Share

Ch. 6 Kenapa?

last update Last Updated: 2022-07-17 03:15:57

“Sah?”

“SAH!”

Suara sahutan itu menggema dengan begitu luar biasa, membuat jantung Aline bergetar dan matanya refleks memanas. Kenapa takdirnya seburuk ini? Menikah dengan lelaki yang seharusnya menjadi kakak iparnya? Bagaimana bisa kehidupan Aline jadi macam kisah novel begini?

Aline fokus merenungi nasibnya, air matanya menitik dan ia terlonjak kaget ketika lengannya ada yang menyentuh. Ia sontak memalingkan wajah, mendapati Adam, lelaki yang kini sudah sah dan resmi menjadi suaminya itu menatapnya dengan alis berkerut.

Dengan hati-hati Aline menyeka air matanya, bisa dia lihat Adam mengulurkan tangan, sebuah kode yang dia tahu betul apa maksud dari uluran tangan tersebut. Aline menerima uluran tangan itu, menciumnya dengan hati dongkol setengah mati yang dia sembunyikan di balik raut tenang wajahnya. Ia bahkan membiarkan Adam mengecup puncak kepalanya, hal yang pertama kali dilakukan laki-laki selain Beni kepada Aline.

Aline memejamkan mata, akan jadi apa hidupnya setelah ini? Kenapa mendadak hidup Aline terselimut kabut yang begitu tebal sampai Aline tidak bisa melihat apa-apa lagi?

***

“ADUH!”

Aline hampir terjelembab ke lantai kalau saja tangan kekar itu tidak menarik dan menahan tubuhnya. Aline menoleh, nampak Adam menatapnya dengan tatapan khawatir. Dengan segera, Aline menegakkan badannya, melepaskan diri dari sentuhan Adam dengan sedikit kasar.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Adam ketika Aline sudah kembali berdiri tegak.

“Nggak! Terima kasih!” balas Aline ketus lalu mencoba melangkah lagi.

Nahas, baru beberapa langkah, Aline kembali hampir jatuh. Sebuah tragedi yang membuat Adam kembali menyentuh dan menahan tubuh Aline agar tidak jatuh. Aline mengumpat dalam hati. Ia melakukan hal yang sama dengan apa yang tadi dia lakukan terhadap sentuhan Adam pada tubuhnya. Dan kali ini, Aline bahkan melepas kedua sepatunya, menarik sedikit ke atas kain jarik yang membungkus tubuh bagian bawahnya lalu melangkah pergi meninggalkan Adam tanpa berkata-kata lagi.

Dia tidak berniat menoleh untuk sekedar melihat wajah Adam yang berubah sedu dan menatap kepergiannya tanpa berkedip. Sudah cukup Aline bersandiwara untuk hari ini. Pura-pura tersenyum manis dan penuh bahagia di depan kamera dan tentu saja di depan tamu undangan yang sebenarnya adalah tamu saudari kembarnya!

“Kenapa harus begini nasib aku, Gusti?” Aline menggerutu, ia membiarkan air matanya menitik, melangkah dengan gusar menuju kamar hotel yang sudah disiapkan untuknya.

Langkahnya sengaja sedikit ia hentakkan ke lantai, sebuah ekspresi kesal, marah, sedih dan kecewa yang bercampur jadi satu. Kenapa orang tuanya begitu bernafsu menjodohkan anak-anaknya dengan Adam? Hal yang lantas membuat Aleta nekat bunuh diri sampai koma hingga sekarang ini. Hal yang memaksa Aline merelakan masa depannya yang sudah dia persiapkan dengan begitu indah dan harus menggantikan Aleta menikahi calon suaminya.

Ini benar-benar gila! Aline pikir orang tua model begini hanya ada di cerita novel dan sinetron ikan terbang, ternyata dia sendiri mengalaminya sekarang! Aline terus melangkah, tidak peduli dengan suaminya yang sejak tadi mengikutinya dari belakang.

Adam tersenyum kecut melihat Aline yang nampak begitu antipati terhadapnya. Ia hanya menghela napas panjang dan berharap bisa segera sampai kamar mereka untuk kemudian berganti baju. Semua acara hari ini sudah selesai, apa yang orang tuanya dan tentu saja orang tua Aleta dan Aline inginkan sudah terwujud.

