Dari gelagat dan cara menatap Alex ke arahku, dia sengaja ingin membuatku marah atau cemburu. Aku tahu, Alex ingin membatalkan pernikahan ini.
Baru pulang dari luar negeri, tahu-tahu disodorkan wanita cantik untuk dijadikan istri. Dia pasti bingung dan marah setengah mati. Karena bagi papa mertua, pendapatnya tidak berarti.Mungkin dia sengaja agar aku tidak betah dan meninggalkannya. Jadi, dia tidak perlu disalahkan orang tuanya.Dasar licik! Aku pun mau bercerai denganmu. Tapi, bukan begini caranya. Kau hanya akan mempermalukan nama baik keluarga besarmu.Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat pria maskulin itu bertingkah kekanak-kanakan. Lagaknya seperti orang pintar, tapi melakukan hal-hal klise yang mudah ditebak untuk mendapatkan keinginan.Baiklah, kalau itu caramu. Aku bisa melakukan sesuatu yang sama. Lihat saja, siapa yang akan pergi lebih dulu, kau atau aku?Rendy, teman Alex, baru saja kembali dari kamar mandi dan duduk di sampingku. Dia tersenyum sekilas padaku lalu memainkan ponsel. Aku sengaja mengambil minuman beralkohol dengan gerakan kentara dan suara berisik agar dia bisa melihatnya."Nyonya Arion, kau bisa minum?" tanya Rendy.Aduh, aneh sekali mendengar orang menyebutku Arion. Katminah Arion, rasa-rasanya ada yang janggal dan tidak nyaman didengar."Iya, aku haus sekali." Aku meneguk satu gelas penuh minuman bening berbau menyengat itu sampai habis."Aku panggilkan suamimu, ya?" Rendy menatapku dengan cemas."Tidak usah, Mas Rendy. Biarkan dia bersenang-senang. Lagi pula, hari ini hari yang berbahagia."Rendy menatap kasihan padaku. Aku balik memamerkan mata sendu."Oh ...." Aku berpura-pura pusing dan terjatuh di dada bidang Rendy.Bertingkah layaknya orang mabuk yang baru pertama kali mencicipi alkohol tidak begitu sulit. Padahal, jika aku mau, satu krat minuman beralkohol pun tidak akan membuatku mabuk."Aduh, aku panggilkan Alex dulu."Rendy mendorongku pelan. Namun, aku tidak membiarkannya. Aku justru mencengkeram kemeja belakang Rendy."Jangan pergi, aku pusing sekali. Kenapa tiba-tiba jadi begini, ya?" Aku bicara dengan suara lirih dan sedikit manja.Wajah Rendy merona. Dia mengusap lenganku sambil berkata, "Kau mabuk, Nyonya Arion. Apa ini pertama kali kau minum alkohol?""He em, Mas. Aku tidak tahu kalau minuman tadi ada alkoholnya. Pantas ... rasanya pahit, tapi menggigit." Nada suaraku semakin menggoda.Rendy duduk tidak tenang dan sesekali melirik ke arah Alex yang masih bercengkrama dengan para wanita di sisinya. Aku bisa melihat jakun Rendy naik turun.Jangan heran kenapa Rendy bisa langsung belingsatan karena tingkahku. Siapa yang tidak akan tergoda oleh kecantikan dan kemolekan tubuhku? Jika aku bicara manis sedikit saja, selesai sudah! Bisa-bisa, para pria di sini pingsan karena pesonaku."Nyonya, mau mencari udara supaya mabuknya hilang?""Memang bisa, Mas? Aku mau, tapi aku tidak mau kalau dipanggil nyonya terus.""Lalu aku harus memanggilmu apa?" Rendy berbisik di telingaku. Matanya berbinar-binar. Sepertinya, dia sudah tidak peduli aku istri temannya."Kat," jawabku lambat dan lirih."Uh, baik, Kat. Ayo, ke atap."Rendy memapahku sangat waspada agar tidak menarik perhatian orang-orang, terutama Alex. Dari gerakan-gerakan kecilnya, dia tampak cemas sekaligus antusias.Sementara