Share

Bab 29

Penulis: Lia Scorpio
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 14:32:43

 Merasa penasaran, kami gegas berlari keluar. Tapi, lagi-lagi hal aneh terjadi. Keadaan di luar kamar ternyata sangat hening. Para saudara mas Harto terlihat khusyuk berdzikir dalam hati di depan peti.

 "Suara apa tadi itu Mas?" tanya mas Harto, mendekati para saudaranya.

  Mendengar pertanyaan mas Harto, sontak saja yang lainnya berbalik menatap heran.

 "Suara apa Har?"

 "Suara ribut Mas," jawab mas Harto.

 Mereka ber enam saling berpandangan. "Tidak ada ribut sedari tadi. Kami semua sedang berdzikir sambil menunggu kalian selesai. Memangnya kalian sudah selesai sholat?"

 Kali ini kami yang saling bertatapan mata. Jika sedari tadi tidak ada keributan, lalu yang tadi itu suara apa? Apa ini juga gangguan dari iblis terkutuk itu?

 "Hei, kenapa diam? sudah selesai belum?" tanya kakak tertua, menepuk pundak mas Harto.

 "Eh, belum Mas. Ini baru mau mulai. Tapi ada suara ri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 30

      Siang semakin larut, hampir berganti sore. Tak berbeda dari sholat dzuhur tadi. Sholat ashar pun juga sama penuh gangguan. Karena sudah mengetahui situasi dari awal, aku dan yang lainnya di rumah ini sudah mulai terbiasa menghadapinya. "Har, Na, sini mendekat! Kita akan membahas masalah penting sebelum kami benar-benar pulang, " Panggil kakak tertua suamiku, meminta kami mendekat. Jantungku seakan berpacu dengan waktu. Masalah penting yang akan dibahas kali ini, sudah pasti berhubungan erat dengan keluarga kecil kami. Terutama Reina-- putri kecil kami yang sekarang jadi incaran. "Kalian berdua sudah tau bukan, masalah ilmu yang ibu anut? Tidak hanya kalian, tapi kita yang ada di sini juga sudah tau semuanya. Ilmu itu harus diwarisi, agar masalah ini selesai. Tapi masalahnya, diantara kita bertujuh tidak ada yang bisa mewarisi ilmu itu. Hanya putri kalian berdua yang mempunyai garis keturunan dan darahnya. Sedang anak kami, semuanya laki

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-17
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 31

    Harto mengusap wajahnya kasar. Tidak mau terus-terusan berdebat dengan Nana dan memperpanjang masalah ini. Harto memilih menyetujui usulan itu.  "Oke, kita cari alim ulama. Tapi di mana? kalau kita bisa menemukannya di desa ini, kita bisa mendatanginya sekarang juga. Tapi jika kita tidak mendapatkannya, maka kita harus mencari penggantinya," ucap Harto. "Mas, mana bisa secepat itu? Mencari alim ulama di desa ini, sama saja bohong! Mana bisa, hari ini dicari, hari ini dapat? Kan kamu sendiri yang bilang, di desa ini tidak ada. Itu artinya kita harus mencarinya di luar desa dulu. Sedang di sini keadaan kita tidak memungkinkan untuk meninggalkan desa. Kakak tertua akan pulang hari ini bersama kakak yang lain. Kita bisa minta bantuan atau kita hubungi kak Ayu untuk mencarinya di kota?" sahut Nana. "Ide kamu boleh juga Na. Kamu hubungi Ayu sekarang saja. Di kota, dia pasti lebih mudah mencarinya. Kalau sudah ketemu, langsung saja minta datang

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 32

    "Kenapa kamu menanyakan itu Wat?" tanya Bani, menatap curiga. Wati tak menjawab. Ia hanya diam, sambil menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. "Jawab Wat! Jangan bilang, kedatangan kamu ke sini berniat mewarisi ilmu itu?" tebak kakak tertua Harto. Mendengar itu, Wati langsung mendongak. Ia masih belum berani membuka suara. "Jawab Wat!" desak Bani. "I-iya Mas," jawab Wati tergagap. Suasana seketika hening. Ekspresi semua yang berada di sana berubah tegang. Termasuk Nana dan dua saudaranya. "Apa yang kamu bicarakan Wat? Apa yang kamu pikirkan? Kamu sudah gila!" sentak Bani, tak terima. "Aku tidak tega Mas, aku tidak tega melihat cil Daniah seperti ini terus menerus. Siapa yang akan mewarisi ilmu itu kalau bukan aku? Siapa yang kalian semua harapkan? Putri mas Harto? Dia bahkan masih terlalu kecil untuk mewarisi ilmu itu. Aku bersedia melakukannya," jelas Wati, dadanya terlihat turun naik saat mengat