Sekarang kedua keluarga sudah bersatu, sebuah simbol yang menandakan bahwa kerjasama kerja itu sudah resmi dan benar-benar sah terjalin antar dua keluarga. Sebuah alasan kenapa Adam harus mau tidak mau menikahi satu di antara dua anak Beni Darmawan tersebut.

Setelah ini, Adam ingin tenang bekerja dengan passion yang dia miliki, tidak mau lagi ribut-ribut dengan sang ayah masalah pernikahan dan perusahaan. Bukankah sekarang Adam sudah menikah dan mengikuti apa yang mereka mau? Dan tentang perusahaan, Adam sama sekali tidak pernah tertarik sejak dulu. Tidak bahkan hotel yang nantinya akan dia warisi semewah dan seelit ini, Adam tidak peduli. Ia mencintai profesinya, sebuah profesi yang sudah menarik perhatian Adam sejak dulu.

Adam tersenyum masam ketika melihat sepatu Aline terjatuh. Alih-alih mengambil sepatunya, Aline malah menendang sepatu itu macam bola. Kini Adam malah jadi begitu penasaran, bagaimana caranya istrinya itu bisa luluh dan mau menerima takdir mereka? Apakah Adam bisa meluluhkannya?

“Jangan sebut namaku kalau aku tidak bisa membuat kamu bertekuk lutut, Lin!”

***

“Loh, Mas ngapain?” tentu Aline berteriak ketika lelaki itu masuk ke dalam kamarnya.

Sedetik kemudian Aline sadar dan ingat bahwa lelaki yang masih mengenakan beskap yang warnanya senada dengan kebaya yang dia pakai itu sudah resmi menjadi suaminya per hari ini.

“Mau tidurlah, Lin! Ini kamarku juga!”

‘MAMPUS!’

Aline menepuk jidatnya dengan gemas, menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menjatukan diri di atas ranjang setelah melepar satu sepatu yang masih ada di tangannya ke sembarang arah.

“Aku nggak mau kita tidur satu ranjang!” gumam Aline kemudian, ia tidak mau menoleh dan menatap wajah itu. Entah mengapa ia begitu benci dengan lelaki yang sudah resmi menikahinya per hari ini.

“Terus aku tidur di mana?” suara itu nampak protes, membuat Aline menoleh dan menatap sengit ke arah lelaki berparas tampan itu.

“Terserah Mas, intinya aku nggak mau tidur seranjang sama kamu, Mas!” tegas Aline sambil melotot tajam, matanya kembali memanas dan sedetik kemudian tangisnya kembali pecah.

Ia menundukkan wajah, terisak dengan bahu naik-turun dan tangan menutupi kedua wajahnya. Acara sudah selesai jadi sebodoh amat make-up di wajahnya rusak, Aline tidak peduli lagi. Ia sibuk menangisi nasibnya ketika kemudian tepukan lembut itu mendarat di bahunya.

“Aku paham dan ngerti kalau kamu belum bisa terima pernikahan kita, Lin. Tapi apa salahnya sih kalau kita coba saling buka hati? Saling memahami satu sama lain? Kita udah suami-istri loh sekarang ini.” Suara itu begitu lembut dan lirih, tidak nampak nada marah di dalam suara itu, nada kesal atau nada tidak enak lainnya.

Aline mengusap air matanya dengan asal, ia belum mau mengangkat wajah sampai tangan itu meraup wajahnya dengan lembut dan menengadahkan wajah Aline sampai bisa menatap wajah tampan nan bersih yang Adam miliki.

“Nangis sampai kayak bagaimanapun, ini udah jadi nasib kita, Lin. Nggak bisa dirubah lagi.” Adam tersenyum simpul, jemarinya sibuk menyeka air mata yang membasahi pipi Aline. “Kita coba yuk saling buka hati, bisa kok, aku percaya. Mau kan?”

