Pintu ruangannya diketuk pelan sebelum seorang pria masuk. Pria itu berusia paruh baya dengan wajah yang menunjukkan pengalaman panjang di dunia investigasi. Ia adalah detektif swasta terbaik yang bisa Keisha sewa, seseorang yang terkenal karena kemampuannya mengungkap rahasia tersembunyi.
“Silakan duduk,” kata Keisha dengan nada santai sambil menunjuk kursi di depannya.
Pria itu mengangguk, lalu duduk dan meletakkan sebuah map tebal di atas meja. “Semua yang Anda minta ada di sini, Nona Keisha,” katanya sambil mendorong map itu ke arah Keisha.
Keisha membuka map tersebut dengan cepat, matanya menyapu setiap halaman dengan penuh perhatian. Foto-foto, dokumen resmi, hingga laporan rinci memenuhi map itu, semuanya terkait dengan Suzie Brown dan keluarganya.
Keisha berhenti sejenak ketika matanya tertuju pada sebuah halaman yang memuat informasi tentang hubungan Suzie dengan kelu
“Aku akan memancingnya,” kata Keisha dengan nada penuh perhitungan. “Aku akan memastikan Damian tahu bahwa Savanah adalah bagian dari keluarga yang telah menghancurkan hidupnya. Setelah itu, Damian akan menjauh darinya selamanya.”Setelah menutup telepon, Keisha duduk bersandar di kursinya dengan senyum lebar. Ia merasa bahwa kemenangan ada di genggamannya..“Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang, Savanah,” bisik Keisha sambil menatap map itu. “Aku akan memastikan Damian menjadi milikku, dan kau akan kehilangan segalanya.”Keisha mengambil segelas anggur dari meja sampingnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi seolah-olah sedang memberikan penghormatan kepada dirinya sendiri. Ia menyesap anggur itu perlahan, menikmati rasa manis kemenangan yang sudah hampir di depan mata."Akhirnya aku bisa menghancurkan kalian Savanah!"***Damian duduk di ranjang r
“Damian?” panggil Jason sambil mendekati ranjang.Damian mengangkat map itu, lalu menyerahkannya kepada ayahnya tanpa berkata apa-apa. Jason membuka map itu, membaca isinya dengan seksama. Setelah beberapa menit, ia menutup map itu dengan napas berat.“Kau sudah tahu tentang ini?” tanya Damian akhirnya, nadanya tenang tetapi penuh dengan tekanan.Jason mengangguk pelan. “Ya, aku tahu.”“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?” Damian menatap ayahnya dengan tajam.Jason duduk di kursi di sebelah ranjang, menghela napas panjang sebelum menjawab. “Karena aku tahu bahwa kebenaran ini tidak akan mengubah apa pun. Suzie adalah sahabat ibumu, Damian. Dia mencoba membantu sebanyak yang ia bisa. Keterlambatannya malam itu adalah kecelakaan, bukan kejahatan. Dia juga kehilangan sesuatu malam itu, sama seperti kita.”
Keisha menyeringai, menikmati ketegangan yang terjadi di dalam lift. Namun, Damian tetap tenang, meskipun matanya sedikit menyipit. Setelah beberapa detik hening, ia akhirnya berbicara dengan nada dingin dan menusuk.“Barang bekas tidak layak diperebutkan,” katanya singkat.Savanah merasa tubuhnya kaku mendengar kata-kata itu. Tatapannya langsung jatuh ke lantai, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang mendalam. Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Roni merengkuh bahunya lebih erat.“Dia tidak perlu layak untukmu,” balas Roni dengan tajam. “Yang penting, dia layak untukku. Itu sudah cukup.”Damian tidak menjawab. Ia hanya berdiri dengan ekspresi dingin, tetapi tatapannya sesekali melirik ke arah Savanah. Di sisi lain, Keisha menyenggol lengan Damian dengan senyum sinis.“Biarkan saja mereka, Damian,” kata Keisha dengan nada men
