Home / Rumah Tangga / Rahasia Sang Dokter / Bonus - Extra Part 5

Share

Bonus - Extra Part 5

last update Last Updated: 2023-01-15 14:14:45

Aline meletakkan ponsel begitu sambungan video terputus. Ia menatap geli Aleta yang tengah memijit pelipis setelah kenyang diomeli Sri tadi. Siapa yang tidak murka, kalau ternyata orang yang selama ini dikhawatirkan dengan sangat ternyata hanya berbohong? Siapapun pasti murka.

"Kamu sih! Aku kena omel, kan?" gerutu Aleta kesal.

"Eh biarin! Lagian kamu nggak adil, mama sama papa aja udah kamu ceritain, kenapa Eyang enggak?" protes Aline yang tentu saja mencari pembelaan.

Aleta mendengus, kembali mengusap wajahnya dengan frustasi, sementara Aline hanya mengangkat bahu sambil meraih gelas miliknya.

"Ya masalahnya kamu kan tau, Lin, Eyang itu kadar kecerewetannya berlipat ganda dari mama sama papa. Mama sama papa pas aku jujur cuma ngomel paling pol sehari, nah eyang? Pegang omongan aku, besok dia kesini pas nikahan aku pasti masih ngomel panjang kali lebar."

Aline terkikik. Benar apa yang dikatakan Aleta itu. Memang Eyangnya itu begitu cerewet. Jangan heran, orang tempo dulu pasti be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Widi Astuti
lagi kak...nerus ke aleta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 6

    Tok ... tok ... tokAline yang baru saja naik ke atas ranjang dan meluruskan kaki kontan mendesah. Siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya ini? Untung saja Aline tidak mengunci pintu, ia hanya tinggal duduk dan berteriak. Melihat siapa yang lantas masuk ke dalam kamarnya. "Siapa?" tanya Aline memastikan, tentu tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam kamar pribadinya. "Aleta, Lin! Buka pintunya!"Kening Aline berkerut, ia memperbaiki posisi duduknya lalu balas berteriak dari atas ranjang. "Masuk aja, Ta. Pintunya nggak aku kunci." teriak Aline keras-keras. Klek. Pintu terbuka, nampak Aleta masuk ke dalam kamar, bergegas naik ke atas ranjang dan goleran tepat di sisi Aline. "Tumben mau masuk kamarku, katanya kamarku kayak perpustakaan, bau buku!" olok Aleta sambil melirik Aleta yang nampak nyaman berbaring di kasur. Aleta mengangkat wajah, berguling hingga kini terlentang di atas ranjang. "Memang! Tapi ada beberapa alasan kenapa aku lantas mau masuk kamarmu." Aleta menatap Al

    Last Updated : 2023-01-16
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 7

    Aleta tersenyum, ia menghampiri tubuh yang membelakanginya itu, meraih dan mendekap tubuh itu erat-erat. Nampak sosok yang tengah mencuci tangan itu terkejut, terkekeh sambil melanjutkan aktivitasnya mencuci tangan. "Sayang ...." panggil Aleta lirih. Tidak ada jawaban yang dia dapatkan, yang ada hanya berhentinya gemericik air dan kran yang dimatikan. Tubuh itu beringsut memutar, membuat mereka kini berhadapan dengan saling melemparkan pandang. "Ya? Kenapa?" alis tebal itu bertaut, dengan kening berkerut, wajah Kelvin terlihat sangat penasaran dan begitu ingin tahu. "Aku bobo sini boleh?" entah keberanian dari mana, yang jelas kalimat itu yang mendadak keluar dari bibir Aleta. Mata Kelvin membulat, menatap sang kekasih dengan tatapan tidak percaya. Ditatap sedemikian rupa membuat Aleta mencebik, kembali meraih tubuh itu dan menyandarkan kepalanya di dada Kelvin. "Eh ... kamu kenapa sih, Yang?" tanya Kelvin terkejut. "Serius mau tidur sini?""Ya serius lah!" tukas Aleta tegas. "

    Last Updated : 2023-01-19
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 8