Aline tercekat, kenapa lelaki ini nampak begitu santai dengan apa yang terjadi di antara mereka? Kenapa kesannya dalam permasalahan ini hanya Aline yang belum dan tentu saja tidak bisa menerima pernikahan ini?

Jangan-jangan ....

"Masalahnya tidak segampang itu, Mas! Ini soal hati dan perasaan!" Aline menatap tajam mata itu, sama sekali tidak mengindahkan kata-kata lembut yang tadi terdengar olehnya.

Mencoba buka hati? Dia kira jendela bisa dengan begitu mudah di buka?

"Iya tapikan kita belum coba, Lin!" Adam kekeuh mengutarakan pendapatnya pada Aline.

"Mas, ini tuh soal cinta, soal hati. Masa iya hati dipakai coba-coba sih? Aku nggak bisa!" tegas Aline tidak mau dibantah.

"Maksudnya nggak bisa?" kening Adam berkerut, apa maksud dari kata tidak bisa?

"Aku nggak cinta sama kamu, Mas! Sejak awal aku nggak pernah mau ini terjadi." suara Aline begitu lirih, tercekat menahan tangis. "Dan tolong, tak peduli apa status kita sekarang ini, aku cuma mau minta dan mohon sama kamu, jangan pernah berharap aku mau kamu sentuh seperti istri-istri pada umumnya. Mengerti?"

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Dewi Cantixa
wah cerita nya lucu banget deh apa lagi si. aline
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
Semangat Adam...
goodnovel comment avatar
Aai
Menyentuh cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 7 Antara Batas Wilayah dan Gairah

    “Ini batasnya!” Aline meletakkan bantal di tengah-tengah antara dia dan Adam.Ia sudah beres mandi dan berganti pakaian, sementara Adam bahkan baru saja keluar dari kamar mandi. Lelaki itu nampak santai dengan boxer celana pendek dan kaos polos berwarna hitam. Adam tertegun menatap bantal itu, sedetik kemudian kepalanya terangguk pelan sebagai tanda setuju.“Mas dilarang melewati batas garis, ngerti?” tanya Aline kembali menegaskan batas wilayah mereka masing-masing malam ini di kamar hotel.“Oke, I see!” jawab Adam lalu menjatuhkan diri ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya.Aline nampak terkejut, jantunya berdegub kencang dengan hati was-was. Bagaimana tidak? Statusnya dan Adam adalah sepasang suami-istri sekarang, bisa saja Adam lantas memaksa Aline melayani gairahnya yang sebenarnya merupakan tugas Aline sebagai seorang istri.Melayani gairah Adam? Aline akan bertelanjang tubuh dan pasrah diapa-apakan oleh Adam? NO WAY! Tidak bahkan untuk seujung kukupun!Aline tidak pernah mengin

    Last Updated : 2022-07-18
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 8 Operasi Meluluhkan Hati Istri

    Aline mengerjapkan mata ketika merasakan ada yang menepuk pipinya dengan lembut. Ia melonjak kaget ketika matanya terbuka dan mendapati Adam sudah duduk di tepi ranjang. "Nggak usah kaget kayak lihat setan gitu ah, Lin!" protes Adam dengan wajah masam. Aline segera bangun, duduk di atas ranjang sambil balas menatap kesal ke arah Adam. "Habisnya Mas bikin kaget, nggak salah kalo sampai kayak liat setan!" balas Aline dengan sorot mata tidak bersahabat. Adam mendesah, ia lantas menoleh ke arah meja yang ada tidak jauh dari ranjang. Membuat Aline ikut menoleh ke sana dan tertegun ketika mendapati apa yang ada di atas meja itu. "Aku bawakan sarapan, kamu cepat makan ya? Aku ada urusan sama papa di bawah." gumamnya lalu bangkit dan melangkah menuju pintu.Aline masih tertegun di tempatnya duduk. Padahal Aline tidak pernah ramah pada sosok itu, tapi kenapa Adam selalu bersikap manis kepadanya? Sosok itu hampir menghilang di balik pintu ketika kemudian Aline berteriak memanggil Adam. "M

    Last Updated : 2022-07-20
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 9 Sisi Lain Adam

