Setelah mendengar kabar bahwa Ayra mengalami kecelakaan, Arland langsung pergi ke rumah sakit dimana Ayra dirawat. Dengan langkah cepat menaklukkan lorong rumah sakit hingga akhirnya sampai di depan ruang rawat Ayra.Dia membuka pintunya secara perlahan dengan perasaan campur aduk. Terlihat Ayra terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai alat medis yang menempel pada tub uhnya. Dengan langkah pelan Arland berjalan menghampirinya.Cukup lama Arland menatap wajah pucat Ayra dengan pikiran campur aduk tidak karuan. Dia mengulurkan tangannya mengusap rambut Ayra dengan lembut lalu mengecup keningnya."Sayang, bangun! Mas kangen."Arland berkata lirih dengan bibir bergetar bahkan setitik air matanya sampai menetes.Melihat keadaan Ayra seperti ini membuat dirinya seolah kehilangan semangat hidup. Dia meraup wajahnya dengan kasar kembali menatap wajah Ayra dengan pandangan kosong.Pintu dibuka dari luar terlihat Alex masuk ke dalam ruang rawat Ayra, dia tampak terkejut melih
"Arland, Mark ...," Dokter Alex menjeda ucapannya entah kenapa lidahnya mendadak terasa kelu.Mendengar ucapan dokter Alex, Arland segera menoleh ke arahnya sambil mengerutkan keningnya. "Ada apa dengan Mark?"Dokter Alex menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Arland. "Mark tidak bisa diselamatkan."DEGArland terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh dokter Alex, jantungnya berpacu tidak karuan. "Maksudnya apa?" Arland menatap ke arah dokter Alex, meminta penjelasan darinya."Mark telah meninggalkan kita." Dengan bibir bergetar dokter Alex menjelaskan."Nggak mungkin." Arland menggelengkan kepalanya pelan lalu mengusap wajahnya dengan kasar, seolah belum bisa menerima kenyataan bahwa Mark sudah meninggal dunia.Mark sudah dianggap sahabat oleh Arland sama halnya dengan Alex. Mark merupakan orang yang telah banyak membantu dirinya selama ini. Kesuksesan Arland menjadi seorang pengusaha, owner sekaligus CEO Emerald Gro
Arland mengecup singkat kening Ayra. "Sayang, mas pergi dulu." pamitnya sebelum keluar dari ruang rawat Ayra.Arland mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke gedung kosong. Tidak butuh waktu lama akhirnya dia sampai di sana. Dengan langkah cepat dia masuk ke dalam gedung kosong tersebut.Melihat kedatangan Arland, seorang pria segera menghampiri lalu menyapanya."Bos sudah datang." sapa pria tersebut yang tidak lain adalah Dani, orang ditugaskan oleh Arland untuk menyelidiki kecelakaan yang menimpa Ayra dan Mark."Mana orangnya?" Arland mengedarkan pandangannya."Ada di dalam Bos, ayo aku antar ke sana!"Arland dan Dani berjalan menuju ruangan yang dimaksud oleh Dani lalu masuk ke dalamnya."Bos, itu orangnya!" Dani menunjuk ke arah seseorang yang duduk dengan kaki dan tangannya diikat serta kepalanya ditutup.Arland berjalan ke arah yang ditunjuk oleh Dani."Dani!""Ya Bos?""Buka penutup kepalanya aku ingin melihat wajahnya!" titah Arland tegas.Dani membuka penutup ke
