Share

106. Tak Sabar Ingin Menikah

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-01-05 13:28:00
Dengan gugup, Lilia membalas pelukan William. Beberapa saat sebelum pria itu menarik dirinya dan mengatakan akan menuruti saran Lilia

“Baik, aku akan tidur di kamarnya keano,” putusnya.

Lilia lebih dulu bangun dari duduknya. Mengembalikan kotak obat itu ke tempat semula dan berjalan meninggalkan William yang menyusulnya tak lama kemudian.

“Kamu mendengar aku bertengkar dengan Mama tadi?” tanya William dari belakangnya saat mereka menuruni tangga.

“Iya,” aku Lilia.

“Mama bilang semua orang tahu jika Gretha sedang hamil. Aneh, ‘kan?

“Aneh bagaimana?” tanya Lilia balik.

“Aneh karena mereka menyebut bahwa itu adalah anakku,” jawabnya. “Bagaimana mereka bisa bilang begitu jika tidak ada yang memulainya? Gretha, atau mungkin Nyonya Bertha itu yang menyebarkan beritanya lebih dulu. Mereka pasti sakit hati karena aku tidak mau bertanggung jawab!”

Mereka tiba di ujung anak tangga, Lilia sekilas menoleh pada William dan menyetujuinya. “Bisa jadi,” katanya. “Mulai sekarang aku akan melaku
Almiftiafay

Lilia gimana rasanya dibucinin sama William plus anaknya sekalian? 🥹 Lilia yang gak pernah bahagia berhak dapat ini semua kan? like jika benar, jangan lupa tinggalkan komentar dan vote buat mereka ☺️ terima kasih sudah membaca ❤️ sampai jumpa besok lagi 🩷 TYSM ILYTTMAB

| 22
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
klo kereta buat ulah lawan balik lilia. jangan takut karna ada pak willi yg udah bucin sama kamu
goodnovel comment avatar
Budi Bunyamin
selalu bahagia untuk kalian berdua ya
goodnovel comment avatar
Eva
Boleh Lilia..kamu harus bahagia! Kebahagiaanmu dibelakang sana sudah di renggut orang lain, sekarang waktunya kamu rebut kebahagiaan itu! Pingin juga jadi Lilia di bucinin anak laki sama suami wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    107. Perjumpaan Sudah Dekat

    Setelah mengantar Keano ke sekolah, untuk ke sekian kalinya tanpa lelah Lilia pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya. Ia sudah mengatakan pada William bahwa ia akan pergi ke sini tadi. Dengan diantar oleh Ron, akhirnya Lilia bisa melihat keadaan sang ibu yang hingga detik ini masih terbaring tak berdaya di dalam ruang ICU. Tapi pagi hari ini tampak sedikit lain karena Lilia melihat seorang dokter dan beberapa orang perawat yang ada di dalam, terlihat memeriksa ibunya. Lilia harap, saat mereka keluar nanti yang dibawa untuknya adalah sebuah kabar yang baik. Satu per satu dari mereka keluar dari dalam ruangan, menyapa Lilia hingga dokter yang menangani sang ibu itu berhenti di dekatnya dengan seulas senyum yang merekah. “Bagaimana keadaan ibu saya, Dokter?” tanya Lilia setelah menundukkan kepala untuk menyapa beliau. “Sangat baik, Bu Lilia,” jawab beliau. “Bu Alya sudah memberikan respon yang baik, sudah bisa menggerakkan jari tangannya dan membuka mata. Jika beliau te

    Last Updated : 2025-01-06
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    108. Tanda Lahir, Kemiripan