    "Sudah semua, kan?"Aline menoleh, nampak Adam menatapnya dengan saksama. Ia segera menutup kopernya dan menganggukkan kepala. Adam lantas mendekat, meraih koper Aline dan menurunkannya dari atas ranjang. "Kita pulang kalo gitu." Adam hendak menarik koper itu, ketika tangan Aline mencekal tangannya dan melarang dia pergi. "Tunggu, Mas!" ujarnya sambil mencengkeram kuat lengan Adam. Adam menatap mata Aline dengan alis berkerut, sementara Aline nampak risau dan takut-takut. Sebuah pemandangan yang lantas membuat Adam kembali bersuara. "Ada apa lagi?"Aline menghela napas panjang, kepalanya menunduk barang beberapa detik. Kemudian kembali terangkat dan menatap Adam dengan sorot mata ragu. "Kita balik ke rumah papa Budi, Mas?" sebuah pertanyaan yang lantas membuat Adam terkekeh. "Mas serius ini!" Aline mencebik, bisa dilihat bahwa wajahnya nampak sangat kesal. Adam menghentikan tawanya, "Kenapa harus pulang ke rumah papa kalau kita sudah punya rumah sendiri? Kita pulang ke rumah ki

    Last Updated : 2022-07-21
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 10 Itu, kan ....

    "Mas ...." panggil Aline setelah sekian lama mereka terdiam di atas mobil yang melaju."Hmmm ... ya, Sayang? Kenapa?"Sayang?Aline tertegun, ia menoleh dan menatap ke arah Adam. Rupanya bukan hanya dirinya yang terkejut dan tertegun dengan panggilan barusan, Adam pun sama! Ia nampak terkejut dan tertegun. "Mmm ... aku pengen tengokin Aleta, boleh?" desis Aline lirih. Ia ingin melihat kondisi Aleta sudah sampai mana. Apakah dia sudah sadar? Sudah bisa Aline timpuk kepalanya karena hal bodoh yang Aleta lakukan membuat Aline harus terjebak dalam pernikahan yang tidak dia inginkan macam ini. Oh ... jangan lupakan gincu Aline yang dicomot Aleta tanpa dia kembalikan! Gincu itu keluaran Korea dengan harga yang cukup lumayan. Seenaknya saja dia menyikat gincu milik Aline, kurang ajar! Wajah Adam nampak berubah. Apakah ia kikuk karena harus melihat Aleta? Merasa bersalah melihat Aleta terbaring koma atau sebenarnya dia kikuk karena sebenarnya dia begitu mencintai Aleta? Tetapi kalau begitu

    Last Updated : 2022-07-22
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 11 Bertemu Kelvin

    "Lin, kamu kenapa?" Adam meraih tangan Aline, namun dengan secepat kilat, Aline menepis tangan Adam, setengah berlari ke arah depan entah apa yang hendak dia kejar. Pikiran Adam berkecamuk seketika, "Jangan-jangan ...." Adam tersentak, ia segera mengejar langkah sang istri sebelum dia terlalu jauh. "Aline, tunggu!" suara Adam sedikit keras, namun masih dalam batas wajar untuk di area rumah sakit. Ia yakin bahwa istrinya itu melihat sesuatu yang membuatnya macam kesetanan seperti itu. Sementara Aline, ia sama sekali tidak memperdulikan teriakan Adam. Ia yakin dia tidak salah lihat. Itu Kevin! Ya ... Aline tahu dan hafal betul wajahnya! Lelaki dengan jaket biru yang dia lihat itu adalah Kelvin! "Vin, tunggu!"Aline segera menarik tangan lelaki itu, membuat tubuhnya berbalik dan tanpa basa-basi, Aline melayangkan sebuah tamparan keras di pipi mantan kekasih dari Aleta itu. PLAKKK! Adam terkejut, ia segera berlari lebih cepat dan menarik Aline sebelum istrinya itu makin mengamuk. "

    Last Updated : 2022-07-28
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 12 Kamu Mau Jadi Pacar Aku?

