"Ibu... Ibu!" Savanah mengguncang pelan tubuh sang ibu, tapi ibunya tidak merespons. Rasa takut mendesak di dadanya. Ia tidak bisa lagi menunggu; kondisi ibunya benar-benar memburuk. Tangannya gemetar saat ia mencoba membangunkan sang ibu lagi, namun kali ini lebih kuat."Bu, bangun! Tolong bangun!" panggilnya dengan suara bergetar. Namun tetap tidak ada respon.Savanah segera mengambil ponselnya dan menghubungi nomor darurat. Tangannya gemetar saat ia menjelaskan keadaan ibunya kepada operator, berusaha menahan tangis yang mulai membuncah. Ia merasa tak berdaya melihat ibunya dalam keadaan seperti ini. Semua terasa seperti mimpi buruk yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.Beberapa menit kemudian, terdengar suara sirine ambulans mendekat. Savanah membuka pintu kamar kostnya, matanya basah oleh air mata yang t
Savanah terkejut mendengar suara dari seberang yang terdengar dingin dan menuduh. Dengan tergesa-gesa, ia menurunkan ponselnya, membuka aplikasi bank, dan mulai mencari bukti transfer yang pernah ia lakukan. Setelah beberapa saat, ia menemukannya. Dengan napas yang sedikit lega, Savanah segera mengirimkan bukti transfer tersebut melalui pesan singkat.Tak lama kemudian, pihak pinjol menghubungi kembali dan suara dari seberang kembali terdengar, kali ini lebih tajam, “Itu transfer ke rekening pribadi yang tidak kami kenal. Sepertinya ini hanya akal-akalan Anda saja. Kami akan melanjutkan proses penagihan.”Savanah tertegun. Jantungnya berdegup kencang. "Apa maksud kalian? Itu bukti transfer yang sah!" serunya, merasa panik. Namun, suara dari seberang terdengar tak terpengaruh."Kami akan memberi And
Savanah berdiri sejenak, merasa seolah hidupnya sedang bergerak di antara dua realitas—satu di mana ia harus menghadapi masalah besar yang terus-menerus, dan satu lagi di mana satu kartu bisa menyelesaikan semuanya dalam sekejap.Bagaimana bila dia menjadi Nyonya Muda di keluarga Taipan Kaya itu? Maka uang dan biaya pengobatan sang ibu tidak akan menjadi masalah besar lagi dan dia tidak perlu menghadapi pekerjaan membersihkan kamar mandi bar yang penuh dengan muntahan dari pengunjung yang mabuk setiap hari.Namun, apa yang harus dia hadapi bila Damian mengetahui bahwa dirinya tidak suci lagi? Apakah ini yang dimaksud oleh Damian mengenai menjaga batas?Tidak hentinya Savanah berperang dengan bathinnya sendiri sampai sang ibu terbangun dan memanggilnya beberapa kali.
Ada pesan singkat dari pelayan butik yang masuk ke ponsel Damian dan memberitahukan bahwa Savanah baru saja terjatuh.Jantung Damian berdetak cepat. Tanpa berpikir panjang, Damian meraih helm yang tergantung di samping meja dan bergegas menuju sepeda motornya yang terparkir di luar. Kantornya tidak jauh dari butik tersebut, jadi dia bisa sampai ke sana dengan cepat.Hanya lima menit dan pria itu sudah berada di hadapan Savanah yang terpaku melihat pria tinggi dengan jaket kulit sedang berdiri di hadapannya."Kamu ceroboh!" ucapnya dengan ketus lalu berjongkok di depan Savanah. Dengan tegas, Damian mengambil alih tindakan medis dengan memberikan obat urut ke mata kaki Savanah yang terlihat memerah dan siku tangannya yang lecet.Savanah merasa heran dengan keberadaan
Sementara Damian menatap Savanah di balik helmet yang susah dibuka oleh wanita itu seperti semalam."Kemari," ucapnya lalu membantu Savanah melepaskan helmetnya."Terima kasih." Savanah tidak berani berkata banyak, wanita itu hanya membungkukkan tubuhnya lalu memutar tubuh dan hendak masuk ke dalam bar. Sementara Damian mencari tempat untuk parkir motornya, dia hendak mencari Keisha.Tak lama kemudian, kata-kata dari pelayan yang bergosip sampai ke telinga Keisha yang sedang duduk di sudut bar bersama beberapa kolega.Wajahnya seketika memerah karena marah saat mendengar kabar bahwa Savanah datang dengan Damian. Ia merasa dipermalukan di depan banyak orang, dan tatapan mereka yang penuh penasaran semakin membuatnya panas hati.
