Sekali lagi.Mereka terjebak dan berada dalam pelarian. Presley menatap Ariston yang tengah fokus menyetir. Rahang mengeras dan otot-otot wajahnya yang terlihat jelas menunjukkan kalau pria itu marah.Terkadang dia benar-benar lupa betapa kaya dan berkuasanya seorang Ariston. Dua hal yang pasti akan menarik minat banyak orang khususnya para pencari berita. Presley menoleh ke belakang hanya karena merasa perlu, meski kecepatan mobil Ariston membuatnya ragu kalau wartawan itu bisa mengejar mereka.“Wartawan itu tidak akan mengejar kita jika itu yang kau takutkan.”Presley memiringkan badannya sehingga fokusnya sepenuhnya pada Ariston. “Apa memang selalu seperti ini? Kau dikejar dan dikerubungi wartawan di mana pun kau berada?”Ariston tertawa mencemooh. “Saat kau memiliki kekayaan yang bisa menundukkan siapapun, percayalah kau akan jadi mangsa yang menarik bagi siapapun.”“Apa kau tidak bisa mengatasinya? Membuat wartawan menjauhimu?”Ariston menatap Presley sebentar. “Menurutmu kenapa
Presley mendorong tubuh Ariston saat dia masih punya kekuatan untuk melakukannya.“Kupikir kau ingin kita minum,” serunya lembut, berusaha menunjukkan wajah cerianya. Dia menatap ke mana pun kecuali pada Ariston.“Ada apa?”Pertanyaan itu seperti sengatan listrik. Presley berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya meski saat ini dia merasa kalut. Ariston bukan orang yang mudah dibohongi.“Bukan apa-apa, aku hanya merasa lelah, Ariston.”“Kau tahu kalau kau ini pembohong yng payah?” Ariston mendekat dan Presley merasa jantungnya seperti siap meninggalkannya.Saat pria itu berdiri tepat di depannya, Presley yakin kalau suara detak jantungnya bisa di dengar pria itu.Kedua tangan Ariston mengurung Presley di dinding.“Kau tidak mau mengatakanya padaku?”Presley cepat-cepat menggeleng sebelum kinerja otaknya berantakan dan dia tidak bisa berpikir. Pandangan Ariston jatuh pada bibirnya dan langsung memberikan efek pada perutnya. Beruntung, saat Presley yakin dia tidak akan selamat suara bu
‘Adik anda meninggal bunuh diri.’ Presley hanya bisa menatap gundukan tanah merah di hadapannya dengan pandangan kosong. Bahunya bergetar dalam usaha menahan isakan lolos dari mulutnya. Kenapa? Hanya kata itu yang terus menerus berputar dalam kepalanya, menyiksanya layaknya gunung yang siap memuntahkan lahar panas. ‘Sayangnya, adik anda sedang mengandung ketika dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.’ Apa itu rasa sakit? Presley tidak pernah mengetahuinya sampai dia menerima kabar yang menjungkirbalikkan hidupnya sampai nyaris membuatnya kehilangan akal. Dia tidak ingin mempercayainya. Tidak ada alasan masuk akal kenapa adiknya harus mengakhiri hidup dengan cara menyedihkan seperti itu. Dan mengandung …. “Apa kau baik-baik saja?” Presley menoleh, menatap wanita paruh baya yang setia menungguinya meski semua pelayat sudah melangkah pergi. Dia sendirian sekarang. Kenyataan yang membuatnya merasa seperti berada di tepi jurang. “Sebaiknya kita pulang, sebentar lagi hujan.” Presley