"Bawa dia keluar dari sini!" titah Arland kepada anak buahnya menunjuk ke arah Reyhan.Ayra menatap nanar ke arah suaminya yang diseret oleh beberapa orang sesekali dipukul."Mas, Mas Reyhan! Lepaskan suamiku!" teriak Ayra sambil berusaha melepaskan diri dari Arland."Diam!" bentak Arland, Ayra terkejut seketika diam menutup mulutnya rapat-rapat dengan jantung berpacu tidak karuan perlahan menunduk. Dalam hati dia terus berdoa agar bisa lepas dari Arland.Arland mengangkat Ayra lalu menggendongnya di bahu layaknya karung beras. Ayra terkejut menyadari dirinya digendong oleh Arland di bahunya. Kepalanya berada di bawah sehingga membuatnya merasa pusing."Turunkan aku!" Ayra memukul-mukul punggung Arland, sambil berusaha menahan rasa pusing di kepalanya."Diam!" bentak Arland merasa geram karena Ayra kembali memberontak.Karena Arland tidak kunjung menurunkan dirinya, akhirnya Ayra menggigit punggung Arland dengan kuat. Arland terkejut menyadari punggungnya digigit oleh Ayra, refleks me
DEG Ayra tampak terkejut jantungnya berpacu tidak karuan, tangannya bergetar melihat noda lipstik pada kemeja suaminya. Selain noda lipstik juga tercium bau parfum wanita lain. "Kenapa bisa ada noda lipstik serta tercium aroma parfum wanita lain di kemeja Mas Arland. Apakah di luar sana Mas Arland selingkuh dengan wanita lain?" Monolog Ayra dalam hati, pikiran buruk tentang suaminya terlintas begitu saja di otaknya. Setitik air matanya menetes di kedua pipinya membayangkan Arland bercumbu mesra bersama dengan wanita lain, sakit rasanya sangat sakit tidak sanggup lagi dijabarkan dengan kata-kata. "Nggak nggak mungkin Mas Arland selingkuh dariku." Ayra berusaha menepis pikiran buruk tentang suaminya. "Bukankah selama ini Mas Arland selalu bersikap baik kepadaku, semua kebutuhanku selalu dipenuhi olehnya tidak sedikitpun kekurangan. Dia juga selalu bersikap lembut penuh kasih sayang tidak pernah berkata kasar apalagi main tangan. Mas Arland merupakan definisi suami yang sempurn
Ayra terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu serta tub uh bergetar ketakutan. Dia mengedarkan pandangannya mengamati sekelilingnya, hingga akhirnya dia menyadari ternyata dirinya berada di atas ranjang. "Siapa yang membawaku ke sini, bukankah tadi aku berada di ....." "Sayang, kenapa?" Arland merasa heran menyadari tub uh istrinya bergetar seperti sedang ketakutan. "Apakah Mas yang membawaku ke sini?" Arland mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Ayra. "Membawamu darimana? Dari tadi kita tidur bersama di sini." "Tidur, jadi semua hanya mimpi tapi kenapa seperti nyata?" Gumam Ayra heran. "Kamu mimpi buruk?" Pertanyaan Arland mengagetkan Ayra, refleks menoleh ke arahnya. Ayra tampak terkejut ketika tanpa sengaja pandangan saling bertemu dengan pandangan Arland. "Mata itu, sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Arland, Ayra justru mengamati ke dua bola mata suaminya itu. "Awh!"Teriak Ayra dengan keras entah kenapa tiba-tiba ke
"Non kenapa?" Bi Asih terlihat begitu panik sekaligus khawatir. "Kepalaku pusing banget Bi." Jawab Ayra lirih hampir saja tub uhnya merosot ke lantai, beruntung dengan sigap Bi Asih menahannya lalu memeluknya. Lisa dan Kevin yang melihatnya segera menghampiri mereka. "Ayra kenapa, Bi?" Tanya Lisa terlihat begitu khawatir. "Katanya pusing kepalanya. Kalian siapa sepertinya kenal dengan non Ayra?" Bi Asih melihat ke arah Lisa dan Kevin bergantian. "Kami temannya Ayra Bi." Jawab Lisa dan Kevin tersenyum ke arah Bi Asih. "Oh." "Bi, apa kami boleh ikut mengantar Ayra ke rumah sakit?" Bi Asih mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Lisa. "Non Ayra tidak dibawa ke rumah sakit, dia biasanya menggunakan dokter pribadi." Lisa hanya mengangguk mendengarnya sambil membantu memapah Ayra menuju ke mobil. "Meskipun kamu berulang kali menyangkalnya, entah kenapa aku yakin kamu adalah Ayra sahabatku." Batin Lisa menatap mobil yang dinaikki oleh Ayra berjalan pe