aku sendiri berusaha menarik perhatian Alex. "Ah ... pelan-pelan jalannya, Mas!" Aku mendesah sedikit keras sambil sengaja menginjak gaun panjangku.Karena musik terlalu keras, tentu saja, Alex tidak mendengar suaraku. Kali ini, aku sengaja terlepas dari bimbingan tangan Rendy dan menubrukkan diri ke salah satu meja."Astaga, Kat. Hati-hati, jangan lepaskan tanganku.""Maaf, Mas. Aku ... tidak kuat." Kubuat cara bicara dramatis.Aku terduduk di bawah meja. Beberapa pria yang aku duga sebagai bawahan Alex, buru-buru membantuku berdiri. Namun, mereka kalah sigap dari Rendy."Pegang yang erat, ya, Sayang." Rendy melingkarkan tanganku ke pinggangnya. "Uh, maksudku, Kat. Maafkan aku."Kami pun berjalan pelan menaiki anak tangga. Sejak musik tidak lagi terdengar, aku semakin sadar jika Rendy mungkin sedang berfantasi liar ingin melakukan sesuatu denganku.Napas pria itu terengah-engah. Dadanya naik turun dengan cepat. Matanya menatap sayu ke arahku.Meskipun dia juga cukup tampan bagi para wanita, tapi tidak denganku. Aku sama sekali tidak tertarik padanya."Terima kasih, Mas Rendy baik sekali padaku.""Apa sih yang dilakukan Alex? Meninggalkan istri secantik ini sendirian! Sudah menikah, tapi kelakuan masih tidak benar," cerca Rendy."Awww!" Kakiku menyandung gaun menyebalkan yang sudah tidak terlihat cantik ini."Aku bantu, ya."Rendy cekatan menarik gaunku sedikit ke atas supaya aku leluasa menapak anak tangga. Ketika melakukannya, dia sengaja menyenggol betisku.Aku ingin menendang kepalanya sekarang juga. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu. Aku masih membutuhkan Rendy untuk memancing amarah suamiku.Pria-pria tadi yang mau menolongku pasti sudah mengadukan apa yang mereka lihat pada Alex. Aku pun diam-diam menghitung mundur seberapa cepat reaksi Alex. Atau mungkin dia malah tidak peduli istrinya dibawa pergi oleh temannya sendiri?Sampai di lantai atap gedung, banyak pasangan bermesraan. Tidak jarang terdengar suara lenguhan lirih dan decapan basah, entah apa yang mereka makan di tempat remang-remang. Aku berusaha tidak melihat ke arah mereka meskipun sedikit penasaran."Dingin, ya, di sini.""Sini, Kat, duduk lebih dekat." Rendy menarik tanganku. Kami duduk berimpitan sambil menikmati pemandangan hiruk-pikuk kota di bawah sana."Benar katamu, Mas. Aku jauh lebih baik setelah kena angin malam.""Iya, kan! Pemandangannya juga bagus di sini."Ya, karena tempat ini mungkin sudah biasa digunakan untuk pasangan memadu kasih. Tempat yang bagus bagimu untuk melancarkan aksi nakalmu."Mas Rendy sudah berteman lama dengan Alexander Arion?""Hahaha. Kenapa nyebut namanya panjang sekali, Kat?""Habisnya, hari ini pertama kali aku bertemu dengan Alexander. Tahu namanya pun baru tadi.""Sungguh?" Kelopak mata Rendy terbuka lebar. "Pasti kau tidak nyaman sekali dengannya.""Betul, Mas. Justru aku lebih banyak bicara dengan Mas Rendy daripada dia sejak menginjakkan kaki di kota."Rendy tersipu. "Kat ..."Sebelum Rendy selesai bicara, pintu terbuka dengan kencang sampai membentur dinding. Kami berdua serempak menoleh ke belakang.Alex menatap kami dengan sorot mata membara. Napasnya tidak beraturan. Artinya, dia berlari sampai di tempat ini. Aku menahan tawa susah payah."Mau kau apakan istriku?!" bentak Alex kepada Rendy.Aku pikir Rendy