    "Ya tapi, kan, masa i--"Kalimat Aleta terpotong oleh suara dering ponsel milik Aline. Aline segera meraih ponsel miliknya dan membulatkan mata ketika tahu siapa yang menelepon dirinya. "Diem dulu, Ta. Mertua nih!" ujar Aline memberi kode. "Halo, ada apa, Ma?"Aleta kembali merebahkan tubuh di atas ranjang, menyimak celotehan Aline yang nampak serius dengan ponsel menempel di telinga. "Kapan, Ma?" alis Aline berkerut, ia menoleh menatap Aleta yang memperhatikan dia sejak tadi. "Coba Aline bilang sama mas Adam dulu, Ma. Ini mas Adam-nya ada cito di rumah sakit. Aline di rumah mama Desi, Ma." lapor Aline dengan suara lirih. "Nanti deh Aline kabari ya, Ma."Tampak Aline menurunkan ponsel dari telinga, membuat Aleta menghela napas panjang dan beringsut bangkit. "Mau diajak ke dokter kandungan sama bumer, nih?" tanya Aleta yang kepo dengan apa yang tadi saudarinya bicarakan dengan mertua. "Bukan. Biasa mau diajak piknik. Staycation gitu. Tau sendiri, kan, mamanya mas Adam gimana?" pon

    Last Updated : 2023-01-23
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 9

    Aline menghela napas panjang, testpack-testpack itu berjejer di lantai kamar mandi. Apakah tidak ada kado lain yang bisa mereka berikan selain puluhan testpack bekas pakai milik Aline? "Mas, kurang berapa sih?" Aline sudah mengantuk, sementara Adam, dia masih semangat mencelupkan ujung testpack itu ke dalam urine milik Aline yang ditampung di jar kecil. "Bentar, masih kurang dua puluh lagi." jawab Adam santai tanpa memalingkan wajah. Dua puluh lagi? Aline kontan melotot, ingin rasanya dia berteriak namun sudah kehabisan daya karena matanya sendiri tinggal lima watt saja. Aline menguap, mengutarakan kantuknya dalam bentuk lain. Harap-harap Adam peka, kalau tidak, entah harus berapa lama dia berdiam diri di dalam kamar mandi bersama Adam macam ini. "Udah ngantuk, Sayang?" Adam masih tidak menoleh, untungnya sih dia peka. "Iya, Mas! Ngantuk banget udahan." jawab Aline menegaskan. Dia memang sudah begitu mengantuk. Dan kegiatan mencelupkan ujung testpack itu sangat membosankan sekal

    Last Updated : 2023-01-24
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 10

    "Kamu mau ikut Adam pulang, Lin? Nggak di sini aja?"Sebuah pertanyaan langsung menyapa Aline begitu dia masuk ke dalam ruang makan. Aline tersenyum, menarik kursi dan duduk di atas kursi yang ada di seberang mamanya. "Iya, ikut dong. Papa gimana kerjaannya?" Aline meraih secangkir chamomile tea, menyesap cairan hangat itu hingga tinggal separuh di dalam cangkir. "Beres, lancar. Kamu masih sering komunikasi sama Rosa, Lin?"Aline mengambil selembar roti, melirik sang papa sekilas lalu meraih toples selai kacang. "Masih, Pa. Tiap hari malah berkabar terus. Sering video call juga sama Refal." Jawab Aline seraya mengoleskan selai kacang di atas selembar roti. "Dia itu kemarin mau dicarikan jodoh sama papa mertuamu. Eh nolak." Beni menyuapkan nasi ke dalam mulut, papanya itu harus selalu sarapan dengan nasi, sebuah kebiasaan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat. "Memang udah nggak mau nikah lagi, Pa. Pengennya cuma sekali seumur hidup." sebuah prinsip yang membuat Aline terkes

    Last Updated : 2023-01-26
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 11