"Mas, lepas! Aku mau tidur." Ayra meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari Arland, namun usahanya sia-sia karena tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Arland. "Ayra diam! Kamu marah sama Mas?" Arland menatap tajam ke arah Ayra seolah sedang mengintimidasinya. Tok ... tok ... tok! Terdengar suara pintu diketuk dari luar. "Masuk saja Bi, pintunya nggak dikunci!" Bi Asih membuka pintunya dari luar sambil membawa nampan. Dia sedikit terkejut melihat Ayra duduk di pangkuan Arland, namun dengan cepat menundukkan pandangannya. "Tuan ini makanannya?" "Bawa ke sini!" Bi Asih berjalan ke arah Arland dan Ayra lalu menyodorkan sepiring makanan ke arah Arland. Arland yang melihatnya segera meraihnya. Setelah memberikan makanannya Bi Asih segera keluar dari sana. "Makan!" Titah Arland menyodorkan sesendok makanan ke mulut Ayra. Namun Ayra enggan membuka mulutnya sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Ayra, jangan membuat Mas semakin marah kepadamu!" Arland meninggikan nada bi
"Bawa dia keluar dari sini!" titah Arland kepada anak buahnya menunjuk ke arah Reyhan.Ayra menatap nanar ke arah suaminya yang diseret oleh beberapa orang sesekali dipukul."Mas, Mas Reyhan! Lepaskan suamiku!" teriak Ayra sambil berusaha melepaskan diri dari Arland."Diam!" bentak Arland, Ayra terkejut seketika diam menutup mulutnya rapat-rapat dengan jantung berpacu tidak karuan perlahan menunduk. Dalam hati dia terus berdoa agar bisa lepas dari Arland.Arland mengangkat Ayra lalu menggendongnya di bahu layaknya karung beras. Ayra terkejut menyadari dirinya digendong oleh Arland di bahunya. Kepalanya berada di bawah sehingga membuatnya merasa pusing."Turunkan aku!" Ayra memukul-mukul punggung Arland, sambil berusaha menahan rasa pusing di kepalanya."Diam!" bentak Arland merasa geram karena Ayra kembali memberontak.Karena Arland tidak kunjung menurunkan dirinya, akhirnya Ayra menggigit punggung Arland dengan kuat. Arland terkejut menyadari punggungnya digigit oleh Ayra, refleks me
Arland mengecup singkat kening Ayra. "Sayang, mas pergi dulu." pamitnya sebelum keluar dari ruang rawat Ayra.Arland mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke gedung kosong. Tidak butuh waktu lama akhirnya dia sampai di sana. Dengan langkah cepat dia masuk ke dalam gedung kosong tersebut.Melihat kedatangan Arland, seorang pria segera menghampiri lalu menyapanya."Bos sudah datang." sapa pria tersebut yang tidak lain adalah Dani, orang ditugaskan oleh Arland untuk menyelidiki kecelakaan yang menimpa Ayra dan Mark."Mana orangnya?" Arland mengedarkan pandangannya."Ada di dalam Bos, ayo aku antar ke sana!"Arland dan Dani berjalan menuju ruangan yang dimaksud oleh Dani lalu masuk ke dalamnya."Bos, itu orangnya!" Dani menunjuk ke arah seseorang yang duduk dengan kaki dan tangannya diikat serta kepalanya ditutup.Arland berjalan ke arah yang ditunjuk oleh Dani."Dani!""Ya Bos?""Buka penutup kepalanya aku ingin melihat wajahnya!" titah Arland tegas.Dani membuka penutup ke