akan takut. Mengingat keluarga Alex lebih terpandang dari Rendy yang sama sekali tidak aku tahu asal-usulnya. Tetapi, aku salah, Rendy justru balik membentak."Aku bantu istrimu cari angin karena mabuk. Kau juga, tahu bawa istri, tapi masih berani main serong di depannya!""Itu bukan urusanmu!"Para pasangan yang dimabuk cinta sontak berhenti melakukan aktivitas panas mereka. Perhatian mereka sekarang terpusat pada kami bertiga.Jika ini terjadi pada orang lain, mungkin dia akan malu berada di posisiku. Perempuan dengan gaun pengantin sedang duduk berduaan dengan pria yang bukan suaminya di tempat mesum. Dan sang suami tiba-tiba datang memergoki.Sayangnya, aku tidak malu sama sekali. Aku tidak pernah peduli dengan ucapan orang-orang yang tidak aku kenal.Perseteruan Alex dan Rendy pun semakin memanas. Apabila sedang berada di tempat kerja rahasia, aku pasti sudah bertaruh pada siapa yang kira-kira jadi pemenangnya.Jika dilihat dari cara Alex mencengkeram kerah kemeja Rendy, otot lengannya cukup kuat dan keras. Meskipun tidak begitu besar seperti binaragawan, tapi justru lebih nyaman dipandang.Di sisi lain, Rendy pun tidak kalah. Dorongan tangannya lumayan kuat sehingga Alex yang sedikit mabuk terhuyung ke belakang.Teman-teman mereka yang lain mulai berdatangan dan menghentikan pertengkaran. Aku setidaknya harus melakukan sesuatu. Akan aneh jadinya jika aku hanya berdiri sambil berharap mereka mulai bertarung dengan sungguh-sungguh. Padahal, sedang seru-serunya ketika Alex hendak memukul wajah Rendy.Dasar! Kenapa mereka harus datang sekarang?"Jangan! Berhenti! Sudah cukup!" Aku memeluk pria itu, seolah mencegah agar mereka berhenti bertengkar.Tapi ... sial! Aku lupa kalau suamiku bukan yang sedang aku peluk dengan erat saat ini!Bodoh sekali diriku! Kenapa aku malah memeluk Rendy?!Terdengar degup jantung Rendy yang begitu kencang saat aku sempat memeluknya. Pria itu sekarang terdiam dan tiba-tiba kehilangan amarah."Astaga, Suamiku! Jangan pukul dia lagi! Nanti tanganmu sakit!"Beruntung, aku sangat gesit dan cepat tanggap situasi. Aku langsung berbalik berhadapan dengan Alex. Merentangkan kedua tangan seakan melindungi orang di belakangku."Kau, dasar perempuan desa! Baru beberapa jam jadi istriku sudah nempel-nempel lelaki lain!""Bukan begitu, Lex. Aku cuma mengajak Kat cari angin." Sekarang giliran Rendy yang menghalangi Alex supaya tidak memarahiku. Bak kuda hitam, pria itu mendorong lembut bahuku sampai berdiri di belakangnya.Orang-orang mulai mencaciku. Perlakuan Rendy justru membuat kami terlihat memiliki hubungan spesial, sampai-sampai tidak segan saling melindungi. Seharusnya, aku memungut biaya dari mereka yang berkerumun karena telah menyuguhkan drama rumah tangga secara langsung."Kau tidak usah ikut campur urusan rumah tanggaku!" hardik Alex."B