    Kelvin menghela napas panjang. Ia baru saja beres memarkirkan mobil di area parkir gedung perkantoran milik calon mertuanya. Ia melepaskan seat belt dengan segera, menatap pantulan wajahnya di cermin dengan saksama. "Rapi, kan? Masa iya datang ke kantor calon papa mertua malu-maluin sih?" Kelvin agak minder sebenarnya, tapi apa boleh buat? Menolak perintah dari Beni, sama saja minta izin jadi menantu dicoret permanen! Dengan keyakinan penuh, Kelvin membuka pintu mobil, melangkah turun dari sana dan bergegas melangkah menuju gedung. Dia memang tidak memakai setelan jas macam para eksekutif muda, hanya kemeja dan celana bahan rapi. Baru saja ia hendak menghampiri pintu masuk, seorang security sudah menyambutnya dengan sangat ramah. "Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa dibantu?" Kelvin tersenyum, "Saya diundang pak Beni bertemu beliau, Pak." "Oh ... pak Kelvin, ya? Mari silahkan. Tadi bapak sudah pesan suruh antar ke ruangan beliau. Nanti biar dibantu sama resepsionis, Pak."Kembali Ke

    Last Updated : 2023-01-28
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 12

    "Ya Aleta maunya kami berdua mandiri, Pa. Benar-benar bisa berdiri sendiri." Kelvin dengan sangat hati-hati menjelaskan, tentu dia tidak ingin mendapatkan masalah perihal penolakannya atas tawaran Beni barusan. Bukan apa-apa, masalahnya itu adalah prinsip yang Aleta miliki sejak dulu sekali. Tidak peduli bapaknya punya perusahaan sendiri, Aleta lebih memilih bekerja di tempat lain, tanpa bayang-bayang nama besar orang tuanya sama sekali. Beni menghela napas panjang. Wajahnya berubah keruh sejak penolakan itu Kelvin utarakan. Bukan salah Beni kalau dia kecewa, orang tua mana yang tidak kecewa kalau kejadiannya seperti ini? "Terus papa kerja mati-matian selama ini buat apa kalau nggak ada yang mau nerusin, Vin? Coba kamu ada di posisi papa, gimana perasaan kamu?" tantang Beni yang seketika membuat Kelvin menundukkan wajah. "Ya Kelvin paham, Pa, ta--""Sudah!" potong Beni cepat dengan nada tegas. "Jemput Aleta, bawa dia kesini juga sekarang, Vin! Papa harus ngomong sama kalian berdua

    Last Updated : 2023-01-29
  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 13

    “Kamu pasti ngomong aneh-aneh, kan, sama papa?”Kelvin yang tengah mencoba fokus dengan setir kontan melonjak. Sejak keluar dari gedung perkantoran tempat di mana Aleta bekerja, gadis itu selalu mengomel panjang-lebar, dan ujungnya, Kelvin mendapat sebuah tuduhan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.“Aku ngomong apaan sih? Memang pikirmu aku ngomong apa sama papa?” Kelvin mencoba sabar, fokusnya tentu segera membawa gadis ini ke kantor sang papa, biarkan bapaknya sendiri yang bilang, daripada Kelvin salah bicara dan malah tambah memperkeruh suasana.“Ya mana aku tahu? Memang kamu ngomong apaan sama papa?” salak gadis itu galak.“Jadi begini ....” sedikit menjelaskan tidak ada salahnya, “Aku tadi tiba-tiba ditelpon sama papa, Sayang. Disuruh papa pergi ke kantor. Yaudah aku kesana dong. Masa iya aku mau nggak datang?”Aleta bergeming, dua tangannya masih dilipat di depan dada.“Pas aku sampai di sana, papa udah nungguin ternyata. Dan kamu tahu, apa yang papa bilang ke aku?”“Mana