Damian mendengus dan menyodorkan helmet kepada Keisha, "alasan saya tidak pernah memiliki kekasih adalah karena sifat wanita yang sangat ingin mendominasi dengan tuntutan membingungkan.""Karena saya sudah terlibat denganmu, maka saya katakan akan bertanggungjawab. Namun, bukan berarti saya akan berada di bawah kendalimu," lanjut Damian dengan wajah datar.Kata-kata itu terasa tajam, dan Keisha kehilangan kata-kata balasan yang setimpal. Dengan patuh, ia menerima helmet dari tangan Damian, lalu duduk di belakangnya di atas motor.Suasana canggung menyelimuti mereka, dan tak satu pun dari keduanya berbicara lebih jauh."Saya akan mengantarmu pulang," Damian berkata datar, memasang helmnya. "Dan saya berharap kejadian ini tidak terulang lagi."Keheningan menyertai perjalanan mereka, hanya suara deru mesin motor yang terdengar di antara mereka. Keisha duduk dengan tenang di belakang Damian, memegang erat bagian belakang kursi motor, tapi pikirannya be
"Bella, aku mempunyai pekerjaan untukmu," ucap Keisha dengan suara datar kepada rekan kerjanya di bar Salvastone."Kamu tahu Savanah, dia sudah membuat beberapa hal yang menyinggungku dengan gosip yang beredar tadi."Bella tersenyum dengan wajah culas yang sama, "tentu saja, sahabat baik sedang mengalami masalah, kita pasti akan memberikan sedikit bantuan. Jangan lupa untuk memberikan bingkisan untukku saat kamu berhasil naik ke ranjang pria top spending itu.""Tentu saja, jangan khawatir, Sayang!"Keisha menutup panggilannya dengan senyum penuh kemenangan. "Aku mau lihat, apakah wanita yang rusak masih bisa mendapatkan ruang untuk mencari perhatian Damian."Dengan senyum culas yang terpampang di wajahnya yang cantik, Bella mulai merencanakan langkah berikutnya. Wanita itu sudah lama menjadi salah satu penghibur di bar itu dan memahami sifat pelanggan adalah keahliannya.Ia berdiri di pojok bar, memperhatikan suasana sekitarnya dengan penuh
Savanah merasa ada yang aneh, tapi dia tetap melangkah maju dengan membawa nampan minuman dengan menjaga keseimbangan supaya botol-botol itu tidak terjatuh dan menambah masalah baru baginya.Kecantikan ditambah dengan kepolosan yang dimiliki Savanah, tentu saja membuat mereka percaya bahwa dia adalah penghibur yang melakukan peran menjadi pelayan dalam acara spesial yang disampaikan Bella tadi."Tuan-tuan, ini pesanan minuman kalian," katanya dengan sopan sambil meletakkan gelas-gelas berkaki di atas meja.Namun, salah satu tamu VIP, pria yang sebelumnya paling antusias dengan "penghibur berpakaian pelayan," menyengir sambil menggerakkan tangannya, memberi isyarat agar Savanah mendekat. "Ayo, jangan malu-malu, kau bisa lebih dekat, tuangkan segelas untukku," katanya dengan nada licik.Savanah merasa tidak nyaman, tapi tetap mendekat untuk menyelesaikan tugasnya. Pelanggan itu menyesapnya secara perlahan seolah-olah menikmati sajian yang disajikan dan mema
Savanah tidak tahu harus menjawab apa. Ingin sekali dia yang menanyakan hal yang sama kepada Damian, tetapi dia sama sekali tidak berani.Dia juga tidak berani menerima hubungan lebih lanjut dengan Damian karena dia sudah merencanakan semuanya.Dia tidak ingin gagal!Dia tidak mau, sebuah pertanyaan tanpa arah dari Damian itu membuat dia berubah pikiran dan kembali terjebak dalam pernikahan palsu yang bahkan mertuanya, Jason, sudah melepaskannya.Malam bergairah? Itu hanya kebutuhan sesaat karena mereka sama-sama sudah dewasa. Savanah menegaskan perkataan itu berulang kali dalam hatinya.“Terima kasih,” bisik Damian. “Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa kamu.”Kata-kata itu membuat dada Savanah terasa berat. Ironis sekali, pikirnya. 'Dia mungkin berpikir aku adalah tempat berlabuh, tapi aku hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi.' Savana