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 33

    Hari semakin sore, semburat senja semakin tampak terlihat di ufuk barat. Kelima saudara Harto membatalkan niat mereka untuk pulang hari ini. Kedatangan Wati seakan membawa angin segar untuk ketujuh bersaudara itu, begitu pula dengan Nana dan dua saudaranya. Bukan karena bahagia di atas penderitaan orang lain. Namun, jika sudah takdir, apa yang mau dikata? Larangan dan nasihat sudah mereka berikan pada Wati. Tapi Wati masih bersikeras ingin mewarisi ilmu itu. "Mas yakin tidak jadi pulang?" tanya Bani, kala semuanya duduk berkumpul menunggu waktu magrib. "Hem, begitulah Ban. Kita tunggu kabar dari Wati. Kalau cil Saniah mengijinkannya, sia-sia juga kami pulang sekarang. Toh, ujung-ujungnya juga akan kembali lagi. Sudah rugi tenaga, ditambah lagi ongkos," jelas sang kakak. "Benar juga. Tapi, bagaimana kalau Wati tidak memberi kabar lagi? Bisa saja cil Saniah marah, dan melarang Wati ke rumah ini," sahut Bani. "Kalau memang seperti itu ceritanya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 34

    "Dengan siapa Mas?" tanya seseorang yang tak lain adalah Wati. Bani segera menarik Wati, lalu menutup pintu rumah. Ia dan Agung saling berpandangan, lalu menoleh ke arah peti. Di sana, sosok berkain kafan masih berdiri tegap. "Kalau ibu kamu ada di sana, terus yang di luar siapa Ban?" tanya Agung setengah berbisik. "Entahlah, mungkin iblis," jawab Bani asal. "Ibu? Maksudnya cil Daniah?" tanya Wati yang tidak sengaja mendengarnya. Mendengar suara Wati. Beberapa orang yang ada di ruang tengah, gegas menuju ruang tamu. Tak terkecuali Harto. "Bani, Agung, kenapa kalian masih di sini?" tanya Kakak tertuanya. "Wati, kamu ada di sini?" tanya Harto terkejut melihat kedatangan Wati. Pandangan Wati beralih ke arah Harto dan kakak sepupunya yang lain. Ia terkejut bukan main, tanpa sadar langkahnya tersurut mundur. Bukan karena terkejut melihat kedatangan para kakak sepupunya. Melainkan saat pandangannya bertemu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 35

    Malam semakin larut, proses pewarisan ilmu dari ibu Harto sebentar lagi dilaksanakan. Di belakang rumah, tepatnya di dekat pohon-pohon rimbun yang berjejer tak beraturan Wati dan yang lainnya berada. Nana yang saat itu juga ikut menyaksikan, beberapa kali merasa tak karuan. Apalagi saat ekor matanya melirik ke arah peti di mana jasad ibu mertuanya masih ada di dalamnya. "Kak, kok aku merinding ya? Suara burung kedasih juga tidak henti-hentinya berbunyi," bisik Ahmad, merapatkan posisi berdirinya pada Nana. "Huss! Lebih baik kamu diam saja Mad! kita lihat saja prosesnya!" Balas Nana, juga ikut berbisik. Tiga orang tetua desa, mulai menyiapkan semua perlengkapan yang diperlukan. Dimulai dari membakar kemenyan, menyiapkan minyak yang sering disebut orang minyak kuyang dan sebagainya. Aroma kemenyan menguar diterpa angin yang berhembus lumayan kencang. Peti mati yang tadinya tertutup rapat, seketika saja terbuka dengan sendiriny