Savanah hanya bisa tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat. “Aku hanya ingin semuanya kembali seperti dulu, Bu. Aku ingin hidup kita kembali tenang.”Suzie menarik napas panjang. “Kadang-kadang, hidup tidak memberi kita ketenangan yang kita harapkan. Tapi kau harus ingat, Savanah, bahwa kekuatanmu akan membawamu melewati semuanya.”Ketika percakapan mulai mereda, Roni melangkah mendekat dengan senyum lembut. Ia mengambil beberapa buah dari keranjang dan meletakkannya di piring kecil.“Ibu harus makan sesuatu,” kata Roni dengan nada sopan tetapi tegas. “Ini akan membantu menjaga energi Anda.”Suzie menatap Roni dengan senyum hangat. “Terima kasih, Roni. Kau selalu perhatian pada Savanah, dan sekarang juga padaku.”Roni mengangguk dengan tulus. “Savanah berarti segalanya bagi saya, Bu. Saya hanya ingin memastikan bahw
Savanah berbalik ke arah Roni, menggenggam tangannya erat, dan berkata dengan nada penuh keyakinan, “Roni, aku bersedia menikah denganmu.”Roni tertegun sejenak, jelas tidak menduga bahwa Savanah akan mengatakan hal itu di saat seperti ini. Namun, senyumnya perlahan muncul, dan ia membalas genggaman tangan Savanah dengan lembut.“Terima kasih, Savanah,” kata Roni dengan suara yang penuh emosi. Lalu memeluk Savanah dengan erat. Dia lalu memegang dagu Savanah dan melayangkan ciuman yang intens.Savanah membalas ciuman yang dalam itu dengan penuh perasaan tanpa menanggapi apalagi mempedulikan siapa yang berada di sana.Wajah Damian langsung berubah. Untuk pertama kalinya, tatapan dinginnya digantikan oleh ekspresi marah yang tidak bisa ia sembunyikan. Rahangnya mengeras, dan ia mengepalkan tangannya dengan kuat di sisi tubuhnya.“Bagus,” katanya dengan suara re
"Lepaskan! Apa yang kamu—"Savanah tercekik oleh rasa sakit dan keterkejutan. Ia berusaha meronta, tetapi cengkeraman pria mabuk itu semakin erat, menekan lengannya hingga nyaris mati rasa.Kegelapan di sekelilingnya semakin pekat, seperti menekan napasnya. Tubuh bagian bawah mereka menempel dan Savanah merasakan kengerian yang tidak dapat dicegahnya."Tolong..., hentikan!" serunya, berusaha mengumpulkan kekuatan. Ia mencoba menendang kaki pria itu, tetapi tubuhnya yang menempel di meja membuatnya kesulitan, pria itu merapatkan tubuhnya untuk menahan perlawanan Savannah.Savanah yang merupakan petugas kebersihan di sebuah bar mewah, tengah mengakhiri shift malam yang ia lakukan.Namun, di ruang tempat loker yang telah gelap itu, tiba-tiba seorang pria misterius menarik tubuhnya!Savanah bisa merasakan hembusan napas pria asing itu di belakang lehernya, panas dan tergesa-gesa. "Kamu wangi sekali," bisiknya dengan nada yang tajam dan mengancam.Savanah berusaha meronta dan berbalik.Pla
Savanah berdiri di depan kantor sipir penjara dengan keringat yang membasahi keningnya dan wajahnya terlihat sedikit pucat dengan napas yang menderu. Dia terlambat! Waktu berkunjung sudah selesai."Tolong, izinkan aku melihat Ibuku sebentar," ucap Savanah sambil menyodorkan sedikit uang kepada sipir penjara tersebut.Sipir penjara melirik Savanah dengan tatapan dingin. Sebuah syal murahan berwarna merah diikatkan pada leher Savanah, membuat penampilan wanita itu terlihat kacau. Tidak ada yang tahu, Savanah mengikat lehernya untuk menutupi bekas cumbuan yang dia dapatkan."Baiklah. Kamu punya dua menit."Savanah menaikkan kedua jarinya dengan senyum manis, "Dua menit cukup. Terima Kasih."Sambil menahan nyeri pada perutnya karena dia belum memakan apa pun sedari pagi. Waktu perjalanan dari bar tempat dia bekerja ke penjara adalah dua jam. Dia tidak mungkin sempat untuk sarapan.Savanah mengikuti langkah sipir penjara menuju ke ruang temu lalu duduk dengan sabar.Tidak lama kemudian, Su
Savanah terduduk di lantai belakang pintu dengan tubuh bergetar memeluk dirinya sendiri dan menangis.Sesaat kemudian, dia merasa harus segera mandi dan mempersiapkan diri untuk jamuan makan siang di rumah Taipan kaya yang menjodohkan putra tunggalnya.Savanah membuka pakaiannya perlahan. Semua tubuhnya penuh dengan bekas cumbuan. Savanah menegadahkan kepalanya dan melihat pantulan lehernya di cermin."Ini harus ditutup. A-aku harus memakai syal."Setengah jam kemudian, Savanah sudah berada di tengah jalan menuju tempat makan siang keluarga calon suaminya.Dengan kecepatan stabil, Savanah menekan gas pada sepeda motor tua miliknya untuk menuju ke perumahan Citraland Main City."Blok DD nomor 8," gumamnya sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Savanah sudah sampai di persimpangan saat tiba-tiba sebuah motor sport berwarna kuning hampir menabraknya. "Eh!"Citt! Bang!Sepeda motor milik Savanah terjatuh dan lututnya terantuk ke aspal yang keras."Aarghh!" Savanah memekik kesakitan, teren
