Teriakan Arsyila pecah kala emosinya tak mampu lagi ditahan. Tatapan permusuhan Arsyila tunjukan secara terang-terangan. Rasa panas yang membakar tak hanya terasa di dadanya tapi mulai merambati wajahnya. Membuatnya kulit wajahnya berubah merah padam bahkan hingga ujung telinganya. Anes hanya diam memasang wajah yang kebingungan. Sedangkan Reyga tampak menghela napasnya kasar sambil mengusap wajahnya yang berubah kusut seketika.“Aku tak mengerti apa yang telah kamu pikirkan.” Dengan wajah yang terlihat lelah Reyga mengacak-acak rambutnya. “Sepertinya kamu salah paham,” lanjutnya melanjutkan langkahnya untuk mendekati Arsyila.“Apa maksudnya salah paham?” Arsyila menatap Reyga dengan sengit. Tak ada sedikitpun keramahan yang tersisa di wajahnya. Sebelumnya Arsyila membayangkan reaksi Reyga yang akan berteriak marah atau bahkan bisa saja memukulnya. Itu biasanya terjadi saat seseorang telah terungkap kejahatannya kan? Karena itu Arsyila memasang posisi waspada saat Reyga mendekat. Tapi
Arsyila masuk ke dalam pintu ukiran bunga seusai sarapan. Setelah pertemuan dengan nyonya Sisilia kemarin, Arsyila jadi ingin lebih sering menemui ibu mertuanya. Berbeda dari sebelumnya, sekarang Arsyila bisa keluar masuk dengan mudah. Tak ada lagi pintu terlarang. Itu karena Reyga sudah mengijinkannya. Tidak, lebih tepatnya pria itu sendiri yang memohon pada Arsyila agar mau merawat ibunya, memperlakukannya seperti layaknya ibu kandung. Reyga tak memaksanya. Pria itu hanya mengharapkan sedikit perhatian Arsyila untuk ibunya. Meski itu hanya sekedar melihatnya sesekali, pria itu sudah sangat berterimakasih.Mengingat bagaimana Reyga memohon padanya kemarin membuat Arsyila semakin yakin pada kebaikan pria itu. Wajah Arsyila menghangat kala mengingat pikiran bodohnya, ia sempat bepikir dirinya sedikit istimewa di mata Reyga. Jelas sekali, itu sangat konyol. Segera setelah kesadarannya kembali, Arsyila merasa malu. Arsyila tau tak ada arti lain dari perkataan Reyga.S
“Ada sisa coklat yang menempel di pipimu.”Reyga tertawa saat melepaskan telapak tangannya dari wajah Arsyila. Pria itu menunjukkan coklat yang menempel di ibu jarinya. Mata Arsyila seketika melotot tak percaya. Dengan panik Arsyila menjatuhkan kepalanya di sofa dan menggosok bibirnya. Melihat reaksinya yang lucu, Reyga semakin tertawa keras.“Maaf, apa aku mengejutkanmu?”“Tentu saja!” seru Arsyila cepat-cepat bangkit dan menggeser tubuhnya ke ujung sofa. Arsyila melirik ke arah Reyga sambil menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat dengan menarik turun rambutnya. Satu fakta lagi yang ditemukan Arsyila tentang Reyga. Selain baik dan tampan, dia adalah pria yang berbahaya. “Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman.” Kali ini Reyga sudah benar-benar berhenti tertawa. Raut bersalah mulai terlihat di wajahnya. Jika Arsyila mendiamkannya, pasti itu akan membuat suasana mereka jadi tidak nyaman. Jadi meskipun masi
Arsyila bangun dengan wajah yang lelah. Setelah permbicaraannya dengan Reyga semalam, otaknya terus berputar keras. Dia tidak mengantuk meski sudah memejamkan matanya. Semua ingatan menyakitkan tentang kematian Syakila terus bermunculan seperti kaset rusak dalam kepalanya. Arsyila merasa kepalanya mungkin akan pecah. Dia kesulitan tidur, dan sekalinya dia tertidur, mimpi yang mengerikan menyambutnya.Arsyila menghela napasnya keras-keras. Entah berapa kali gadis itu melakukannya. Pagi-pagi buta Arsyila sudah berada di kamar nyonya Sisilia dan membersihkan tubuh ibu mertuanya. Meskipun tidak sepenuhnya, Arsyila merasa bebannya sedikit berkurang saat dia melihat wajah nyonya Sisilia. Itu sedikit aneh, tapi Arsyila menemukan ketenangan di sana.“Ibu, aku tau Reyga adalah pria yang baik. Tapi, sepertinya aku telah membuat kesalahan. Apa dia akan marah padaku?” tanya Arsyila setengah bergumam. Arsyila menggenggam tangan nyonya Sisilia lembut. Kepalanya di taruh di atas