    “Tanda lahir?” ulang Tuan Alaric setelah kalimat Lilia. “Iya, Tuan, tanda lahir,” jawab Lilia. “Kenapa dengan itu?” Tuan Alaric menggeleng, “Tidak apa-apa,” ucap beliau. “Hanya saja sepertinya aku luput melihat itu dari kakimu selama ini dan baru melihatnya dengan jelas sekarang.” Mereka menoleh ke arah pintu ruang rawat yang terbuka dan muncullah seorang perawat yang menghampiri mereka. “Hari ini Anda ditemani oleh anak Anda, Pak Alaric?” sapa perawat yang mendekat dan mengecek kantong infus yang tergantung di atas. “B-bukan, Suster,” jawab Lilia dengan cepat. “S-saya bukan anaknya Tuan Alaric.” Lilia takut pria paruh baya itu kesal karena dirinya yang hanya seorang anak pelayan disebut perawat sebagai anaknya, pria terhormat yang status sosialnya jauh terlampau tinggi ketimbang Lilia yang bukan siapa-siapa. “Oh, bukan?” ucap perawat tersebut, terkejut dengan kalimat Lilia. Perempuan berkalungkan name tag itu tampak memandangi Lilia dan Tuan Alaric bergantian sebelum k

    Last Updated : 2025-01-06
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    109. Selamat Ulang Tahun, William

    Untuk lebih dari enam puluh detik berlalu William tak bisa menggerakkan bibirnya. Ia tertegun—atau lebih tepatnya bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya ini. Apalagi saat ia melihat Lilia dengan mendekat, begitu juga dengan Keano yang digendong oleh Agni. William baru tahu jika semua orang di dalam rumahnya berkumpul untuknya. Sebuah hal yang tak pernah dilihat oleh William selama ini. “Semuanya merencanakan ini tanpa aku tahu?” tanyanya, mengedarkan pandang pada Lilia, Keano, para pelayan dan semua penghuni rumah yang ada di sana. “Kalau kamu tahu, bukan kejutan ‘kan namanya?” tanya Lilia balik. “Terima kasih,” jawab William. “Ini memang mengejutkan sekali.” William menunduk untuk meniup lilin. Tepuk tangan teriring setelah ia melakukan itu. Ia lalu mengalihkan pandang pada Lilia, selangkah lebih dekat meraih dagu kecil itu, membiarkan jemarinya menjuntai menyentuh rahangnya sebelum ia menjatuhkan bibirnya pada Lilia. Beberapa detik momen manis itu terjadi kemudian Wi

    Last Updated : 2025-01-07
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    110. William, Ibu Titipkan Lilia Padamu

    Segera setelah mendapatkan kabar itu, Lilia memberi tahu William. Maka dengan diantar oleh Ron, Lilia pergi ke rumah sakit. Lengkap dengan Keano yang ikut dengannya. Sesampainya di sana, Lilia mengira ibunya ada di ruang rawat biasa. Tapi ia salah, beliau ada di ruang rawat paling bagus di rumah sakit itu. Saat pintu berdaun dua itu terbuka, Lilia bisa melihat seorang perawat yang ada di dalam. Wanita berseragam itu menyisih begitu melihat Lilia yang berlari masuk ke dalam kamar. “Ibu,” panggil Lilia dengan suara yang gemetar. Ia memeluk ibunya dengan tak bisa menahan tangis haru. Untuk beberapa lama ruangan itu hanya dipenuhi oleh isak tangis Lilia yang teramat bahagia karena perjumpaan dengan ibunya telah menjadi nyata. “Seperti tidak bertemu denganmu puluhan tahun lamanya, Lilia,” ucap sang Ibu setelah menarik dirinya yang tengah memeluk Lilia dengan erat. “Akhirnya Ibu bisa melihat kamu yang cantik ini.” Ibu jarinya mengusap pipi Lilia yang basah oleh air mata, bibirnya yang

    Last Updated : 2025-01-07
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    111. Aku Tahu Lebih Banyak Dari Yang Kau Kira