    "Mau langsung pulang? Atau pengen ke mana?"Aline tersentak, ia menoleh menatap Adam yang sudah membawa mobilnya melaju meninggalkan rumah sakit. Mereka sudah selesai dengan kunjungan mereka dan sudah saatnya mereka pulang. "Antar ke rumah, Mas. Mau ambil laptop sama beberapa perangkat aku buat kerja." jawab Aline lesu. "Oke, kita ke rumah mama sama papa Beni. Atau malam ini pengen tidur sana?" Sebuah penawaran yang langsung membuat mata Aline membelalak. Adam menawarkan untuk tidur di rumahnya? "Boleh memang?" tentu itu yang Aline tanyakan. Dia harus pastikan apakah suaminya itu serius memberi penawaran atau hanya menge-prank dirinya saja. "Boleh dong!" jawab Adam santai. "Kapanpun kamu pengen tidur di rumah, tentu boleh. Tapi izin aku dulu ya?"Aline tersenyum, kenapa lelaki ini baik sekali sih? Entah Adam hanya tengah memancing dan mencoba merayunya, Aline sendiri tidak tahu. Harapannya sih bukan hanya karena tengah mencoba merayu. Tapi kalau dilihat-lihat, Adam ini memang aga

    Last Updated : 2022-07-29
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 13 Deal, ya, Lin?

    Aline tertegun, ia menatap Adam yang pandangannya tetap lurus ke depan, meskipun Aline tahu, sesekali suaminya itu melirik ke arahnya. Jadi begitu? Jawaban kenapa Adam kekeuh ingin menikahi Aline adalah karena sebenarnya Adam jatuh cinta pada Aline? Tepat seperti dugaan Aline sebelumnya?Ah! Kenapa malah jadi begini sih?Aline tidak mau munafik dan menampik perihal apa pendapatnya tentang penampilan lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya ini. Seperti yang kemarin-kemarin Aline katakan, Adam itu ganteng! Tapi ganteng saja tidak bisa membuat Aline lantas langsung jatuh cinta begitu saja, kan? Ini masalah hati, sebuah permasalahan yang sejak awal Aline tekankan ketika ia diminta untuk menikahi Adam.“Ma-Mas ... Mas Adam ngajak aku pacaran?” tanya Aline masih tidak tahu harus berkata apa dan menanggapi apa perihal semua kalimat yang meluncur keluar dari mulut Adam barusan.Genggaman tangan Adam terlepas, semata-mata hanya untuk mengendalikan setir mobil, setelah semua stabil, ia kembali

    Last Updated : 2022-07-30
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 14 First Kiss

    Desi yang hendak berangkat ke rumah sakit tertegun melihat mobil itu berhenti di halaman rumah. Bukankah itu ... Desi meletakkan tas di sofa, mendekati pintu lantas membuka pintu lebar-lebar. Benar saja! Nampak Aline turun dari mobil, diikuti langkah gagah Adam di belakangnya. Ada setitik perasaan bahagia melihat pasangan itu. Bukanlah mereka sangat serasi sekali? Terlepas dari sebenarnya bukan Aline yang hendak dinikahkan dengan sosok dokter bedah ganteng 35 tahun itu, tetapi Desi tidak bisa memungkiri bahwa mereka begitu serasi! "Ma, mau kemana?" sapa Aline yang langsung mengulurkan tangannya. Dengan sopan dan hormat mencium punggung telapak tangan ibunya. "Ke rumah sakit, kalian sendiri dari mana?" senyum Desi makin lebar ketika kini gantian Adam yang mencium tangannya penuh hormat. "Ya sama, kita habis dari sana juga, Ma." Aline bergegas masuk, menjatuhkan diri di atas sofa tanpa menunggu dipersilahkan. Ini masih rumahnya, kan? "Gimana kondisi Aleta? Sudah ada kemajuan?" Desi