Savanah berbalik ke arah Roni, menggenggam tangannya erat, dan berkata dengan nada penuh keyakinan, “Roni, aku bersedia menikah denganmu.”Roni tertegun sejenak, jelas tidak menduga bahwa Savanah akan mengatakan hal itu di saat seperti ini. Namun, senyumnya perlahan muncul, dan ia membalas genggaman tangan Savanah dengan lembut.“Terima kasih, Savanah,” kata Roni dengan suara yang penuh emosi. Lalu memeluk Savanah dengan erat. Dia lalu memegang dagu Savanah dan melayangkan ciuman yang intens.Savanah membalas ciuman yang dalam itu dengan penuh perasaan tanpa menanggapi apalagi mempedulikan siapa yang berada di sana.Wajah Damian langsung berubah. Untuk pertama kalinya, tatapan dinginnya digantikan oleh ekspresi marah yang tidak bisa ia sembunyikan. Rahangnya mengeras, dan ia mengepalkan tangannya dengan kuat di sisi tubuhnya.“Bagus,” katanya dengan suara re
Savanah hanya bisa tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat. “Aku hanya ingin semuanya kembali seperti dulu, Bu. Aku ingin hidup kita kembali tenang.”Suzie menarik napas panjang. “Kadang-kadang, hidup tidak memberi kita ketenangan yang kita harapkan. Tapi kau harus ingat, Savanah, bahwa kekuatanmu akan membawamu melewati semuanya.”Ketika percakapan mulai mereda, Roni melangkah mendekat dengan senyum lembut. Ia mengambil beberapa buah dari keranjang dan meletakkannya di piring kecil.“Ibu harus makan sesuatu,” kata Roni dengan nada sopan tetapi tegas. “Ini akan membantu menjaga energi Anda.”Suzie menatap Roni dengan senyum hangat. “Terima kasih, Roni. Kau selalu perhatian pada Savanah, dan sekarang juga padaku.”Roni mengangguk dengan tulus. “Savanah berarti segalanya bagi saya, Bu. Saya hanya ingin memastikan bahw
Keisha menyeringai, menikmati ketegangan yang terjadi di dalam lift. Namun, Damian tetap tenang, meskipun matanya sedikit menyipit. Setelah beberapa detik hening, ia akhirnya berbicara dengan nada dingin dan menusuk.“Barang bekas tidak layak diperebutkan,” katanya singkat.Savanah merasa tubuhnya kaku mendengar kata-kata itu. Tatapannya langsung jatuh ke lantai, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang mendalam. Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Roni merengkuh bahunya lebih erat.“Dia tidak perlu layak untukmu,” balas Roni dengan tajam. “Yang penting, dia layak untukku. Itu sudah cukup.”Damian tidak menjawab. Ia hanya berdiri dengan ekspresi dingin, tetapi tatapannya sesekali melirik ke arah Savanah. Di sisi lain, Keisha menyenggol lengan Damian dengan senyum sinis.“Biarkan saja mereka, Damian,” kata Keisha dengan nada men
“Damian?” panggil Jason sambil mendekati ranjang.Damian mengangkat map itu, lalu menyerahkannya kepada ayahnya tanpa berkata apa-apa. Jason membuka map itu, membaca isinya dengan seksama. Setelah beberapa menit, ia menutup map itu dengan napas berat.“Kau sudah tahu tentang ini?” tanya Damian akhirnya, nadanya tenang tetapi penuh dengan tekanan.Jason mengangguk pelan. “Ya, aku tahu.”“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?” Damian menatap ayahnya dengan tajam.Jason duduk di kursi di sebelah ranjang, menghela napas panjang sebelum menjawab. “Karena aku tahu bahwa kebenaran ini tidak akan mengubah apa pun. Suzie adalah sahabat ibumu, Damian. Dia mencoba membantu sebanyak yang ia bisa. Keterlambatannya malam itu adalah kecelakaan, bukan kejahatan. Dia juga kehilangan sesuatu malam itu, sama seperti kita.”
