Keisha menarik tangannya dengan sedikit jijik, karena status wanita yang berbaring di ranjang itu tentu saja lebih rendah daripadanya yang hidup dalam kemewahan.
Sarah tersenyum, dalam hatinya dia menyakinkan bahwa setelah 20 miliar di tangannya, mungkin dia bisa memanfaatkan uang yang nilainya fantastis itu untuk membuat Keisha bertekuk lutut suatu hari.
"Dan bantu aku ke ranjang Damian, setidaknya aku ingin tubuh pria itu walau sekali saja."
Mendengar permintaan Sarah, Keisha segera menutup mulut dengan sebelah tangannya karena tiba-tiba ingin muntah lagi.
"A-aku benar-benar butuh obat maag," ucap Keisha dengan wajah yang mulai pucat."
"Baiklah, silakan pergi. Saya mengantuk." Sarah segera memundurkan pantatnya dan menarik selimut. Dia tidak ingin berbicara lebih lanjut dengan Keisha lagi.
Keisha keluar dari rumah sakit dengan perasaan kacau. Ia tidak menemukan Damian, t
Sebuah desiran halus merambat dalam hati Sarah, "lumayan, Dokter.""Saya akan memeriksa Anda sebentar ya."Angeli dan Robert mundur beberapa langkah untuk memberi ruang bagi Dokter tampan itu agar bisa memeriksa dan mencatat laporan."Bagaimana keadaannya, Dokter?""Tidak masalah, kesehatannya sudah pulih dengan baik, punggungnya hanya membutuhkan beberapa bulan fisioterapi, tetapi sejauh ini, semua sudah berjalan dengan baik," sahut sang dokter lalu menoleh ke arah Sarah."Saya akan meresepkan vitamin untukmu besok. Kamu sudah boleh beristirahat di rumah dan kembali dua hari lagi untuk melakukan fisioterapi," lanjutnya."M-maksud Dokter, saya sudah boleh pulang?" Sarah merasa mulai gelisah, dia tidak ingin pulang. Dengan berada di Rumah Sakit, dia memiliki alasan untuk merengek kepada Damian."Ya, bukankah hal itu yang ditunggu semua pasien? Anda sudah terlihat sehat dan boleh pulang." Dokter itu mengernyitkan alisnya karena merasa a
Sarah segera menjawab, "sayang. Tentu sayang sekali. Tapi aku sedikit panik karena Damian, kalian masih ingat pria tampan yang menolongku saat itu, ahhh... Dia begitu tampan dan aku begitu mencintainya...""Apakah dia mencintaimu?" tanya salah sebuah komentar yang masuk ke layar ponsel Sarah."Seharusnya dia mencintaiku, tetapi belakangan ini, dia berubah."Sarah mengusap pipinya dengan lembut. Kedua kelopak matanya terasa sangat perih saat ini. Sehingga air matanya semakin terlihat deras.Karena itu juga, simpati dari para penonton yang menyaksikan acara siaran langsung itu semakin bersimpati dan jumlah tayang yang mengikuti aku Sarah menjadi semakin banyak.“Aku tidak tahu kenapa Damian bisa memilih seseorang seperti dia,” ujarnya, suaranya bergetar penuh emosi. “Aku yang mencintainya dengan tulus, malah diabaikan. Sedangkan Savanah…,” Sarah menarik napas panjang, memanfaatkan jeda untuk menambah drama
Dia tahu, apa pun yang dia katakan, akan diputarbalikkan oleh Sarah. Tapi dia juga tahu, dia tidak bisa tinggal diam.Dia menegaskan dirinya, menunggu dan membalas nanti sesudah semua selesai."F-fokus, Ibu... I-bu a-akan keluar. D-dua hari lagi," ucap Savanah dengan suara yang bergetar dan terputus-putus karena kemarahan yang sebegitu banyaknya.Di tempat lain, dalam kantornya yang sudah mulai sepi, Damian sedang memeriksa laporan pekerjaan ketika ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari Roni masuk:"Damian, kamu sudah lihat siaran langsung Sarah? Dia bicara buruk tentang Savanah. Harusnya kamu periksa."Damian mengernyitkan alis, lalu membuka aplikasinya dan langsung melihat potongan siaran langsung Sarah yang sudah viral.Pria itu terkejut lalu wajahnya berubah dingin seketika.Kata-kata Sarah memenuhi layar: “Savanah tidak pernah pantas untuk Damian. Bahkan, aku mendengar dia hanya menikahinya karena