    “Ada apa, Lilia?” tanya William yang membuat Lilia terkejut. Ia yang tadinya menunduk dengan gegas mengangkat wajahnya kemudian menatap William. “Ada apa?” tanya William sekali lagi. “Kenapa kamu diam saja?” Lilia tak serta merta menjawabnya. Ia berpikir, haruskah ia katakan kekhawatiran itu pada William? Tapi jika dirasakan lebih jauh, sebenarnya ia merasa tidak nyaman. Mempertimbangkan agar tak terjadi sesuatu yang buruk pada ibunya, serta tahu ia tak bisa berbohong pada William yang bisa membaca gelagatnya sekarang ini, Lilia memutuskan untuk jujur. “A-ada sesuatu yang menggangguku,” jawab Lilia akhirnya. “Katakan padaku,” sambut William. “Apa yang mengganggumu itu?” “Ibu tadi bilang sesuatu seperti ‘tidak akan bangun lagi setelah orang itu mencelakainya’,” jawab Lilia. “Orang siapa maksudnya, itu yang menggangguku. Maksudnya—baik, memang akhirnya Ibu divonis mengalami gagal hati, tapi awalnya … apa Ibu yang katanya jatuh di kamar mandi itu adalah sebuah kesengajaan?” Willi

    Last Updated : 2025-01-07
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    112. Leonora, Putriku Yang Hilang

    “Apa Lilia adalah Leonora?” tanya Alaric seorang diri, menduga-duga. Ia duduk dan menatap album itu dengan matanya yang terasa perih. ‘Apa itu yang ingin dikatakan oleh Alya sebelum dia koma?’ Dadanya terasa sesak saat menjumpai kenyataan bahwa tanda lahir kemerahan di kaki Lilia yang beberapa hari dilihatnya itu terbukti sama dengan tanda lahir milik Leonora. Alaric pikir, jika diingat-ingat … memang ia tidak tahu seperti apa masa kecil Lilia, seperti apa wajahnya saat ia kecil. Yang ia tahu, Lilia bukan anak kandung Alya. Alya mengatakan padanya bahwa gadis itu diadopsi dari panti asuhan saat berumur dua tahun. Lalu Alya membawanya masuk ke rumah ini saat anak itu di akhir sekolah dasar, saat akan menginjak sekolah menengah pertama. Alaric juga tak banyak memperhatikannya karena mereka jarang bertemu. Alya dan anaknya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah belakang, menyiapkan makanan dan bertanggung jawab pada taman. “Apa mungkin Alya berbohong saat mengatakan kalau L

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    113. Hilang Kepercayaan

    “A-apa itu artinya semua kerja sama antara Seans Holdings dan Velox Corp putus?” tanya Gretha memperjelas. Alaric menggeleng menjawabnya, “Bukan kerjasamanya yang putus, tapi William tidak mau kerja sama terjadi jika kamu ikut andil, Gretha,” tuturnya. “Kenapa dia egois begitu?” tanya Bertha. “Zain bilang padaku bahwa di luar sana kabar menyebut jika yang membuat hamil Gretha adalah William. Siapa yang mengedarkan gosip itu? Apa itu kalian?” Alaric memindai Gretha dan ibunya yang tak menjawab. Hanya gestur tubuh mereka yang terlihat aneh dan di mata Alaric itu sedikit mencurigakan. Benaknya memprovokasi bahwa dugaannya itu benar—bahwa istri dan anak perempuannya itulah yang menyebarkan kabar hingga menimbulkan berita liar bak bola api di luar sana. Alaric menghela dalam napasnya, memberikan gelengan samar, enggan bicara lebih banyak. “Tapi bukankah itu tidak benar?” tanya Bertha kembali. “Mencampurkan urusan pribadi dan pekerjaan bukan sesuatu yang bisa diwajarkan, bukan?” “Se

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    114. Jika Semua Praduga Itu Benar ....