"Arland, Mark ...," Dokter Alex menjeda ucapannya entah kenapa lidahnya mendadak terasa kelu.Mendengar ucapan dokter Alex, Arland segera menoleh ke arahnya sambil mengerutkan keningnya. "Ada apa dengan Mark?"Dokter Alex menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Arland. "Mark tidak bisa diselamatkan."DEGArland terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh dokter Alex, jantungnya berpacu tidak karuan. "Maksudnya apa?" Arland menatap ke arah dokter Alex, meminta penjelasan darinya."Mark telah meninggalkan kita." Dengan bibir bergetar dokter Alex menjelaskan."Nggak mungkin." Arland menggelengkan kepalanya pelan lalu mengusap wajahnya dengan kasar, seolah belum bisa menerima kenyataan bahwa Mark sudah meninggal dunia.Mark sudah dianggap sahabat oleh Arland sama halnya dengan Alex. Mark merupakan orang yang telah banyak membantu dirinya selama ini. Kesuksesan Arland menjadi seorang pengusaha, owner sekaligus CEO Emerald Gro
Setelah mendengar kabar bahwa Ayra mengalami kecelakaan, Arland langsung pergi ke rumah sakit dimana Ayra dirawat. Dengan langkah cepat menaklukkan lorong rumah sakit hingga akhirnya sampai di depan ruang rawat Ayra.Dia membuka pintunya secara perlahan dengan perasaan campur aduk. Terlihat Ayra terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai alat medis yang menempel pada tub uhnya. Dengan langkah pelan Arland berjalan menghampirinya.Cukup lama Arland menatap wajah pucat Ayra dengan pikiran campur aduk tidak karuan. Dia mengulurkan tangannya mengusap rambut Ayra dengan lembut lalu mengecup keningnya."Sayang, bangun! Mas kangen."Arland berkata lirih dengan bibir bergetar bahkan setitik air matanya sampai menetes.Melihat keadaan Ayra seperti ini membuat dirinya seolah kehilangan semangat hidup. Dia meraup wajahnya dengan kasar kembali menatap wajah Ayra dengan pandangan kosong.Pintu dibuka dari luar terlihat Alex masuk ke dalam ruang rawat Ayra, dia tampak terkejut melih
Beberapa orang yang melihatnya hanya berbisik-bisik setelah mendengar ucapan Riska. Sehingga mereka berpikir Ayra merupakan wanita mura han seperti yang dikatakan oleh Riska. Tentu saja tidak ada yang mau membantu Ayra, mereka justru ikut menghinanya.Mark yang baru datang seketika terkejut melihat Ayra duduk di atas lantai sambil menutupi kedua telinganya, air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Tidak jauh darinya terlihat Riska tertawa puas. Beberapa orang yang berada di sekitar mereka tampak berbisik-bisik menjelek-jelekkan Ayra."Nona Ayra!" Teriak Mark, semua orang terdiam setelah mendengarnya begitu juga dengan Riska."Mark, kenapa dia bisa ada di sini?" batin Riska terlihat khawatir."Bubar semuanya!" bentak Mark dengan suara lantang membuat semua yang ada di sana pergi. Kini menyisakan Ayra yang masih menangis serta Riska sambil menunduk."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Nona Ayra?" tanya Mark menatap tajam ke arah Riska seolah sedang menghakiminya.Riska menarik naf
"Jangan-jangan Mas Arland sudah merencanakan semua ini, menjual ku kepada pemilik restoran agar bisa bersenang-senang dengan Riska. Benar-benar suami dzalim." monolog dalam hati memegang sendok dan garpu dengan kuat, menahan emosi dalam dirinya."Sayang, makan yang banyak! Melayani pemilik restoran juga butuh tenaga." Ayra semakin geram mendengar ucapan Arland."Kenapa Mas melakukan semua ini kepadaku? Jika Mas ingin menikah dengan Riska aku tidak akan menghalanginya, aku hanya minta satu hal kepada Mas yaitu menceraikan ku!" Ayra menegaskan dengan emosi menggebu-gebu dadanya naik turun, matanya berkaca-kaca bahkan setitik air matanya sudah ada yang menetes di kedua pipinya."Ayra, kita ke sini untuk makan bukan untuk marah-marah!" ujar Arland mengingatkan tanpa merasa bersalah sedikitpun."Tapi kenapa Mas melakukan semua ini kepadaku?" desak Ayra membiarkan buliran-buliran bening mengalir deras di kedua pipinya."Sayang, habiskan dulu makanannya! Menangis juga butuh tenaga." Ayra me