“Aku akan memancingnya,” kata Keisha dengan nada penuh perhitungan. “Aku akan memastikan Damian tahu bahwa Savanah adalah bagian dari keluarga yang telah menghancurkan hidupnya. Setelah itu, Damian akan menjauh darinya selamanya.”Setelah menutup telepon, Keisha duduk bersandar di kursinya dengan senyum lebar. Ia merasa bahwa kemenangan ada di genggamannya..“Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang, Savanah,” bisik Keisha sambil menatap map itu. “Aku akan memastikan Damian menjadi milikku, dan kau akan kehilangan segalanya.”Keisha mengambil segelas anggur dari meja sampingnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi seolah-olah sedang memberikan penghormatan kepada dirinya sendiri. Ia menyesap anggur itu perlahan, menikmati rasa manis kemenangan yang sudah hampir di depan mata."Akhirnya aku bisa menghancurkan kalian Savanah!"***Damian duduk di ranjang r
Pintu ruangannya diketuk pelan sebelum seorang pria masuk. Pria itu berusia paruh baya dengan wajah yang menunjukkan pengalaman panjang di dunia investigasi. Ia adalah detektif swasta terbaik yang bisa Keisha sewa, seseorang yang terkenal karena kemampuannya mengungkap rahasia tersembunyi.“Silakan duduk,” kata Keisha dengan nada santai sambil menunjuk kursi di depannya.Pria itu mengangguk, lalu duduk dan meletakkan sebuah map tebal di atas meja. “Semua yang Anda minta ada di sini, Nona Keisha,” katanya sambil mendorong map itu ke arah Keisha.Keisha membuka map tersebut dengan cepat, matanya menyapu setiap halaman dengan penuh perhatian. Foto-foto, dokumen resmi, hingga laporan rinci memenuhi map itu, semuanya terkait dengan Suzie Brown dan keluarganya.Keisha berhenti sejenak ketika matanya tertuju pada sebuah halaman yang memuat informasi tentang hubungan Suzie dengan kelu
Di tengah perjalanan, mobil Suzie dihantam sebuah truk yang melaju kencang. Kecelakaan itu tidak fatal, tetapi cukup untuk membuat Suzie pingsan di tempat.Ketika akhirnya Suzie tiba di rumah sakit, waktu sudah terlalu terlambat. Alicia telah kehilangan terlalu banyak darah, dan meskipun dokter berhasil menyelamatkan bayi Damian, nyawa Alicia tidak bisa diselamatkan.Jason masih ingat dengan jelas bagaimana ia memeluk tubuh Alicia yang dingin di ruang perawatan. Air mata tidak berhenti mengalir dari matanya saat ia mendengar tangisan pertama Damian. Malam itu, ia kehilangan segalanya—istrinya, belahan jiwanya, dan rasa percaya dirinya sebagai seorang suami yang mampu melindungi keluarganya.Jason tidak pernah menyalahkan Suzie atas apa yang terjadi. Ia tahu bahwa wanita itu telah melakukan yang terbaik, dan kecelakaan itu adalah sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Namun, keluarga Jason, terutama ibu Alicia , tidak pernah mene
Pria itu turun dari motornya dengan cepat, melepas helmnya, dan berlari mendekati Savanah. Wajahnya tampak cemas, seolah-olah ia sudah lama mencari wanita itu.“Savanah,” panggil Roni dengan nada lembut tetapi penuh kekhawatiran. “Kenapa kau di sini? Kau baik-baik saja?”Savanah menatap Roni dengan mata yang masih berkaca-kaca. Ia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Di dalam hatinya, ia merasa seperti sedang berdiri di tepi jurang, tidak tahu apakah ia harus melompat atau mundur.“Kenapa kamu selalu hadir pada saat aku butuh?” tanyanya dengan suara yang hampir berbisik, tetapi cukup untuk didengar oleh Roni.Roni tersenyum kecil, lalu tanpa ragu ia merangkul Savanah ke dalam pelukannya. Pelukan itu hangat, penuh dengan ketulusan yang membuat Savanah merasa sedikit lebih tenang.“Karena aku adalah pangeran kudamu,” jawab Roni pelan
Saat pintu akhirnya terbuka, Keisha langsung berdiri, tangannya terlipat di depan dada. Ia menatap Savanah yang keluar dengan ekspresi dingin tetapi terlihat puas.“Dua jam?” tanya Keisha tajam. “Apa yang kalian lakukan? Kenapa sampai selama itu?”Savanah menoleh padanya, wajahnya tenang tetapi tatapannya penuh makna. “Ambil priamu, Keisha. Jaga dia baik-baik. Aku tidak akan datang untuk mengganggu lagi.”Keisha menyipitkan matanya, mencoba menangkap makna di balik kata-kata Savanah. “Kau sebaiknya tetap memegang ucapanmu,” sindirnya sambil melangkah menuju pintu kamar Damian.Keisha membuka pintu dengan kasar, penuh rasa cemburu dan amarah yang ia coba tahan. Namun, langkahnya terhenti seketika ketika ia melihat pemandangan di dalam kamar.Damian terbaring di atas ranjang, tubuhnya hanya ditutupi selimut putih rumah sakit. Wajahnya