    “Benar, namanya Henry, Pak Giff,” ucap Dany memperjelas. “Lalu di mana si Henry itu sekarang?” Dany menggeleng tak yakin. “Setahu saya masih bekerja dengan Pak Reynold,” jawabnya. “Pak Reynold masih berusaha membangun kembali bisnisnya itu dari awal. Saya jamin Henry tahu banyak soal hubungan Pak Reynold dan pacarnya yang bernama Gretha itu.” Giff diam-diam membenarkan hal itu juga. Jika memang Henry sering mengantar jemput Gretha, ada kemungkinan ia bisa menjadi saksi bahwa perempuan itu pernah melakukan hubungan bersama Reynold hingga membuatnya hamil. ‘Mungkin sekarang saatnya aku mencari di mana keberadaan si Henry itu.’ Tapi sebelumnya ia harus mengatakan hal yang ia temukan ini terlebih dahulu pada William. Setelah melakukan obrolan beberapa lama bersama dengan Dany, Giff lalu pergi dari sana. Ia menuju ke rumah William setelah menghubungi tuannya itu yang memang berada di rumah. Pintu gerbang tinggi yang ada di kawasan elit itu menyambutnya. Lengkap dengan si pem

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    156. Denyut Di Dada Kala Mengingatnya

    Membutuhkan waktu beberapa lama untuk Lilia pulih dan membawanya ke tempat ini.Berminggu-minggu berlalu, Alaric masih belum bisa melihat bahwa anak perempuannya itu mengingat kembali siapa sebenarnya Keano dan William.Ia tak pernah mendesak Lilia untuk mengingatnya. Asalkan ia bahagia dalam rasa aman di sini, baginya itu sudah cukup.Ia juga memperbolehkannya yang berkeinginan menjadi guru di preschool kecil yang tak jauh dari rumah yang saat itu membutuhkan guru tambahan. Setelah keadaan sedikit membaik dan Alaric melihat William yang jauh lebih tenang, ia berpikir bahwa sudah waktunya memberi William ‘hadiah’ untuk kesabarannya selama ini, yakni mempertemukannya kembali dengan Lilia dan Keano.Begitulah semuanya terjadi ….Alaric terjaga dari ingatan panjangnya itu saat ponsel yang ada di atas mejanya berdering. Sebuah kamar hotel yang ditinggalinya tanpa William atau pun Giff tahu bahwa sebenarnya ia ikut dalam kunjungan ini.“Saya keluar dulu, Tuan,” ucap Zain. “Hubungi saya ka

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    155. Bunga Layu Di Tepi Jalan

    “Itu Nona Lilia dan Tuan Muda Keano, Tuan,” seru Zain sembari menepikan mobilnya. Alaric berlari keluar dan menghampiri mereka. “Lilia, Keano!” panggilnya dengan suara yang gemetar. Hatinya seakan habis menyaksikan mereka berdua yang tergugu dalam tangis, saling menguatkan. Air matanya luntur kala ia mendengar Keano memanggilnya, “Opa?” Alih-alih mempedulikan dirinya, yang ia minta justru agar Alaric menolong Lilia. “Tolong Mama, Opa ….” Zain mengangkat Keano, mengambilnya dari Lilia sementara Alaric membantu Lilia bangun dan membawanya masuk ke dalam mobil. “Lilia,” panggil Alaric yang duduk di kursi belakang, mengguncang tubuh Lilia yang penuh dengan debu hitam seraya melepas jasnya untuk menutupi tubuhnya. “Nak, apa yang terjadi, kamu baik-baik saja?” tanyanya. “Vilanya kebakaran, Opa,” sahut Keano yang duduk di depan, ditempatkan di sana oleh Zain setelah pemuda itu melepas pakaiannya yang basah dan membalut bocah kecil itu dengan jas miliknya. “Kebakaran?” ulang

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    154. Putriku Sayang Dan Cucuku Yang Malang