"Ya, Savanah. Saya juga baru saja menyaksikan acara siaran langsung dan sangat terkejut, Sarah sudah berubah seperti itu dan memberikan fitnahan. Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Mila. Mereka sudah berteman sejak sekolah dan Mila tahu, semua yang diceritakan Sarah adalah tidak sesuai dengan kondisi.Savanah gadis polos serta murid baik yang penuh prestasi, bukan seorang yang sering melayani pria tua, seperti yang diberitakan oleh Sarah."Coba kirim rekaman siaran langsung tadi. Aku sedang menganalisanya," ucap Mila dengan tegas."Baik."Savanah segera mengetik di ponselnya untuk mengirimkan beberapa file.Mila mendengarkan rekaman siaran langsung yang telah Savanah kirimkan. “Dia bermain kotor, dan ini bisa kita jadikan kasus. Tapi aku butuh bukti kuat, lebih dari sekadar video ini. Kita harus menunjukkan motifnya dan dampaknya pada reputasimu.”“Baik,” jawab Savanah dengan tegas. &ldquo
Percakapan berubah menjadi adu argumen. Mereka menaikkan suara masing-masing, saling melontarkan tuduhan dan pembelaan. Damian merasa diserang, sementara Savanah merasa dikhianati.Di tengah pertengkaran itu, Savanah tiba-tiba tertawa. Damian menghentikan kalimatnya dan memandangnya dengan bingung. “Kenapa kau tertawa?”Savanah menunjuk foto itu di layar ponsel Damian. “Pria tua ini,” katanya dengan nada mengejek, “adalah Jason, ayahmu sendiri! Kami sedang membahas rencana perceraian kita! Aku bahkan tidak percaya kau tidak mengenali ayahmu sendiri.”"Perceraian?""Ayah?"Damian terdiam, wajahnya memucat. Ia memandang foto itu lagi, kali ini dengan perhatian lebih. Benar saja, pria di foto itu adalah ayahnya.Sosok yang ada di dalam foto itu memang hanya terlihat sisi punggung sang Ayah."Ini, Dad?" Damian mulai melepas leher Savanah lalu memegang layar ponselnya dan membuka layar lebih lebar
Damian memasuki kamar dengan langkah ragu. Ia menemukan Savanah sedang memasukkan pakaian ke dalam koper besar. Hatinya mencelos melihat pemandangan itu—Savanah benar-benar bersiap untuk pergi. Suasana kamar yang hangat semalam, kini berubah dingin dan penuh jarak.Damian baru menyadari bahwa dirinya selalu membeli pakaian dan tas mewah kepada Keisha sementara untuk Savanah, dia tidak pernah membelikan apa pun.“Savanah…” Damian memanggil dengan suara rendah, mencoba menarik perhatian istrinya.Savanah berhenti sejenak, tetapi tidak menoleh. “Kalau kamu memeriksa isi koperku, mungkin sekarang adalah waktu yang tepat, Damian, aku tidak akan mengambil barang yang bukan milikku,” ujarnya dengan nada lelah sambil melanjutkan menyusun pakaiannya.Damian mendekat, menahan dirinya untuk tidak menyentuh Savanah. “Aku tahu aku salah,” katanya pelan. “Aku