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 36

     Wajah cantik sang ibu yang semasa hidup selalu terlihat awet muda, kini seketika saja berubah keriput bahkan hampir tidak dikenali. Ilmu hitam yang sudah berpindah kepada Wati, membuat semuanya ikut berpindah dan hilang. Tipu daya setan memang sangat dahsyat, ketika seseorang sudah tidak berdaya, maka setan akan pergi mencari wadah baru. Dan, pengikut terdahulunya akan kekal menemaninya di neraka nanti. "Buu... Kenapa jadi begini?" jerit Harto, air mata luruh begitu saja. "Ada apa Har?" tanya Bani dan saudara yang lainnya. "Lihat ibu Mas!" Tunjuk Harto, ia sendiri merasa takut namun pegangan tangan tetap menahan tubuh sang ibu. Keenam saudaranya mengikuti arah telunjuk Harto. Betapa terkejutnya mereka, saat mendapati perubahan yang drastis. "Ya Allah... "  Hanya kalimat itu yang mampu keenamnya ucapkan, sembari terus menyebut. "Jangan terlalu lama dipandang! Cepat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 37

     Tanpa menunggu lagi, Harto langsung menyambar ponsel di tangan Ahmad, lalu meletakkannya di telinga. "Reina kenapa Kak?" tanya Harto, wajahnya terlihat gusar sekaligus khawatir. Sedang Nana yang tidak tau sejak kapan tertidur di samping Agung, sengaja tidak dibangunkan oleh dua saudaranya. Mereka tidak mau, jika Nana panik dan nekat meminta pulang malam ini juga. "Har, ibu kamu benar-benar sudah meninggal, kan? Maaf aku menanyakan ini. Soalnya tadi habis sholat isya, tetangga bilang ada ibu kamu di depan rumah. Berulang kali aku menghubungi nomor kalian, tapi baru ini yang nyambung," Cerocos Ayu dari seberang telepon. Pupil mata Harto melebar sempurna. "Ibu sudah dimakamkan baru saja Kak. Tidak mungkin ibu ada di sana," sahut Harto, membuat semua mata langsung tertuju padanya. "Apa? Ibu kamu ada di depan rumah, Har?" pekik Agung, tanpa sadar membuat Nana terbangun. "Siapa yang di depan rumah K

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24

Bab terbaru

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 63

     "Aduh, rasanya semakin sakit," rintih Nana, wajahnya terlihat semakin pucat. Tak mau terjadi apa-apa dengan Nana. Harto gegas menggendongnya, tanpa menanyakan lagi maksud perkataan Agung yang terkesan ambigu. Langkah kaki Harto terayun cepat, diikuti Ayu dan Agung di belakangnya. Namun, baru saja mereka berniat keluar dari rumah. Langkah mereka terhenti kala mendengar suara kepakan seperti sayap terdengar jelas dari arah belakang.  Agung yang berada paling belakang, spontan berbalik. Matanya terbelalak menyaksikan sesuatu mengerikan di depannya. "Re-Reina?" ucap Agung terbata-bata, melihat sosok Reina yang sudah berubah menjadi sosok  kuyang. "Kenapa dengan Reina Kak?" tanya Harto, ikut berbalik. Melihat sang anak berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan. Membuat Harto dan Nana hampir saja mengalami serangan jantung. Organ-organ dalam yang menjuntai disertai tetesan da

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 62

     Malam ini entah kenapa, rasanya sangat mencekam dari biasanya. Tidak hanya dikediaman Nana, di tempat tinggal Ahmad yang berbeda kota juga sama. Beberapa kali Ahmad dan Wati mencoba menghubungi Nana dan yang lainnya. Namun, tak ada satupun yang menjawab panggilan Ahmad dan Wati. "Bagaimana ini Yank? Mas Harto, kak Nana, kak Ayu, tidak ada yang menjawab telepon kita," keluh Ahmad, ekspresi wajahnya mulai terlihat gusar.  "Sabar! Kita pikirkan lagi, bagaimana caranya menghubungi orang rumah?" sahut Wati, berpikir keras. "Kalau sampai Reina benar-benar mengambil botol kuyang itu, itu artinya mbak Nana dalam bahaya. Aroma dari wanita hamil begitu menggoda para kuyang. Dari jarak jauh saja mereka bisa menciumnya, apalagi yang satu rumah," Sambung Wati. "Ya Allah, kenapa bisa begini? Tapi, kak Nana itu ibu Reina sendiri. Apa iya Reina tega melakukan itu pada kak Nana?" tanya Ahmad, meragukan kata-kata Wati. "Yank,