    Last Updated : 2022-08-02

Latest chapter

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 31

    "Astaga!"Beni menghela napas panjang, sementara Aleta, ia bersandar di kursi teras dengan wajah lesu. Selesai sudah ia menceritakan rahasia terbesar dalam hidup Kelvin. Ia sedikit takut sebenarnya, takut Kelvin marah karena Aleta sudah ingkar janji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Tapi Aleta lakukan ini juga demi Kelvin! "Jadi secara nggak langsung, kamu minta papa tarik Kelvin dari proyek papa sama dia?"Aleta segera menoleh, kepalanya terangguk dengan cepat. Wajahnya berubah, menyorotkan sebuah permohonan. "Tapi belum tentu juga, kan, si Irfan tahu kalau Kelvin ini anak kandung dia, Ta?" wajah Beni nampak ragu. "Pa ... dia udah tahu siapa mama Kelvin, kalaupun sekarang dia belum tahu, cepat atau lambat dia akan tahu!" kekeuh Aleta tidak ingin di bantah. "Coba nanti papa carikan ganti dulu, sebenarnya ini proyek pas banget dan bagus buat Kelvin, Ta." desis Beni lirih. "Nggak bagus kalau nanti dia sampai kenapa-kenapa, Pa! Aku nggak mau itu kejadian!" tegas Aleta mengult

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 30

    "Bagaimana kerjasama mu dengan Beni, Fan? Sudah sampai mana?"Irfan tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati wajah lelaki itu tengah menatap lurus ke arahnya. Dia adalah Setiawan, papa kandung Irfan, orang yang mewariskan segala macam kekayaan dan kekuasaan yang sekarang ada di tangan Irfan. "Baik, Pa. Semua baik. Lusa mungkin kami sudah harus ada di lokasi untuk meninjau dan memantau secara langsung proyek berjalan." jawab Irfan mencoba fokus dan mengenyahkan bayangan Yeni dan Kelvin yang terus bercokol dalam kepalanya. Di meja makan itu tidak hanya ada Irfan dan Setiawan, ada Mery, istri Irfan dan Clarisa, anak bungsu Irfan. Orang-orang ini adalah orang yang tidak boleh tahu, rahasia apa yang selama ini tersimpan, bahwa sebenarnya Irfan memiliki anak lain di luar pernikahannya. "Jangan sampai mengecewakan Beni, papa sudah peringatkan kamu berulang kali, kan? Dia bisa menjadi tonggak supaya perusahaan kita makin kokoh." ucap Setiawan yang entah sudah keberapa kali. Irfan hany

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 29

    "Dia habis nemuin kamu? Serius? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Seketika Aleta panik. Bagaimana tidak kalau calon suaminya ditemui oleh lelaki yang sejak dulu sekali ingin membunuhnya tak peduli dia adalah ayah kandung dari Kelvin. "Emang dia mau ngapain aku sih, Yang? Aku malah takut dia nekat nyari mama, ganggu mama lagi." jelas suara itu risau. "Dia ngomong apa emang?" kejar Aleta penasaran, harusnya tadi dia tidak langsung pulang, jadi dia bisa melihat dan mendengar langsung apa yang lelaki itu katakan pada Kelvin. "Cuma nanya aku bener anak mama apa bukan. Entah dia tahu dari mana, keceplosan juga tadi dia ngomong kalau dia itu dulu temen deket mama." Aleta mendengus perlahan, baru tahu dia kalau Irfan ini orangnya sedikit tidak tahu malu. "Kamu jawab apa? Kamu pura-pura nggak tahu soal rahasia mama sama Irfan, kan?" kekhawatiran mulai menyelimuti hati Aleta, ia benar-benar takut kalau sampai Irfan tega menyakiti Kelvin! "Ya aku berlagak bodoh, sekalian mau mancing reaksi di

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 28

    “Jadi gimana?” cecar Irfan begitu Hendra duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Irfan.Nampak Hendra menghela napas panjang, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Hendra nampak fokus pada benda itu beberapa saat sampai kemudian ia menyodorkan ponselnya ke depan Irfan.Dengan segera Irfan meraih ponsel yang disodorkan padanya. Mata Irfan menyipit membaca rentetan data yang ada di sana, hingga kemudian mata itu membelalak ketika membaca nama orang tua dari lelaki yang hendak menikah dengan putri rekan bisnis Irfan.“Ye-Yeni?” tangan Irfan bergetar hebat, ia mengankat wajah, menatap Hendra yang nampak heran melihat perubahan pada wajah Irfan.“Betul, Pak. Itu ibu kandung dari si Kelvin.” jawab Hendra yang membuat Irfan segera menyandarkan tubuh di kursi.Otaknya mendadak blank. Jadi benar Kelvin adalah anak dari Yeni? Tapi belum tentu itu anak Irfan, kan? Bisa saja Kelvin adalah anak Yeni dengan suaminya, ada nama laki-laki yang tercatat sebagai ayah dari Kelvin d