Savanah hanya diam dan merasa sedikit curiga dengan apa yang Damian utarakan. Sifat pria itu tiba-tiba berubah. Tiba-tiba dia seperti melihat bayangan Keisha seolah-olah lewat di mata bening Damian.Sesaat kemudian, Savanah tertawa kecil dan berkata dalam bathinnya, menyadari bahwa pria itu tidak pernah mencintainya.“Bagaimana aku tahu kamu serius kali ini, Damian? Kamu... bukankah kamu akan pergi mencari Keisha. Setelah aku pergi, kalian tidak perlu bersembunyi lagi dari publik."Damian menundukkan kepala. Menyadari bahwa dia memang tidak memiliki alasan untuk menyingkirkan Keisha dalam kehidupannya."Jangan libatkan Keisha di sini," kata Damian dengan nada tinggi."Maksudku, aku tidak punya jawaban lain selain tindakan. Aku akan mulai sekarang. Aku akan menemui Mila, menguatkan kasus kita terhadap Sarah. Aku akan melakukan apa saja untuk membuktikan bahwa kamu adalah korban di sini. Aku hanya minta satu hal dari
Keisha mengangguk, lalu memegang perutnya yang rata. “Aku tidak punya alasan untuk berbohong, Damian. Tapi aku juga tidak akan memaksamu. Jika kau tidak benar-benar menginginkan aku... atau anak ini, aku akan menyelesaikannya sendiri.”Keisha menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan lalu menangis kuat-kuat.“Keisha, jangan bicara seperti itu,” kata Damian cepat. “Itu bukan solusinya.” Damian segera meraih tubuh Keisha yang terisak ke dalam pelukannya.“Tapi aku tidak mau anak ini lahir tanpa seorang ayah,” rengeknya sambil mulai terisak.“Jika kau tidak mau bertanggung jawab, aku akan membuangnya. Aku tidak bisa melakukannya sendirian, Damian!” rengek Keisha dengan suara parau. Kedua pipinya sudah basah.Keisha terus menangis, dan Damian merasa terpojok. Ia tahu Keisha mungkin sedang memanfaatkannya aytau menjebaknya, tapi ia tidak bisa mengambil risiko. Jik
Bab 238Saat bulan-bulan berlalu, Damian dan Savanah semakin mantap menghadapi masa depan bersama. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan cinta dan komitmen yang telah mereka bangun, mereka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.Pada akhirnya, cinta mereka yang diuji oleh waktu dan rintangan akhirnya menemukan jalannya kembali. Mereka tidak hanya menjadi pasangan suami istri, tetapi juga menjadi keluarga yang utuh, siap menyambut anggota baru yang akan membawa kebahagiaan lebih besar dalam hidup mereka.Malam itu, mereka berdua tertidur dalam pelukan yang tenang tetapi penuh dengan emosi yang belum sepenuhnya terselesaikan.Damian merasa lebih yakin bahwa ia harus melindungi keluarga kecilnya, sementara Savanah berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi masa depan bersama pria yang ia cintai, meskipun penuh dengan tantangan dan keraguan.Dalam keheningan malam, hanya s
"Dia mengandung anakku, dia istriku dan tidak ada bagian darimu di sana! Kau paham?!" Damian mengatakan semua gundahan hatinya dengan suara keras dan tegas.Roni menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Damian, aku tidak ingin membuat masalah. Jika itu yang kau inginkan, aku akan menjauh. Tapi bukan karena aku takut padamu. Aku melakukannya karena aku peduli pada Savanah, dan aku ingin yang terbaik untuknya.”Cuih!Damian membuang salivanya ke samping dengan rasa jijik. "Akhirnya kau paham!""Ingat ucapanmu! Jangan pernah dekat dengannya lagi!"Roni mengangguk perlahan dengan perasaan terpuruk.“Bagus!" lanjut Damian. "Tapi ingat, jika aku melihatmu mendekati istriku lagi, kau tidak akan mendapatkan peringatan kedua.”Dengan itu, Damian berbalik dan meninggalkan gym, meninggalkan Roni dengan wajah penuh kekecewaan dan rasa sakit yang mendalam. Ke