    “Benar,” jawab Alya dengan yakin. “Setelah panggilan saya Anda matikan saat itu, Nyonya Bertha mencecar saya. Dia tanya apa yang ingin saya katakan pada Anda. Saya bersikeras memilih diam tetapi Nyonya Bertha mendorong saya dari tangga lantai dua kemudian saya tidak ingat apapun sejak hari itu.” “Jadi kamu tidak jatuh di kamar mandi seperti yang selama ini aku ketahui dan dikatakan oleh para pelayan?” Alya mengangguk, “Iya, Tuan. Tolong berhati-hatilah ... di dalam rumah itu semuanya berisi pengkhianat,” jawabnya. “Saya memang mengalami gangguan hati sejak lama, tapi yang membuat saya mengalami pendarahan di otak itu adalah Nyonya Bertha. Tapi saya sangat bersyukur sekarang karena bisa kembali sadar dan dapat mengatakan semua kebenaran ini kepada Anda.” Alaric telah mengerti situasinya sekarang. Bertha yang bertanggung jawab atas semua ini. Dilihat dari wanita itu yang masih belum melangkah lebih lanjut, sepertinya ia belum tahu jika Alya telah sadar. Keputusan William dan Lilia d

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    153. Yang Bersembunyi Di Bawah Tabir Kelam

    “Lalu setelah itu kamu membawanya pulang?” Alaric menatap Alya yang tertunduk tak berani menunjukkan wajahnya. “Benar,” jawabnya kemudian menggapai tisu yang ada di atas meja untuk mengusap wajahnya yang bersimbah air mata. “Saya teringat pada ucapan Nyonya Agatha yang menyebut bahwa saya harus melindungi Nona Leonora kecil apapun yang terjadi. Saat itu saya tidak tahu kenapa beliau berpesan begitu, tapi kemudian saya tahu alasannya, karena Nyonya tahu ada teman yang menusuknya dari belakang dan diam-diam ingin menyingkirkannya agar bisa menjadi Nyonya Roseanne.” Alaric jatuh kedua bahunya, kebenaran yang ia dapatkan tentang Lilia yang ternyata adalah anak kandungnya membuatnya mengetahui kebenaran yang lebih besar yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa itu. Siapa sangka bahwa itu adalah kejahatan terencana yang bersembunyi di bawah tabir kelam yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. “Jadi setelah itu saya terus menyembunyikan Nona Leonora,” lanjut Alya. “Saya bilang pada suami

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    152. Probabilitas 99,99%

    Alaric tidak akan pernah melupakan hari di mana ia menemukan kenyataan bahwa Lilia adalah anak gadisnya yang menghilang lebih dari dua dekade lamanya.*** Kembali pada delapan puluh dua hari yang lalu. ***Alaric tengah duduk di bangku memanjang yang ada di taman rumah sakit, di depannya—sedikit ke kanan—Zain berdiri menatapnya dengan cemas.Di tangan Alaric ada sebuah amplop berwarna putih, hasil tes DNA yang beberapa hari lalu diajukannya telah memiliki hasilnya.Ia menghela dalam napasnya saat mengambil lembaran dari dalam sana dan membacanya dengan saksama.[Bukti ilmiah yang diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa dan dianalisis dari terduga ayah (Alaric Roseanne) cocok dengan sampel terduga anak (Lilia Zamora). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas Alaric Roseanne sebagai ayah biologis dari Lilia Zamora adalah 99,99%.]“Bagaimana, Tuan?” tanya Zain yang turut tegang di hadapannya.Tapi sebelum Alaric menjawab, kelegaan dorongan napas tuannya itu telah m

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    151. Kita, Payung Hitam, Dan Tempias Hujan Siang Itu

    Dada William buncah tak terkendali, ia selangkah maju untuk mengulang apa yang gadis—yang mengakui dirinya adalah Lilia Zamora—itu katakan. “Belum pernah bertemu?” ulangnya. “Apa maksudmu, Lilia? Dan kenapa kamu tidak mengenaliku? Kamu hanya berpura-pura, ‘kan?” Lilia menggeleng, maniknya yang cantik tampak kebingungan, selaras dengan kalimatnya sebagai bantahan. “Tidak,” jawabnya. “Berpura-pura bagaimana maksud Anda? Kenapa saya harus mengenal orang yang baru saja saya lihat hari ini?” William hendak meraih tangan Lilia agar membuat mereka lebih dekat karena ia melihat punggung Lilia yang basah terkena tempias hujan. Tapi gadis itu menolak sehingga William hanya bergeming. “Tuan William,” panggil Giff dari sebelah kirinya, menjemput William dengan menggunakan payung dengan warna yang sama dengan milik Lilia. Gadis itu memandang mereka bergantian sebelum menunduk di hadapan William dan mengayunkan kakinya pergi dari sana dengan gegas. William hendak mencegahnya tetapi m