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 61

    Delapan bulan sudah berlalu, sikap putri kecil Nana dan Harto semakin hari terlihat semakin aneh. Seperti malam ini. Reina beberapa kali mondar mandir di depan kamar ibunya. Entah apa yang gadis kecil itu lakukan. "Sedang apa Nak?" tanya Harto, yang baru saja keluar dari kamar. Reina diam saja. Ia hanya menatap Harto dengan tatapan aneh. Sambil sesekali menengok ke dalam kamar, mencuri pandang.  Setelah kejadian malam Harto melihat cahaya melesat di depan jendela kamar dan malam penyatuannya dengan Nana. Tak lama setelah itu Nana dinyatakan hamil, dan sekarang usia kehamilannya sudah memasuki bulan ke sembilan. "Reina, kok diam? Kenapa?" tanya Harto lagi, membelai lembut rambut panjang putrinya. "Tidak ada apa-apa Yah. Cuma mau lihat bunda sama dedek bayi," jawab Reina, membuat kening Harto mengerut. "Dedek bayi, apa Nak? Bunda kami lagi baring, belum melahirkan juga. Kamu sudah tidak sabar mel

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 60

      "Na, temani aku ke kamar kecil yuk!" bisik Ayu. Kening Nana mengerut. "Ngapain Kak? Kebelet?"  "Tidak. Kan kamu pernah cerita waktu itu. Kalau orang yang menganut ilmu kuyang, kamar kecilnya selalu kotor dan bau tidak sedap. Aku cuma mau membuktikannya saja. Apa si Wati ini masih menganut ilmu warisan itu?"Mengetahui niatan Ayu. Nana jadi teringat akan dirinya tujuh tahun yang lalu. Rasa penasarannya yang begitu tinggi, yang pada akhirnya membuat ia dan yang lain terjebak dalam situasi mengerikan.  "Jangan ah Kak! Kapok aku seperti itu!" tolak Nana cepat, ia tidak mau mengulanginya lagi. "Sebentar aja Na! kapok apa sih? Kita kan tidak melakukan apa-apa. Cuma mau memastikan aja," ujar Ayu, sedikit mendesak Nana. Wati yang baru saja kembali setelah menyiapkan air minum untuk tamunya, sedikit menatap tajam Ayu dan Nana. "Kenapa bisik-bisik Kak?" tanya Wati pelan saat menyodorkan a

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 59

     Harto terkejut bukan main, kala dirinya mengetahui, jika adik sepupu yang selama ini ia cari sudah ditemukan. Ada sedikit rasa sesal dalam hati, saat yang menemukan pertama kali adalah Ahmad. Ia berharap yang menemukan itu dirinya. Berkat Wati, kini kehidupannya berjalan normal, begitu juga keluarga kecilnya. "Mas, kenapa diam? Bagaimana pendapat kamu?" tanya Nana, berharap Harto bisa memberinya jalan keluar untuk permasalahan Ahmad.  Bukannya menjawab pertanyaan Nana. Harto hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia mendongak, menatap wajah istrinya yang sedari tadi diliputi rasa gelisah. "Apa yang bisa aku katakan, kalau itu masalah hati seseorang yang sedang jatuh cinta, Yank? Terlebih penantian Ahmad begitu panjang, dan merubah dirinya seperti sekarang. Aku hanya kakak ipar, dan aku rasa tidak punya wewenang yang lebih jauh lagi untuk menentukan nasib cinta Ahmad," sahut Harto pada akhirnya. Desahan nafas Nana terdengar b