Savanah terkejut, tapi ia menahan diri untuk tidak bersuara lebih lanjut dengan menutup mulutnya sendiri. Pelukan Damian terasa kuat, seperti ada magnet yang membuatnya tak bisa melepaskan diri.“Jangan pergi,” gumam Damian dalam tidurnya. Suaranya berat tapi lembut, seperti seseorang yang berbicara dari dalam mimpi. Savanah bisa merasakan napas hangat pria itu di lehernya, membuat tubuhnya kaku.Savanah ingin menanyakan siapa yang dimaksud Damian, apakah Keisha, atau Sarah? Atau wanita lain? Damian selalu berganti pasangan, jadi Savanah tidak bisa menebak siapa yang sedang berada dalam mimpi pria itu saat ini.“Damian,” bisiknya, mencoba membangunkan pria itu dengan pelan. Namun Damian hanya merapatkan pelukannya, membuat Savanah semakin sulit untuk bergerak.Hati Savanah mulai berpacu kencang karena sepertinya pria itu tidak benar-benar sedang bermimpi."Damian,
Damian menghirup aroma rambut Savanah, aroma lembut dan segar yang terasa menenangkan. Ia memejamkan matanya, membiarkan semua beban hari itu memudar. Pelukan itu tidak berisi gairah, melainkan sebuah permintaan diam-diam untuk kedamaian.“Aku hanya ingin seperti ini sebentar,” bisik Damian, suaranya serak.Savanah tetap diam, membiarkan Damian memeluknya lebih erat. Ia merasakan dada pria itu naik turun dengan napas yang berat, dan hatinya tergerak sedikit. Namun, tidak boleh ada simpati, pikirnya. Ia tidak boleh melupakan rencana yang sudah ia susun sejak awal.Savanah menatap sekilas wajah Damian yang tertunduk di bahunya. Betapa lemahnya pria ini, pikirnya. Damian mungkin kuat di mata orang lain, tapi di balik itu, ia adalah seseorang yang tersesat dalam kekacauan hidupnya sendiri. Malam ini, Damian hanya mencari ketenangan—dan sayangnya, ia menemukannya di tempat yang salah.Ti
“Di ruang baca, Tuan Damian,” jawab pelayan itu. Damian mengangguk dan berjalan pelan ke arah yang ditunjukkan.Savanah duduk di sofa ruang baca dan memegang sebuah buku, malam itu dia mengenakan piyama satin berwarna krem dengan rambut yang dibiarkan tergerai, terlihat sangat menawan di mata Damian.Ia menatap Damian yang masuk tanpa berkata-kata, hanya mengangkat alisnya seolah bertanya mengapa pria itu datang."Mengapa kamu belum tidur, apakah sedang menungguku?" Damian sengaja menganggu Savanah dengan pertanyaan tersebut.Savanah tersenyum kecil lalu menjawab dengan enteng, "Kamu tidak biasanya pulang malam-malam begini, hmm, lebih tepatnya dini hari seperti ini, jadi bagaimana kamu mengatakan bahwa aku sedang menunggumu?” balasnya dengan santai sembari meletakkan buku yang tadi ia baca.Damian tidak menjawab langsung. Ia duduk di sofa di hadapan Savanah, menghela napas p
“Keisha, aku tidak akan meninggalkanmu. Tapi aku tidak bisa mengabaikan Sarah. Dia membutuhkan bantuan, dan aku merasa itu adalah tanggung jawabku," lanjut Damian.Keisha mengangguk kecil, menahan air matanya. “Aku tidak pernah melarangmu membantu. Tapi aku tidak ingin rasa bersalah itu menghancurkan hubungan kita.”"Aku cemburu, Damian." Kedua mata Keisha berkaca-kaca.Sarah hanya bisa memandang Damian dengan tatapan terluka. “Ternyata... Kamu tidak akan pernah benar-benar memahamiku, Damian,” katanya lirih. “Dan kamu tidak pernah benar-benar peduli.”Keisha merasa kesal mendengar perkataan Sarah. Dia lalu menggenggam tangan Damian erat-erat. “Ayo pulang. Sarah butuh dokter, bukan kamu.”Keisha menoleh ke arah Sarah dengan tatapan tajam lalu melanjutkan kalimatnya, "bila perlu, dokter penyakit mental!"Da