    Last Updated : 2023-02-02

Latest chapter

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 25

    'Kenapa wajah itu ....'Irfan sama sekali tidak tenang. Sejak masuk ruang meeting beberapa saat yang lalu, ia selalu mencuri pandang ke arah itu. Sosok lelaki yang tadi diperkenalkan sebagai calon menantu dari rekan bisnisnya, lelaki yang secara kebetulan sekali duduk tepat di hadapan Irfan. "Jadi untuk pembangunan gedung, rencananya ...."Uraian-uraian itu hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak masuk ataupun hinggap ke dalam otak Irfan. Pikirannya malah melayang jauh menebus waktu, kembali ke masa dimana kesibukan Irfan hanyalah bersenang-senang dan membuang-buang uang. 'Kenapa raut wajah itu begitu mirip? Tapi mana mungkin?'Keringat mengucur dari dahi Irfan, siluet wajah cantik nan sederhana itu tergambar jelas di pikirannya. Gadis sederhana yang mencuri hati Irfan dan membuat egonya berambisi untuk mendapatkan hati gadis itu. 'Tidak! Tidak!' hati Irfan menjerit. 'Aku sudah meminta dia mengugurkan kandungan itu! Jadi sangat tidak mungkin k

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 24

    "Gimana ini?"Kelvin berkeringat, ia sudah menghabiskan secangkir kopi untuk sekedar membuatnya rileks. Namun ternyata, caranya sama sekali tidak berhasil. Ia sudah bersiap di ruang meeting. Semua dokumen dan berkas-berkas sudah siap. Semua manager yang berkepentingan dalam meeting ini pun sudah terlihat ready. Hanya satu yang belum siap, sama sekali tidak siap, yaitu Kelvin sendiri! "Udah ready semua ya, Vin?"Beni melangkah masuk, nampak tengah merapikan dasi yang dia kenakan. Dengan susah payah Kelvin menghela napas panjang, kepalanya mengangguk sementara ia memaksa suara keluar dari mulutnya tidak peduli sejak tadi lehernya terasa seperti dicekik. "Ready, Pa! Semua udah siap!" jawab Kelvin akhirnya. "Bagus! Mereka udah di bawah. Ikut papa sambut mereka, ya?"Kembali Kelvin membelalak. Ia dengan susah payah menelan ludah dan menganggukkan kepala. Mau bagaimana lagi? Punya kuasa apa Kelvin menolak?Dengan ragu Kelvin bangkit, segera mengekor di belakang langkah Beni. Jantungnya

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 23

    Kelvin menatap jarum jam yang terus berputar dengan teratur tanpa berhenti barang sedetikpun. Kurang tiga puluh menit lagi dan untuk pertama kalinya, Kelvin akan bertemu langsung dengan lelaki itu. "Aku harus gimana?" Kelvin mendesah, keringat mengucur tidak peduli ruangan ini sudah cukup dingin. Dalam seumur hidup, Kelvin pernah memohon agar tidak dipertemukan dengan lelaki itu. Bukan apa-apa, ingatan Kelvin akan cerita sang mama membuat Kelvin tidak yakin akan bisa menahan emosinya. "Kenapa baru aja dapet kerjaan, dipercaya bos sekaligus calon mertua, cobaan aku udah seberat ini, Tuhan?" Kelvin mendesah, ia diliputi kebimbangan yang luar biasa. 'Kamu harus buktikan dan tampar lelaki itu dengan cara elegan!'Kata-kata yang sejak tadi diucapkan Aleta terus berdegung dalam kepala. Semula Kelvin ingin calon istrinya itu mendukungnya untuk pergi dan menghindari pertemuan itu. Nyatanya, Aleta punya pandangan lain. Tapi apakah pertemuan dengan Irfan akan membuat lelaki itu lantas meny

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 22

    "APAAA?"Wajah Adam memucat, ia menatap lurus dengan tatapan tidak percaya. Kacau sudah kalau begini! Bayangan bagaimana ribetnya mencelupkan testpack itu satu persatu tengah malam kembali terngiang dan sekarang, semuanya sia-sia. "Kok bisa?" tanya Adam setelah dia tersadar dari rasa terkejutnya. "Aleta ke sini, Mas. Nah kita lagi ngobrol, nyerempet bahas kehamilan aku. Aku nggak tau kalo Mama dateng dan tau-tau udah nonggol di belakang kita."Adam spontan menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala. Mendadak kepalanya pusing. Setelah ini agaknya dia harus bersiap kena omel, mau bagaimana lagi? "Mama di mana sekarang?" "Lagi di depan, nelpon Papa. Aku masih di ruang makan sama Aleta." jawab suara itu lirih.Dengan sedikit kesal, Adam menghirup udara banyak-banyak. Ia menghembuskan napas perlahan-lahan dengan mata terpejam. Hanya beberapa detik, ia kembali membuka mata sambil menarik napas dalam. "Yaudah kalau begitu, Sayang. Kabari aja kalau ada apa-apa. Mas tutup dulu." desis A