Damian tidak terpengaruh. “Kau bebas mencoba, Keisha. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan keluargaku lagi.”Keisha meninggalkan lokasi pertemuan dengan wajah penuh amarah, tetapi Damian merasa lega. Untuk pertama kalinya, ia merasa telah mengambil kendali penuh atas hidupnya.***Setelah mengetahui kebenaran tentang malam di Salvastone, Damian masih merasakan amarah yang tertahan di dalam dirinya. Ia tidak hanya marah kepada Keisha yang mencoba memanipulasi kenyataan, tetapi juga kepada Roni, pria yang berani mendekati istrinya dan bahkan mengklaim hubungan yang tidak pernah ada.Damian memutuskan untuk menghadapi Roni secara langsung. Ia tahu di mana pria itu biasanya berada—gym kecil di pinggiran kota tempat Roni melatih tubuhnya.Dengan langkah cepat, Damian melajukan motornya ke sana, wajahnya mencerminkan ketegasan dan kemarahan yang ia rasakan.Ketika
Savanah tersenyum kecil, meskipun wajahnya masih memerah. “Ya, Damian. Kau tidak melepaskanku bahkan sesudah berulang kali kamu mendapatkan pelepasan, dan aku… aku tidak bisa mengatakan tidak. Aku tanpa sadar sudah mencintaimu, bahkan saat itu.”Damian menarik napas panjang, rasa bersalah yang selama ini menghantui dirinya perlahan menghilang, digantikan oleh kelegaan dan kebahagiaan yang tak terkira.“Aku bodoh,” katanya dengan suara rendah. “Aku membiarkan Keisha memanipulasiku dengan kebohongannya, sementara wanita yang aku cari selama ini adalah kamu, istriku sendiri.”Savanah menggeleng. “Semua sudah berlalu, Damian. Yang penting sekarang adalah kita tahu kebenarannya.”Damian kembali memeluk Savanah, membiarkan air mata kecil jatuh di pipinya. “Aku mencintaimu, Savanah. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita lagi. Kamu ad
Damian menyebut tanggalnya, dan Savanah membekap mulutnya sendiri. Hatinya berdebar keras."Damian… itu aku. Aku juga berada di sana malam itu. Aku… aku merasa semuanya begitu aneh, tapi aku ingat. Aku mengalami pelecehan. Lalu Roni mengaku bahwa dia yang melakukannya. Tanggal dan harinya sama! Itu aku.""Kau?""Keisha tidak hadir di malam itu, dia mengambil shift pagi!" pekik Savanah tak percaya.Damian menatapnya dengan penuh kebingungan. "Apa? Savanah, maksudmu…""Ya," potong Savanah dengan tegas. "Wanita itu adalah aku. Aku bahkan memiliki bukti. Petugas sekuriti yang berjaga malam itu melihat kita. Dia mencatat bahwa aku masuk ke ruang ganti untuk mengambil sesuatu. Selain itu, aku menemukan cincin di kantung kemeja kerjaku. Lalu Keisha merampasnya dan saat itu kamu datang lalu...""Astaga!" Savanah menutup bibirnya dengan tangan, dia baru mengerti bahwa Damian mengira Keisha adalah wanit
Savanah mencoba melawan, tetapi kekuatan Damian terlalu besar. Bibir pria itu sudah mencium lehernya dengan rakus, kembali lagi meninggalkan jejak merah yang tidak mungkin disembunyikan.Gigitannya yang intens terasa seperti tanda kepemilikan yang ingin ia tunjukkan kepada dunia. Tangannya memeras bagian depan Savanah dengan kuat sehingga Savanah merasa kesakitan.“Damian, berhenti!” Savanah memohon, suaranya gemetar. “Ini terlalu banyak. Cukup!”Namun, Damian tidak mendengarkan. Tubuhnya terus menekan tubuh Savanah, seolah-olah ia ingin memastikan bahwa wanita itu tidak pernah lupa siapa yang memiliki dirinya sepenuhnya."Damian, ini menyakitkanku!" teriak Savanah, berusaha melepaskan diri dari tangan Damian yang menyakiti beberapa bagian sensitif miliknya.Dengan cepat, Damian membuka kemeja tidurnya sehingga bagian depannya terekspos dengan indah dan Damian segera melahapnya denga