“Nyonya, apa Anda membutuhkan bantuan?”Anes yang berdiri di depan pintu kamar Arsyila yang terbuka dengan cemas memperhatikan Arsyila yang terlihat sibuk dengan kopernya. Setelah berdiskusi bersama Reyga tentang pendidikannya, Arsyila segera mendaftarkan dirinya ke universitas Teroa. Arsyila berpikir ia akan melalui proses yang melelahkan dimana dia harus bolak-balik ke Belgum untuk mendaftar, tapi ternyata tidak. Arsyila hanya perlu mengisi form dan melengkapi data, selebihnya Reyga yang mengurusnya. Sudah dua minggu sejak dia mendaftar, sekarang dirinya telah resmi menjadi mahasiswa baru universitas Teroa. Lalu besok Arsyila akan pergi ke Belgum dan pindah ke asrama barunya.“Tidak apa-apa. Ini sudah hampir selesai. Apa Bibi Esti bersama Ibu sekarang?” “Tidak perlu khawatir, Nyonya. Karena Bibi Esti sudah kembali, Nyonya Sisilia pasti akan baik-baik saja.”“Syukurlah.”Arsyila tersenyum cerah. Perasaannya lebih lega saat Bibi Esti, asisten rumah tangga yang sebelumnya cuti sudah k
Selama ini Arsyila tidak pernah pergi jauh dari rumahnya. Arsyila juga tidak pernah tau bagaimana bentuk tempat yang disebut asrama sebelumnya. Dia hanya pernah dengar dari salah satu temannya yang kakaknya tinggal di asrama Leanor di universitas Lean di Oswald. Temannya bercerita jika tinggal di asrama kakaknya sangat menyenangkan. Mereka menggunakan ranjang susun yang berjajar, diberi makan tiga kali sehari dengan menu yang berbeda, dan disediakan air hangat untuk mandi. Arsyila berpikir pasti itu tak akan jauh berbeda dengan asramanya kali ini. Tapi kenyataannya cukup membuat Arsyila merasa sedikit kecewa.Dari luar asramanya terlihat seperti bangunan tua yang reyot. Itu terlihat suram. Tapi mungkin itu hanya bagian luarnya saja. Arsyila berusaha berpikir positif bahwa bagian dalam akan lebih baik dari bagian luarnya. Kemudian, setelah Arsyila melangkahkan kakinya ke dalam, ternyata bagian dalamnya lebih buruk! Arsyila bisa lihat banyak jaring laba-laba di tiap sudut lan
Keesokan pagi Arsyila bangun dengan wajah yang pucat. Semalam Arsyila bermimpi buruk dimana dia jatuh tertimpa pantat kuda nil. Badannya terasa remuk dan napasnya jadi sesak. Rasa sakit itu terasa begitu nyata. Sepertinya para hantu penunggu asrama itu tidak menyukai kedatangan Arsyila hingga mengganggunya melalui mimpi. Namun begitu Arsyila membuka mata, yang dia temukan adalah sepasang kaki raksasa yang bertengger manis diatas perutnya dan suara dengkuran keras yang keluar dari mulut Olla. Baru Arsyila merasa bersalah telah menuduh para hantu, nyatanya tersangka utamanya ada di depan matanya. Olla, dia memiliki kebiasaan tidur yang sangat buruk. Semalam mereka berpesta seperti yang dijanjikan Olla sebelumnya. Olla mengeluarkan berbagai snack dari karung besar dan juga beberapa soda dengan varian rasa yang berbeda. Mereka makan sampai kenyang sambil mengobrol panjang, hingga akhirnya tertidur pulas tanpa membersihkan sisa pesta mereka. Arsyila tak ingat siapa yang tertidu
“Apa hobimu menyusahkan orang? Aku tak menyangka adik Syakila adalah gadis seceroboh ini. Apa yang kau pikirkan saat menarik pakaian pria itu, huh?!”Arsyila diam-diam menyedot ingusnya sambil memandangi jari-jari kakinya. Tak berani mendongak, apalagi menatap mata Zhou yang kali ini tengah memelototinya.“Jawab!” Arsyila tersentak, wajahnya semakin seputih kertas. Seram. Zhou benar-benar seram saat marah. Arsyila berubah pikiran tentang Zhou yang terlihat sedikit tampan.“I-itu … ku-kupikir itu kau,” jawab Arsyila terbata masih belum berani mengangkat kepalanya. Helaan napas kasar terdengar. Zhou terlihat begitu jengkel dengan gadis yang ada di depannya. Pria itu masih ingin memarahinya, tapi rasa kemanusiaannya melarangnya. Mungkin gadis yang sepucat mayat itu akan pingsan jika Zhou sekali lagi membentaknya.Saat ini mereka berada di teras toserba. Zhou membelikan Arsyila sebotol air mineral dan sepotong roti daging yang kini sudah berada di t