap kali mas pergi ke kelab kamu harus ikut!" Arland berkata dengan tegas."Lebih baik nggak us
Arland membalikkan badannya meninggalkan Riska begitu saja dengan dada naik turun menahan emosi. Riska mengepalkan kedua tangannya menatap Arland yang berjalan semakin menjauh darinya.Dia menjatuhkan bobot tub uhnya di atas kursi pandangannya kosong, tidak pernah menyangka semua akan berakhir seperti ini. Rencananya gagal total, Riska kira dengan cara seperti ini bisa membuat Arland dan Ayra bercerai. Sehingga dirinya bisa secepatnya menikah dengan Arland. Namun yang terjadi di luar ekspektasinya, Arland justru memutuskan hubungan dengannya begitu saja."Kata-kata cinta yang diucapkan oleh Mas Arland ternyata hanya bualan semata, tapi dengan bodohnya aku mempercayainya." gumam Riska setitik air matanya menetes di kedua pipinya dibiarkan begitu saja.***Ayra mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan tanpa arah dan tujuan yang jelas pikirannya masih kacau, buliran-buliran bening yang sejak tadi mengembun di pelupuk matanya kini mengalir ke di kedua pipinya. Dia tidak pernah menyangka su
Arland terkejut mendengar suara Ayra memanggil namanya refleks mendorong Riska menjauh darinya. Riska tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Arland."Mas, kenapa aku didorong!" ujar Riska merasa kesal. Namun Arland mengabaikannya lebih memilih beranjak dari duduknya berjalan ke arah Ayra."Sayang, kenapa kamu ada di sini?" tanya Arland heran."Memergoki perselingkuhan yang dilakukan oleh Mas." jawab Ayra berusaha tetap terlihat tenang."Ini tidak seperti yang kamu lihat, mas bisa menjelaskan semuanya.""Penjelasan apa lagi yang ingin Mas berikan? Setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mas sedang berciu man dengan wanita lain."Tanpa mereka sadari Riska mengulum senyum, dia yakin sebentar lagi Arland dan Ayra pasti akan bercerai. Sehingga dirinya bisa menjadi satu-satunya wanita di hati Arland, lalu menikah dengannya."Sepertinya rencana ku akan berhasil." batin Riska tersenyum penuh kemenangan dalam hati.Ayra menoleh ke arah Riska, memicingkan matanya setelah melihat w