Ayra hanya tersenyum kecut mendengarnya, setitik air matanya menetes di kedua pipinya teringat dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Arland. Apa yang dilakukan oleh Arland tadi malam juga masih meninggalkan luka yang masih terasa sakit sampai detik ini.Arland mengerutkan keningnya merasa heran melihat Ayra meneteskan air matanya."Sayang, kenapa menangis!""A ... ku terharu Mas." jawab Ayra berbohong berusaha tersenyum ke arah Arland.Seulas senyum tipis terbit di bibir Arland mendengar ucapan Ayra. Tangannya terulur meraih dagu Ayra, dengan gerakan cepat menyatukan bibirnya dengan bibir Ayra lalu memangut nya lembut.Ayra terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Arland, teringat kejadian tadi malam. Tangannya terulur berusaha mendorong dada Arland agar melepaskan tautan bibirnya."Sayang, jangan tinggalkan mas apapun yang terjadi. Mas sangat mencintaimu!" pinta Arland setelah melepaskan tautan bibirnya lalu mengecup kening Ayra dalam waktu yang cukup lama.Ayra hanya memutar bola
Ayra tampak terkejut mendengar ucapan Arland, seketika menunduk dengan jantung berpacu tidak karuan. Berulang kali menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Mas Arland sepertinya sangat marah kepadaku?" batin Ayra asal menebak melihat Arland pergi begitu saja tanpa pamitan kepadanya. Ada rasa bersalah di hatinya, namun di sisi lain dia juga merasa lega karena Arland sudah pergi dari rumah.Setelah kepergian Arland, Ayra segera membereskan meja makan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Seikat bunga mawar yang tergeletak di atas nakas menarik perhatiannya. Ayra segera mengambilnya lalu mengamatinya."Jadi hari ini merupakan anniversary pernikahanku dengan Mas Arland yang kedua. Pantas saja tadi malam Mas Arland sangat marah." gumam Ayra teringat dengan kemarahan Arland tadi malam, setelah membaca notice yang terselip di seikat bunga tersebut lalu meletakkan kembali di atas nakas.Ayra masuk ke dalam kamar mandi melepaskan s
Pandangannya fokus pada leher Ayra yang dipenuhi dengan tanda kissmark hasil karyanya. Dia kembali mengukir senyum tipis di bibirnya, ada perasaan bangga dalam dirinya.Arland melingkarkan kalung berlian the hope diamond ke leher Ayra."Ayra, kamu nggak akan meninggalkan mas, 'kan?" Arland bertanya menatap sendu wajah Ayra sambil menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. Ayra yang sudah tertidur tentu saja tidak mendengarnya.Arland ikut merebahkan tub uhnya di samping Ayra, meletakkan salah satu tangannya di bawah leher Ayra sedangkan tangan yang lainnya menarik pinggang Ayra agar merapat dengannya. Dia memeluk Ayra dengan erat.Pagi hari Ayra bangun dari tidurnya, menahan rasa sakit di sekujur tu buhnya. Dia merasa lega ketika menoleh ke samping, tidak ada Arland di sampingnya. Apa yang dilakukan oleh Arland tadi malam masih terekam jelas di otaknya. Bukan hanya fisiknya yang terluka, batinnya juga ikut terluka.Dengan hati-hati Ayra turun dari ranjang sesekali merin