“Sialan! Temukan dia atau kepala kalian akan menjadi santapan binantang buas,” desisnya dingin dengan mata menyala. Dia mematikan sambungan dan melempar ponselnya dengan murka. “Kau pikir bisa meloloskan diri semudah itu?” geramnya dengan mata menyalang. Ariston membuka ikatan dasinya dengan paksa. “Kau bermain api dengan orang yang salah.” Ariston menuang minuman ke dalam gelasnya dan mulai berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Ini tidak berjalan seperti yang dia inginkan dan ini benar-benar membuat jengkel. Dia harus bergerak cepat sebelum semua berada di luar kendali. “Tu-tuan, Ariston.” Ariston menoleh dengan sengit. Bukankah dia sudah mengatakan tidak ingin diganggu? “Ada berita penting apa, Bart?” Kepala pelayannya menunduk dengan takut-takut. Sudah seharusnya. Dia tidak suka jika ketenangannya diusik. “Mereka setuju dengan tawaran harga yang kita ajukan, Tuan. Sebagai gantinya, dia ingin kapalnya segera di kirimkan.” Ariston mengangguk. Setidaknya ada berita bagus. Se
Bagaimana caranya memasuki kamar pria itu tanpa harus dicurigai? Penthouse ini pasti dilengkapi dengan CCTV dan segudang penjagaan lainnya. Presley menggigit bibir bawahnya, kebiasaan yang dia lakukaan saat gugup. Dia harus menemukan cara bagaimana bisa dekat dengan Ariston tanpa seorang pun mencurigainya. Dia mondar-mandir di dapur paling bersih dan lengkap yang pernah dia lihat dengan seragam kerjanya—rok hitam dipadu dengan kemeja putih dengan rompi putih—rambut merahnya ditata capol. Apa yang harus dia lakukan agar bisa dekat dengan Ariston? “Kau baik-baik saja?” Presley terlonjak dan mengumpat pelan. Tangannya bergerak menyentuh dadanya. “Apa kau butuh sesuatu?” tanyanya saat melihat Ariston berdiri di ujung pintu dengan setelan kerjanya. Pria itu siap memulai hari. “Kau tidak menjawab pertanyaanku.” “Aku sedang mempelajari dapur ini saat kau tiba-tiba masuk dan mengejutkanku.” “Apa Bart belum menjelaskan semuanya?” “Sudah, hanya saja butuh waktu untuk memahami semuanya.
“Semua sudah, Ms. Presley?” Presley yang sedang memandangi isi lemarinya menoleh ke belakang. Dia sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Bart berdiri, menunggu dengan sikap layaknya pelayan yang sedang menunggu majikannya, dan ini membuatnya risih. “Apa Ariston sudah selesai?” “Belum Ms. Presley.” “Presley saja,” ujarnya sebelum kembali menatap isi lemarinya. Ariston bersikeras dia harus ikut. Apa yang ada diotak pria itu? Untuk apa dia mengikuti perjalanan bisnis Ariston? “Anda tidak perlu melakukan itu.” Presley mengernyit, jelas tidak mengerti. Apa yang tidak perlu dia lakukan? “Pakaian anda sudah di siapkan. Semua kebutuhan Anda sudah ada di dalam kapal.” Presley melotot. Butuh tiga detik penuh untuk menyerap informasi yang dia dengar. Ariston sudah menyiapkan semuanya? Ouh, laki-laki berengsek itu bisa melakukan apa pun seenaknya bukan? Presley yang gusar berjalan dengan langkah lebar. Wajahnya memerah dan ini bukan karena dia malu. “Di mana Ariston?” tanyanya ketus,
Berdiri di sini, di atas yacht mewah membuat Presley merasa kecil. Seumur hidup, dia menghabiskan waktunya hanya dengan bekerja dan bekerja. Dia tidak punya waktu sekedar untuk bersantai dan menikmati hidup. Namun sekarang, dia di sini memandangi laut mediterania bersama salah satu miliuner paling berkuasa di Yunani. Presley memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang menerpa kulitnya. Ini menyenangkan. Dia merasa bebas. “Ini.” Presley membuka mata. Ariston mengangsurkan gelas berisi anggur padanya. “Tidak, terima kasih.” “Kau tidak suka minum.” Denganmu? Tentu saja tidak. “Aku bukan peminum yang baik,” ungkapnya jujur. “Kau pernah mabuk?” Kenapa mereka membahas hal ini? Presley mengernyit. Dia tidak ingat kapan terakhir kali dia kehilangan kesadaran. Sudah lama sekali. “Dulu.” “Kau tidak suka bercerita tentang hidupmu, ya?” “Tidak ada yang menarik tentangku.” Ariston mengangkat gelas ke mulutnya, ikut memandang laut seperti yang dilakukan Presley. “Sejak kapan kau mem