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 21

    "Morning, Beibs!"Aline hampir saja tersedak teh yang memenuhi mulutnya, ia menoleh dan terkejut mendapati Aleta yang sudah muncul sepagi ini dengan wajah sumringah. "Eh, tumben pagi buta udah sampe sini? Diusir sama mama?" tanya Aline asal, membuat Aleta melotot gemas ke arah saudara kembarnya. "Sembarangan!" desis Aleta yang langsung mencomot selembar roti yang ada di meja. "Nggak tidur di rumah aku kemarin, Lin."Dengan begitu santai ia meraih toples selai kacang, mengoleskan selain kacang di atas selembar roti yang dia ambil. "Eh, terus tidur di mana? Emperan toko?" kembali Aline bertanya asal, membuat Aleta rasanya ingin menelan bulat-bulat saudarinya ini kalau saja dia tidak sedang hamil. "Apartemen Kelvin, jangan ngomong mama tapi, ya?" jawabnya jujur apadanya, dia malas Aline makin ngelantur menebaknya tidur di mana. Mata Aline membulat, ia menatap Aleta dengan tatapan tidak percaya. Sementara Aleta, ia memasang wajah menyebalkan sambil mengoles permukaan roti dengan begi

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 20

    "Vin ... sorry sebelumnya. Kalo boleh tau, lantas papa kandung kamu siapa, Vin?"Kelvin menghela napas panjang, ia menatap langit-langit kamar, sementara Aleta memeluk erat lengan Kelvin tanpa mengendorkan pelukan tangannya. "Kamu pasti nggak percaya kalo aku bilang ini, Ta!" desis Kelvin setengah tertawa lirih. "Memang siapa, Yang?" renggek Aleta mengeluarkan jurus merayunya. Kelvin meraih ponsel di atas nakas, nampak ia serius dengan ponselnya. Mengabaikan Aleta yang masih begitu penasaran dengan penjelasan Kelvin mengenai jati diri yang sebenarnya. Tak selang berapa lama, Kelvin menyerahkan ponsel ke arah Aleta, ponsel dengan artikel yang terpampang di layar ponsel itu. "Kenal orang ini?" Aleta menerima ponsel itu, menatap foto seorang lelaki yang Aleta sendiri sangat familiar dengan wajah itu. Mata itu membelalak, ia menoleh menatap Kelvin dengan tatapan tidak percaya. Lelaki dalam foto ini .... "Yang ... ini serius papa kandung kamu, Yang?"***"Mama kayaknya bener-bener ke

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 19

    "Papa Feri itu bukan papa kandung aku, Ta."Suara itu begitu lirih, namun telinga Aleta masih cukup sehat dan normal untuk menangkapnya. Mata Aleta membulat, ia melihat ekspresi sedih yang tergambar di wajah itu. Sementara Aleta, ia masih begitu terkejut dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. "Mama sama papa bilang kalo cukup kami aja yang tahu tentang kenyataan ini. Bahkan orang tua mereka pun tidak ada yang tahu. Tapi aku rasa, kamu sebagai calon istri aku berhak tahu, bagaimana asal-usul lelaki yang bakalan nikahin kamu, Ta."Kelvin menghela napas panjang, ia memalingkan wajah, menatap langit-langit kamar dengan wajah sedikit putus asa. Sementara Aleta? Ia masih terkejut dan belum tahu hendak bicara apa. "Selain merasa kalah dalam segalanya sama Adam, fakta ini adalah salah satu faktor yang bikin aku mundur pas denger kamu mau dijodohin." suara itu kembali terdengar. "Memang siapa aku kalo dibandingin sama Adam? Aku cu--""Vin!" Aleta akhirnya bersuara, ia menyingkirkan g

DMCA.com Protection Status