"Aku sudah sampai di depan. Cepat bersiap dan segera turun." Suara dari seberang telepon penuh dengan penekanan.Seorang kurir bertopi yang enggan menampakkan wajah, mengantar mantel hitam panjang dan sepatu dengan warna senada. Aku bergegas ganti baju lalu turun ke parkiran."Cepat masuk! Kenapa lama sekali?" Di dalam mobil sport hitam mewah, Ray, pemilik suara yang meneleponku tadi, bersungut-sungut kesal.Ray selalu saja begitu. Selalu terburu-buru menghadapi sesuatu. Karena itu, dia sangat membutuhkanku.Berbeda darinya, aku memiliki pembawaan tenang dan pandai mengontrol emosi. Aku juga satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Ray jika dia mulai mengamuk."Suamiku baru tidur," jawabku santai."Cih, suami ...." Ray menginjak pedal gas dengan kuat."Kenapa? Kau cemburu, Bos?""Ya, aku cemburu! Ingat, ya, meski sudah menikah, kau tetap milikku. Pokoknya, aku yang harus selalu menjadi prioritas!""Siap, Bos!"Aku terkekeh melihat reaksi Ray yang kesal dan masih menggerutu. Wajah ga
Hati wanita mana yang tidak hancur ketika melihat suaminya bercumbu dengan perempuan lain? Istri mana yang tidak sakit hati mendapati perselingkuhan sang suami?"Mas ...." Aku membungkam mulut yang terbuka lebar dengan jemari."Oh, kau sudah datang rupanya." Alex mendorong pinggul perempuan itu dari pangkuannya. Tapi, si perempuan kembali menduduki paha Alex."Hei, pergi dulu dari sini. Dia istriku." Alex mengusap lembut pipi perempuan itu.Perempuan itu hanya berpindah ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Dia menyilangkan kaki jenjangnya sehingga rok mininya terangkat sampai memperlihatkan paha putih mulus tanpa noda.Dengan tidak tahu malunya, perempuan itu menggerutu ketika aku melewati dirinya. "Mengganggu sekali!"Aku mengambil bekal makan siang yang sudah hancur di dalam kantong plastik. Tapi, aku tetap menyerahkannya ke meja kerja suamiku dengan tangan bergetar."Maaf, aku tidak tahu kalau kau datang secepat ini." Alex menutup kancing teratas yang tadinya terbuka."Mas
Tadi malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Gara-gara terkejut, aku sampai tidak sadar ada anak buah BDS yang berjaga tidak jauh dari lokasi persembunyianku.Suara gemerisik dari kakiku yang gemetaran karena kesemutan saat mencoba berdiri, menarik perhatian dua penjaga BDS. Terpaksa aku pergi sebelum melihat ke mana mereka membuang jenazah suamiku.Dua penjaga melintas tidak jauh dariku dengan senter di masing-masing tangan. Cahaya senter itu hampir menyapu area di sekitarku. Namun, aku diselamatkan oleh seekor kucing yang melompat di dekat mereka entah dari mana asalnya. Perlahan aku mengembuskan napas lega.Untung saja, mereka juga sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Aku langsung kabur secepat kilat ketika perhatian mereka teralihkan dan malah bermain-main dengan si kucing lucu.Sampai di rumah, aku segera menghubungi Ray untuk minta izin libur kerja malam ini. Dengan alasan sakit dan susah beranjak dari tempat tidur. Tentu saja, bosku itu marah besar. Awalnya, Ray tidak mengiz
Arion Group merupakan perusahaan multinasional yang cukup terkenal dan bisa dibilang bersih dari berbagai masalah hukum. Tidak pernah ada gosip buruk yang menerpa perusahaan maupun karyawan.Perusahaan milik keluarga suamiku itu sudah ada sejak ayah dari papa mertuaku masih hidup. Dari dulu, Arion Group juga terkenal karena ikut andil dalam pembangunan negara.Biarpun bukan perusahaan nomor satu, banyak pihak, mulai dari pengusaha dan pemerintah yang menghormati keluarga Arion. Dan meski Arion Group sudah mulai membuat cabang di luar negeri, tidak ada tanda-tanda mereka bekerja sama dengan mafia seperti Black Devil Scorpion. Jika melihat prinsip keluarga papa mertua, hanya satu persen kemungkinan mereka menjalin hubungan dengan mafia secara diam-diam. Tidak mungkin papa mertua sudi mencoreng nama baik keluarga hanya demi berbisnis di dunia hitam.Tapi, aku pun tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Kalau mereka saling berhubungan pun, mungkin hanya antara Alex dan kelompok BDS. Kerja s