“Kau terlihat terkejut?” Ariston tersenyum mengejek. “Kenapa? Kau pikir aku tidak akan tahu alasanmu bekerja padaku Ms. Presley?” Ariston menatapnya dengan satu alis terangkat. Pembawaannya yang tenang luar biasa dengan wajah kaku yang tidak menunjukkan apa pun sungguh membuat Presley frustrasi. Kenapa laki-laki ini bisa tahu apa yang ingin dia lakukan dengan bekerja di tempat sialan ini? Presley menegakkan bahu, menolak terintimidasi dengan aura Ariston yang berkuasa. Presley sebisa mungkin menyembunyikan kegugupannya. Dia tidak boleh terlihat lemah, dan untuk menunjukkannya dia tidak akan menyangkal tuduhan Ariston. Mereka berdua bisa melakukan permainan berbahaya ini dan Presley tidak akan pernah menyerah sebelum laki-laki itu mengaku kalau dia adalah penyebab adiknya bunuh diri. “Kau mengetahuinya cukup cepat,” aku Presley menatap Ariston. Kedua tangannya terkepal di bawah meja, tindakan yang dilakukan untuk menekan kegugupannya. Ke mana semua pramugari itu? Kenapa hanya mereka b
Presley mendorong tubuh Ariston saat dia masih punya kekuatan untuk melakukannya.“Kupikir kau ingin kita minum,” serunya lembut, berusaha menunjukkan wajah cerianya. Dia menatap ke mana pun kecuali pada Ariston.“Ada apa?”Pertanyaan itu seperti sengatan listrik. Presley berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya meski saat ini dia merasa kalut. Ariston bukan orang yang mudah dibohongi.“Bukan apa-apa, aku hanya merasa lelah, Ariston.”“Kau tahu kalau kau ini pembohong yng payah?” Ariston mendekat dan Presley merasa jantungnya seperti siap meninggalkannya.Saat pria itu berdiri tepat di depannya, Presley yakin kalau suara detak jantungnya bisa di dengar pria itu.Kedua tangan Ariston mengurung Presley di dinding.“Kau tidak mau mengatakanya padaku?”Presley cepat-cepat menggeleng sebelum kinerja otaknya berantakan dan dia tidak bisa berpikir. Pandangan Ariston jatuh pada bibirnya dan langsung memberikan efek pada perutnya. Beruntung, saat Presley yakin dia tidak akan selamat suara bu
Sekali lagi.Mereka terjebak dan berada dalam pelarian. Presley menatap Ariston yang tengah fokus menyetir. Rahang mengeras dan otot-otot wajahnya yang terlihat jelas menunjukkan kalau pria itu marah.Terkadang dia benar-benar lupa betapa kaya dan berkuasanya seorang Ariston. Dua hal yang pasti akan menarik minat banyak orang khususnya para pencari berita. Presley menoleh ke belakang hanya karena merasa perlu, meski kecepatan mobil Ariston membuatnya ragu kalau wartawan itu bisa mengejar mereka.“Wartawan itu tidak akan mengejar kita jika itu yang kau takutkan.”Presley memiringkan badannya sehingga fokusnya sepenuhnya pada Ariston. “Apa memang selalu seperti ini? Kau dikejar dan dikerubungi wartawan di mana pun kau berada?”Ariston tertawa mencemooh. “Saat kau memiliki kekayaan yang bisa menundukkan siapapun, percayalah kau akan jadi mangsa yang menarik bagi siapapun.”“Apa kau tidak bisa mengatasinya? Membuat wartawan menjauhimu?”Ariston menatap Presley sebentar. “Menurutmu kenapa