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 25

    'Kenapa wajah itu ....'Irfan sama sekali tidak tenang. Sejak masuk ruang meeting beberapa saat yang lalu, ia selalu mencuri pandang ke arah itu. Sosok lelaki yang tadi diperkenalkan sebagai calon menantu dari rekan bisnisnya, lelaki yang secara kebetulan sekali duduk tepat di hadapan Irfan. "Jadi untuk pembangunan gedung, rencananya ...."Uraian-uraian itu hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak masuk ataupun hinggap ke dalam otak Irfan. Pikirannya malah melayang jauh menebus waktu, kembali ke masa dimana kesibukan Irfan hanyalah bersenang-senang dan membuang-buang uang. 'Kenapa raut wajah itu begitu mirip? Tapi mana mungkin?'Keringat mengucur dari dahi Irfan, siluet wajah cantik nan sederhana itu tergambar jelas di pikirannya. Gadis sederhana yang mencuri hati Irfan dan membuat egonya berambisi untuk mendapatkan hati gadis itu. 'Tidak! Tidak!' hati Irfan menjerit. 'Aku sudah meminta dia mengugurkan kandungan itu! Jadi sangat tidak mungkin k

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 24

    "Gimana ini?"Kelvin berkeringat, ia sudah menghabiskan secangkir kopi untuk sekedar membuatnya rileks. Namun ternyata, caranya sama sekali tidak berhasil. Ia sudah bersiap di ruang meeting. Semua dokumen dan berkas-berkas sudah siap. Semua manager yang berkepentingan dalam meeting ini pun sudah terlihat ready. Hanya satu yang belum siap, sama sekali tidak siap, yaitu Kelvin sendiri! "Udah ready semua ya, Vin?"Beni melangkah masuk, nampak tengah merapikan dasi yang dia kenakan. Dengan susah payah Kelvin menghela napas panjang, kepalanya mengangguk sementara ia memaksa suara keluar dari mulutnya tidak peduli sejak tadi lehernya terasa seperti dicekik. "Ready, Pa! Semua udah siap!" jawab Kelvin akhirnya. "Bagus! Mereka udah di bawah. Ikut papa sambut mereka, ya?"Kembali Kelvin membelalak. Ia dengan susah payah menelan ludah dan menganggukkan kepala. Mau bagaimana lagi? Punya kuasa apa Kelvin menolak?Dengan ragu Kelvin bangkit, segera mengekor di belakang langkah Beni. Jantungnya

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 23

    Kelvin menatap jarum jam yang terus berputar dengan teratur tanpa berhenti barang sedetikpun. Kurang tiga puluh menit lagi dan untuk pertama kalinya, Kelvin akan bertemu langsung dengan lelaki itu. "Aku harus gimana?" Kelvin mendesah, keringat mengucur tidak peduli ruangan ini sudah cukup dingin. Dalam seumur hidup, Kelvin pernah memohon agar tidak dipertemukan dengan lelaki itu. Bukan apa-apa, ingatan Kelvin akan cerita sang mama membuat Kelvin tidak yakin akan bisa menahan emosinya. "Kenapa baru aja dapet kerjaan, dipercaya bos sekaligus calon mertua, cobaan aku udah seberat ini, Tuhan?" Kelvin mendesah, ia diliputi kebimbangan yang luar biasa. 'Kamu harus buktikan dan tampar lelaki itu dengan cara elegan!'Kata-kata yang sejak tadi diucapkan Aleta terus berdegung dalam kepala. Semula Kelvin ingin calon istrinya itu mendukungnya untuk pergi dan menghindari pertemuan itu. Nyatanya, Aleta punya pandangan lain. Tapi apakah pertemuan dengan Irfan akan membuat lelaki itu lantas meny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status