Tanpa tujuan yang jelas, Roni berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang sepi. Ia duduk di bangku kayu yang teduh di bawah pohon besar, menundukkan kepala sambil memandangi tanah.Seorang ibu dengan anak kecil lewat di depannya, suara tawa anak itu membuat hati Roni terasa semakin hancur. Ia membayangkan seperti apa rasanya jika ia yang berada di tempat Damian—memiliki Savanah dan seorang anak bersama, membangun keluarga kecil yang bahagia.Namun, bayangan itu hanya membuatnya semakin sadar bahwa semua itu adalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan."Itu bukan anakku juga, Roni... kamu hanya terlalu berharap," gumamnya sambil tertawa lepas.Roni meraih sebotol air yang ia bawa, meneguknya dengan cepat. Tangannya bergetar, dan tanpa sadar, ia memukul bangku kayu di sebelahnya dengan keras.“Bodoh,” gumamnya."Sungguh bodoh!"“Bodoh karena berpikir aku punya kesempatan.”Roni menunduk, kedua tangannya menutupi wajahnya. Air mata yang selama ini ia tahan mulai mengalir,
Roni mengepalkan tangannya, tetapi ia tetap diam, meskipun tubuhnya jelas menunjukkan ketegangan yang luar biasa.“Savanah masih sehebat dulu,” lanjut Damian dengan nada yang dibuat seolah-olah ia hanya sedang bercakap-cakap santai. “Kami bahkan mengulangnya beberapa kali sampai dia minta ampun. Tubuhnya semakin montok sekarang, mungkin karena dia sedang hamil anakku. Tapi kau tahu? Itu justru membuatnya semakin nikmat.”Roni terdiam dan mengetatkan rahangnya.Kata-kata Damian menghantam Roni seperti pukulan bertubi-tubi. Ia menatap Savanah dengan mata yang penuh luka, tetapi wanita itu hanya bisa menunduk, tidak mampu menghadapi tatapannya.“Kau tahu tentang kehamilannya?” tanya Roni akhirnya, suaranya rendah tetapi penuh dengan rasa kecewa.Damian tersenyum kecil. “Tentu saja. Anak ini milikku, dan aku akan memastikan bahwa dia tumbuh dengan kedua orang tuanya yang lengkap. Jadi, apa yang tersisa untukmu, Roni?”Roni terdiam. Pertanyaan itu menusuk hatinya lebih dalam daripada yang
Damian menatap tubuh Savanah dengan tatapan penuh kekaguman. “Kamu semakin padat, Savanah,” bisiknya dengan suara rendah yang menggoda. “Itu membuatku semakin ingin menempel terus padamu.”Savanah mencoba menghindar, tetapi Damian sudah mendekapnya erat, membuatnya tidak memiliki ruang untuk bergerak. Ia mencium leher Savanah perlahan, meninggalkan jejak kecil yang membuat wanita itu merasa tubuhnya memanas lagi.“Damian, sudahlah,” rengek Savanah dengan suara bergetar. “Kita sudah melakukannya berkali-kali. Aku lapar…”Namun, Damian tidak berhenti. Bibirnya terus menjelajahi tubuh Savanah, memberikan tanda-tanda percintaan yang ia tahu tidak akan mudah hilang. Setiap jejak yang ia tinggalkan terasa seperti pernyataan kepemilikan, seolah-olah ia ingin dunia tahu bahwa Savanah adalah miliknya, tidak ada yang lain.“Damian,” desah Savanah, mencoba menarik diri, tetapi tubuhnya sendiri mulai menyerah pada kehangatan yang diberikan pria itu.“Aku hanya ingin memastikan,” bisik Damian samb