“Ketika ayahku terlalu mabuk atau terlalu marah dengan semuanya biasanya dia menggunakan tangan pada ka—maksudku aku untuk melampiaskannya. Dia bisa sangat marah ketika aku bertindak tidak masuk akal.”“Tidak masuk akal?”Ariston mengangkat bahu enggan, jelas sekali topik ini membuatnya tidak nyaman.“Ya. Aku menentangnya disetiap kesempatan, bentuk pemberontakan anak remaja dan saat itu terjadi aku biasanya melarikan diri ke sini dan wanita itu akan memberiku makan.”“Berapa usiamu saat hal itu terjadi?” tanya Presley penasaran.Seorang pelayan datang dan meletakkan makanan di meja mereka. Presley merasa air liurnya hampir menetes melihat makanan yang disajikan. Tangannya secara refleks mengambil sendok namun langsung mengaduh kesakitan.Presley merasakan gerakan di sampingnya dan ternyata Ariston sedang menggeser tempat duduknya. Pria itu sekarang duduk persis di sampingnya.“Ada apa?”“Kau tahu, Presley, saat kau butuh bantuan yang perlu kau katakan hanya memintanya.”Presley menge
“Proses pemulihannya lebih cepat dari yang kuperkirakan.”Presley tersenyum mendengar penuturan dokter yang memeriksanya.“Apa ini berarti sebentar lagi tangan saya akan bisa digerakkan dengan normal?” tanyanya antusias.Dokter wanita berambut sebahu itu tersenyum menyetujui.“Tetap saja, berhati-hati lebih bagus. Nah, obat ini akan membantu mempercepat pengeringan luka dan juga mengurangi rasa sakit di lengan dan telapak tanganmu.”Presley mengulurkan tangannya yang tidak terluka untuk meraih resep yang disodorkan, namun sebuah tangan besar mendahuluinya. Dia menoleh, menatap Ariston yang sejak tadi hanya diam dan menyimak. Ekspresi wajah pria itu tidak menunjukkan apa pun.“Terima kasih,” ucap Ariston datar. Pria itu berdiri seolah sudah tidak sabar meninggalkan ruangan. Kening Presley berkerut.“Ayo, kita pergi!”Meski heran, Presley memutuskan untuk menurut. Setelah sedikit mengangguk pada dokter yang memeriksanya dia mengikuti langkah Ariston.“Ada apa?” tanyanya langsung.“Apany
Presley hampir meloncat karena kaget. Dia berbalik dan mengumpat pelan. Sepertinya dia harus mulai membiasakan diri dengan kehadiran Ariston yang mendadak.“Apa yang kau lakukan di sini? Kupikir kau memintaku bersiap untuk makan malam?”Ariston mengangkat bahu. Dia berjalan dan menutup pintu di belakangnya.“Aku tahu kau akan melakukannya.”“Melakukan apa?”Saat Presley mengikuti arah pandang Ariston seketika dia sadar kalau tangannya masih menyingkap pakaian yang dia kenakan sampai menunjukkan perutnya. Buru-buru Presley menurunkan bajunya.“Aku bisa melakukannya.”“Dengan tangan terluka seperti itu?”“Itu bukan masalah. Sedikit rasa sakit sebagai pengingat agar lebih berhati-hati. Selalu ada hal positif untuk setiap peristiwa yang terjadi,” ucapnya melantur berhasil membuat sudut mulut Ariston terangkat.Saat pria itu berdiri di depannya, Presley menahan napas.“Aku sudah pernah melihat seluruh tubuhmu, Presley. Kenapa kau harus malu? Kau memiliki tubuh yang indah.”Wajah Presley me
Presley menatap Marta, tapi gadis itu sedang menatap Ariston. Bikini one piece yang dikenakan gadis itu membalut tubuhnya yang sempurna. Presley meringis, seandainya dia memiliki tubuh seperti itu.“Kau pikir apa yang kau lakukan?” ujar Ariston datar.“Aku bosan dan Presley tidak membutuhkan bantuanku. Bagaimana menurutmu?” Marta memutar-mutar badannya, menunjukkan lekuk tubuhnya. “Aku membelinya waktu liburan di italian. Ini edisi terba—““Kau tahu kenapa kau ada di sini, bukan?” potong Ariston, sama sekali tidak tertarik mendengar ocehan Marta.Marta merengut. “Aku tahu,” gadis itu kini menatapnya. “Tapi Presley baik-baik saja. Luka di lengannya juga tidak buruk. Kenapa kau begi—““Aku tidak tahu apa yang kau katakan Marta, tapi sekali lagi kau mengabaikan kebutuhan Presley, kau harus pergi dari rumah ini,” gumam Ariston dingin, berlalu dari hadapan mereka berdua.Presley meringis dan tersenyum minta maaf. “Dia bisa sangat tidak masuk akal. Tidak usah cemas, dia tidak akan melakukan