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 58

    Tujuh tahun lamanya, Ahmad akhirnya bertemu lagi dengan sosok Wati-- gadis yang sejak lama mengisi hatinya. Walau sudah lama tak bertemu, perasaan Ahmad masih sama seperti dulu.  "Wa-Wati?"  Langkah Ahmad terhenti, kala ia bertemu dengan Wati di sebuah toserba.  Kening Wati mengernyit. "Siapa, ya?" tanya Wati, ia tidak mengenali Ahmad karena penampilan Ahmad yang sekarang sudah jauh berbeda dari dulu. Raut wajah Ahmad berubah masam.  Ia kira Wati masih mengingatnya. Namun, ternyata tidak. Tapi sebisa mungkin Ahmad menetralkan kembali ekspresinya di depan Wati. "Aku Ahmad, adik ipar mas Harto. Masih ingat?" tanya Ahmad, mengulurkan tangannya. Tangan Wati yang awalnya terulur, kini terlihat gemetar saat mendengar nama Harto.  Ia tidak menyangka, setelah sekian tahun lamanya, ia kembali berhubungan dengan keluarga yang selama ini ia hindari. Melihat Wati yang merasa ragu membalas jabatan tangannya

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 57

      "Di mana Wati, Mas?" tanya Nana. "Wati... Dia pergi Yank," jawab Arman, menunduk sedih. "Pergi? Kenapa?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Nana. "Ceritanya panjang Kak. Intinya dia marah, saat kami bertiga menuduhnya kuyang yang sedang dikejar warga," sahut Ahmad. "Ya Allah, kasihan Wati. Tapi, apa kalian yakin jika kuyang itu bukan dia?" tanya Ayu. Ketiganya mengangguk serempak. "Bukannya kalian berdua juga melihatnya? Kalian pasti tau, jika kuyang itu bukanlah Wati," ujar Agung. "Kami memang melihatnya. Tapi, saat itu wajahnya menyeramkan. Kami mana tau, kalau itu Wati atau bukan," sahut Nana. "Benar juga. Saat itu rupa Wati bukan rupa manusia. Wajar saja kalau mereka tidak mengenalinya. Tapi, kuyang itu memang bukan Wati," sahut Harto. --- Beberapa minggu  setelah kejadian itu, keadaan kampung mulai kembali aman. Tak ada lagi berita

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 56

     Di perjalanan pulang, tidak sengaja ketiganya bertemu dengan rombongan warga yang tadi mengejar sosok kuyang yang mengganggu proses melahirkan salah satu anak warga. "Gimana, Pak? Apa kuyangnya sudah ketemu?" tanya Agung, basa-basi. "Belum Mas, kuyangnya cepat sekali terbang. Tidak tau pergi ke mana atau mungkin mencari mangsa baru lagi," jawab salah seorang warga. "Mas Agung dan yang lainnya ini dari mana? Bukannya tadi kami mengejarnya ke arah lahan kosong itu? Kenapa kalian dari sana? Memangnya ada kuyang di sana?" tanya bapak yang putrinya diganggu kuyang tadi. Wajah ketiganya mulai menegang, tapi sebisa mungkin ketiganya bersikap biasa saja. Mereka tidak mau, jika perubahan ekspresi mereka menimbulkan kecurigaan para warga lainnya. "Eh, itu Pak. Tadi kami juga ikut ke lahan itu. Tapi, Ahmad bilang lapar mau beli makanan di kedai yang ada di ujung jalan sana. Jadi kami bertiga ke sana, tapi saat sampai,

  • Rahasia Ibu Mertuaku   Bab 55

    Setelah memastikan posisi tubuh tanpa kepala itu berdiri dengan benar. Ahmad gegas menyusul Harto dan Agung yang sudah lebih dulu bersembunyi. Sosok kepala terbang itu melesat cepat memasuki bagian belakang kedai. Cahaya merah terlihat jelas. Harto dan yang lainnya, hanya bisa menutup mulut dan hidung mereka saat melihat kepala Wati mengitari tubuhnya. Bau anyir menyeruak memenuhi isi ruangan. Organ-organ yang menggantung dengan darah yang terus menerus menetes, membuat isi perut ketiganya terasa seperti diaduk-aduk. Sekuat tenaga Harto dan dua iparnya menahan mual. Waktu seakan berjalan lambat sekali. Bunyi kepakan telinga yang terdengar seperti sayap, akhirnya tidak terdengar lagi. Kepala Wati akhirnya menyatu dengan tubuhnya. Sesekali Wati menggerakkan kepalanya, membenarkan posisi yang pas. "Aneh, bukannya tadi sebelum pergi tubuhku ada di belakang pintu? Kenapa sekarang ada di sini?" gumam Wati, merasa bingung.

DMCA.com Protection Status