Tatapan Ray begitu sensual. Dia seolah menelanjangi tubuhku hanya dengan mata coklat gelap itu. Rasa gugup yang baru saja aku rasakan menguap begitu saja."Apa yang harus aku lakukan, Bos?""Mudah. Mulai sekarang, jangan datang ke sini dulu."Aku mengerutkan kening. Tidak paham mengapa dia meminta aku menjauh darinya sampai tidak diizinkan datang. Bukankah aku kupu-kupu favoritnya? Apa dia akan membuangku karena aku memiliki suami yang berhubungan dengan kelompok BDS?Spontan aku mengutuk Alex dalam hati. Mengapa juga dia harus kebanyakan tingkah? Tidak! Seharusnya aku tidak bilang tentang apa yang dilakukan suamiku kepada Ray sejak awal. Tapi, itu juga tidak benar. Aku tidak berani membohongi Ray dan tidak mau menyembunyikan sesuatu darinya."Kenapa, Bos? Apa kau tidak membutuhkan aku lagi?" Akhirnya aku bertanya."Aku selalu butuh kau, Baby. Jangan khawatir, aku akan memberimu bayaran dua kali lipat dari yang biasanya selama kau tidak datang. Setuju?"Mataku langsung berbinar-bina
"Kok, Mas Alex sepertinya meremehkan aku? Jangan begitu, Mas. Biarpun aku hanya lulusan SMK, aku langganan juara satu dari kecil. Lagi pula, aku juga tidak minta posisi tinggi. Cukup menjadi karyawan biasa."Lagi-lagi, Alex berdecih menghina. Sikap Alex sungguh menguji kesabaranku. Ingin sekali aku siram wajahnya dengan kopi. Apa salahnya lulusan SMK? Banyak orang sukses yang bahkan tidak menamatkan sekolah!"Semua karyawan, termasuk karyawan biasa di Arion Group, pernah menempuh pendidikan tinggi. Dengan ijazahmu, kau hanya bisa jadi petugas bersih-bersih.""Tidak masalah. Aku mau, Mas.""Apa kau gila?! Kau sudah menikah denganku. Mau ditaruh di mana mukaku kalau semua karyawan tahu istri direktur yang sebentar lagi jadi presiden direktur mereka jadi tukang bersih-bersih?!"Suara Alex melengking tinggi. Aku pun terkekeh-kekeh geli."Ya, mukamu tetap di kepala, Mas. Mau dipindah ke mana lagi?""Maksudnya bukan secara harafiah! Bicara denganmu cuma bikin capek hati dan pikiran! Hal se
"Kau datang sendiri? Di mana Alex?" sinis mama mertua."Iya, Ma, aku ke sini sendirian. Mas Alex sakit dan sedang istirahat di rumah, Ma."Mama mertua berdecak-decak."Apa yang kau lakukan sebagai istri? Alex itu tidak mudah sakit. Giliran menikah denganmu baru beberapa hari saja sudah jatuh sakit!"Anakmu kemarin malam tertembak, Ma!Ingin aku menjawab seperti itu. Tapi, mama mertua jelas tidak akan percaya ucapanku.Kalaupun percaya, aku tidak bisa mengatakannya. Takut mama mertua akan pingsan mengetahui rahasia anak kebanggaannya."Mas Alex kelelahan bekerja, Ma. Cuma demam biasa saja. Mama tidak perlu khawatir.""Lalu, buat apa kau datang ke sini dan bukannya merawat suamimu?"Lihat, mulut mama mertua saja sampai berkedut-kedut ke atas. Jelas sekali mama mertua sangat tidak menyukaiku.Kenapa? Apa karena aku dari desa? Atau latar belakang pendidikanku? Mungkinkah ... karena parasku?Bukan hal yang aneh mengingat kecantikanku hanya mempan terhadap kaum Adam. Sebaliknya, para wanita