Presley menatap wanita didepannya dengan wajah tidak percaya. Usia wanita ini atau lebih tepatnya gadis ini pasti tidak lebih dari awal dua puluhan. Apa maksud Ariston dengan mempekerjakan wanita muda ini bersamanya?“Namaku Martia atau lebih sering dipanggil Marta, Mam.”“Presley saja,” sahut Presley kikuk menerima uluran tangan gadis bernama Marta.“Berapa usiamu, Marta?”“Sembilan belas tahun.”Sialan! Dia harus bicara dengan Ariston setelah ini. Presley menyusuri tubuh Marta yang terawat. Gadis ini sepertinya tidak kekurangan makan. Apa yang membuatnya terjebak bekerja bersama Ariston?“Apa ada yang Anda butuhkan, Presley?”Presley menggeleng cepat-cepat. “Tidak ada.”“Kalau begitu bisa aku pergi? Aku ingin berenang sembari menikmati memandang air laut. Penthouse ini luar biasa! Kau pasti setuju denganku!” Dengan penuh semangat Marta menari-nari dan memekik gembira. Presley yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Dari mana Ariston mendapat anak ajaib ini?“Pergilah, habiskan waktumu
“Aku bisa melakukannya sendiri,” tukas Presley menepis tangan Ariston yang ingin membantunya melepas perban di tangannya.“Jangan keras kepala.”Presley mendelik tajam. “Jangan menceramahiku tentang keras kepala, Ariston.”“Apa kau akan terus marah seperti ini?”Presley mengabaikannya. Tangannya yang tidak terluka dengan susah payah mencoba melepas perban yang membalut lengan berikut telapak tangannya yang terluka. Usahanya tidak membuahkan hasil. Bukannya lepas, tindakannya justru membuatnya kesakitan dan darah segar kembali membasahi perban putih yang dia kenakan.“Diam!”Ucapan dingin bernada memerintah itu sejenak ingin membuat Presley membantah, namun saat dia mendongak, Ariston sedang menatap tangannya yang terluka dengan tatapan bersalah. Dalam situasi normal dia mungkin akan melunak melihatnya, tapi saat ini dia tidak akan luluh semudah itu.“Aku bisa melakukannya,” bisik Presley sekali lagi menolak bantuan Ariston. Air matanya tanpa bisa dicegah luruh saat rasa sakit menghuja
Darah? Apa maksudnya pria ini menginginkan darah? Presley ingin meloloskan diri tapi pisau yang mengancam dilehernya membuat geraknya terbatas. Sementara itu, di depannya Ariston tengah menatap pria dibelakangnya dengan penuh perhitungan.“Kau tahu kalau aku menyukai darah bukan? Tangan yang diwarnai dengan darah adalah favoritku, Ariston. Dan saat ini aku benar-benar ingin melihat tanganmu berlumuran darah.”Sinting.Kata itu pantas disematkan pada pria bertopeng yang menyanderanya ini. Presley menggeleng, berharap Ariston menatapnya dan menangkap maksud yang ingin dia sampaikan lewat tatapan mata.Jangan Ariston!“Singkirkan salah satu pengawalmu. Aku tahu kau membawa pengawalmu jadi jangan mencoba menipuku. Jika kau berhasil membuatnya berdarah dan kalah aku akan membebaskan Presley.”Satu alis Ariston terangkat. “Kau mau aku membunuh? Otakmu mungkin bermasalah.”“Kenapa? Tentunya tanganmu tidak sebersih itu, Ariston? Aku bisa membunuh Presley dengan mudah. Satu sayatan di lehernya