Damian tidak sanggup memberi penjelasan dan hanya bisa menepis tangan Sarah yang masih memeluknya dengan lembut."Lepaskan sebentar, aku akan menceritakannya kepadamu nanti," ucap Damian dengan lembut."Damian," panggil Sarah, masih merasa tidak tega dan berusaha merenggek dengan manja.Keisha memperhatikan adegan itu dengan perasaan bercampur aduk. Emosinya sudah naik sampai ke keningnya. Tentu saja dia cemburu!Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.Damian berdiri, tapi Sarah masih mencengkeram lengannya. Sarah segera menoleh ke arah Keisha dan bertanya, "Keisha? Siapa kamu bagi Damian? Jangan kamu merebutnya dariku lagi.Damian segera melepaskan tangan Sarah lalu memegang lengan Keisha, "Ini... ini bukan seperti yang kamu pikirkan," katanya buru-buru.Keisha menyilangkan tangan di dadanya, ekspresinya penuh kecurigaan. “Bukan seper
“Dari mana kamu mendapatkan ini?” tanya Keisha tajam, berusaha menutupi emosinya.Savanah mengangkat bahu. “Seorang teman yang bekerja di rumah sakit mengirimkannya padaku. Katanya, Damian berlari ke sana seperti pahlawan di film, mencoba menyelamatkan Sarah yang ingin melompat dari gedung. Oh, sangat dramatis, bukan?”"Aah, sepertinya saya harus memberitahumu bahwa kamu juga bisa melihatnya di internet. Hari ini cukup viral si Damian dan Sarah," lanjut Savanah lalu terkekeh pelan. Dia merasa sangat menikmati reaksi Keisha yang terkejut secara terus menerus.Keisha mengalihkan pandangannya dari layar, tapi gambar itu sudah terukir di pikirannya. Hatinya berkecamuk, antara percaya pada Damian atau membiarkan keraguan merasuki pikirannya. Ia bisa menyimpulkan bahwa Sarah menyukai Damian, bahkan mungkin lebih dari sekadar menyukai. Tapi Damian... apakah ia benar-benar akan mengkhianati cinta mereka?
"Nak, Damian. Tolonglah, jaga putri kami satu-satunya. Kalau pun kamu tidak mencintainya, tetaplah di sisinya sementara waktu. Bila kamu pergi, aku takut... dia akan berulah lagi seperti itu lagi dan anakku... hiks, sungguh malang nasibmu karena mencintai pria yang hanya memandang ke arah sepupuku."Damian hanya bisa mengangguk dan menatap Sarah yang sedang tidur dengan wajah datar. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan selain membiarkan semua suasana menjadi tenang kembali.Sementara di kantor Damian. Keisha duduk gelisah di sofa, menunggu kedatangan Damian dengan ponsel di tangan. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi Damian, tapi pria itu tidak menjawab. Ini bukan kebiasaan Damian. Biasanya, ia akan selalu mengabari atau bahkan datang menjemputnya pulang kerja, meski hujan sekalipun. Tapi malam ini, tidak ada pesan, tidak ada panggilan, hanya kesunyian yang membuat hati Keisha semakin kalut."Apaka
Beberapa orang yang menyaksikan ikut merasakan apa penderitaan Sarah dan menilai Damian hanya memandangnya rendahan lalu melukai wanita itu dengan pemberian uang yang cukup banyak.Damian menggeleng perlahan. “Sarah, aku tidak bisa memperbaiki semuanya dengan cara itu. Aku tahu aku telah salah. Aku tahu kecelakaan itu mengubah hidupmu, dan aku menyesal. Tapi aku tidak bisa memaksakan cinta.”"Kamu benar-benar mencintai sepupuku? Bahkan dengan masa lalunya yang buruk itu? Apa kurangnya diriku, Damian?""K-kamu, salah paham, aku..." Damian tidak sanggup meneruskan kata-katanya, dia melirik beberapa ponsel yang mengarah kepadanya. Jika dia menyebutkan nama Keisha saat ini, maka wanita yang tidak punya hubungan apa-apa itu akan kembali terlibat.“Kalau begitu, apa gunanya aku hidup?” tanya Sarah, matanya berkaca-kaca.“Aku bahkan tidak bisa berjalan seperti dulu. Aku