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    150. Memahami Rencana Semesta

    Dari dalam sedan berlambang flying lady di mana Giff sedang berada di dalamnya, sepasang matanya terbuka lebar saat menjumpai bahwa apa yang dikatakan oleh William adalah sebuah kebenaran. Gadis yang berlari dari arah barat dan berhenti di hadapan William kala tuannya itu memandang preschool kecil itu dengan harapan yang pupus benar adalah Lilia—atau setidaknya mereka memiliki wajah yang sama persis. Gadis itu hanya berdiri setinggi dada William, pembawaannya yang anggun dan hangat adalah hal yang senantiasa disaksikan oleh Giff setiap kali Nonanya itu berada di depan William. Ia hidup! Lilia benar-benar hidup. ‘Tapi sepertinya … ada sesuatu yang salah di sini.’ Batin Giff tak tenang saat melihat percakapan di seberang sana yang sepertinya tidak berjalan dengan baik. Sementara itu, di depan gerbang rendah yang basah akibat derasnya hujan, William tengah meraba apa yang direncanakan oleh semesta dengan mempertemukannya dengan Lilia saat ia berusaha melepasnya dengan lapang d

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    149. Ternyata Tuhan Tak Pernah Mengembalikanmu

    Tanpa sadar, sebulir air matanya jatuh melewati bibir saat William menggumamkan namanya di dalam hati. Ia hampir selangkah maju untuk memastikan bahwa gadis di halaman preschool itu adalah Lilia sebelum Zain menahan lengannya sebab baru saja ada kendaraan yang melintas. “Tuan William?” panggil Zain pada William yang hanya bergeming. Matanya hanya tertuju pada satu titik, tempat di mana Lilia berdiri, satu-satunya dunia yang berwarna sementara di sekitarnya hanya berisikan abu-abu. Lilia terlihat sangat bahagia saat mengajak anak-anak kecil itu bernyanyi, membuat mereka berputar mengelilinginya sehingga senyumnya merekah sehangat matahari pagi ini. “Ada apa, Tuan William?” sebut Zain sekali lagi. William tersadar dan memandang pemuda itu seraya mengembalikan tanya, “Pak Zain tidak melihatnya?” “Apa?” “Lilia,” jawabnya. “Dia berdiri di sana bersama dengan—“ William berhenti bicara saat menunjuk pada halaman preschool itu. Tapi saat hal itu ia lakukan, tak ada yang berdiri di sa

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    148. Detak-detak Di Dada

    William tahu betul bahwa ‘projek’ yang baru saja disebutkan oleh Giff itu adalah yang dulu pernah ia dan Gretha kerjakan—pembangunan sekolah yang tempatnya cukup jauh dari kota. “Bukankah aku sudah pernah berpesan padamu agar mengatakan pada Papa Alaric untuk tidak mengikutsertakan wanita itu?” William sangat tidak suka jika ia harus menyebutkan namanya sekali lagi. Kedua bahu Giff jatuh mendengar itu. “Coba tenang sebentar,” pintanya. “Memang itu adalah projek yang pernah Anda kerjakan bersamanya, tapi kali ini tidak. Kita saja, tanpa ada ikut campur Gretha.” Mendengar itu membuat William berdeham, merasa bersalah sudah meninggikan suaranya pada Giff. “Ah, benarkah?” tanyanya. “Kalau begitu jangan setengah-setengah saat bicara, katakan dengan jelas, Giff!” “Saya memang belum selesai bicara, Tuan William Quist!” “Lalu Papa bilang apa lagi?” “Tuan Alaric meminta agar pembangunannya dipercepat, jadi kita sesekali harus mengeceknya, itu saja,” jawab pemuda itu seraya sel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status