Bab 5
Aku mengabaikan pesan dari Mas Adnan jangankan 20 juta, 1000 perak saja aku tak sudi mengirim lagi untuknya.Ya keuangan memang aku yang mengendalikannya, mungkin Mas Adnan bisa mendapatkan uang lebih dari perbuatannya menipuku, yang tanpa aku sadari telah dicurangi selama ini. Padahal aku juga memberinya uang tidak dalam jumlah yang sedikit.Aku kembali membuka grup WA dan sepertinya Suamiku belum menyadari jika nya aku telah menyadap akunnya.Mungkin ada 10 foto yang dikirim oleh Kemala setengah jam yang lalu, mereka sedang berada di dalam mobil sepertinya juga dengan mantan mertua Mas Adnan, juga ada 1 perempuan muda. Apakah itu adik dari Kemala. Aku sempat bertemu dengan mantan mertua Mas Adnan ketika dulu kami menikah, mereka hadir tapi wanita muda ini aku belum pernah bertemu dengannya, dari raut wajahnya ia cukup mirip dengan Kemala.[Kita OTW dulu!] begitulah caption Kemala dan langsung dipenuhi komen dari ipar dan ibu mertuaku.Mereka membalas pesan Kemala dengan bahagia. [Seneng deh lihat kalian begini. Kapan sih kalian rujuk? Sepertinya kalian itu masih cocok.] balas mbak Feli. [Iya Mbak, aku juga setuju jika kalian merujuk kalian itu serasi banget!] timpal Dea.[Semoga kalian cepat rujuk ya, itulah doa ibu.] ibu mertuaku ikut membalas dengan emot senyum, munafik sekali keluarga ini aku merasa muak membaca deretan pesan dari mereka.Hari sudah menjelang siang, aku berniat kembali ke rumah Mama. Untung saja aset yang kumiliki tak pernah kutaruh di rumah, surat-surat penting. Sehingga Mas Adnan tidak bisa melakukan apapun pada hartaku.Ponselku berdering Mas Adnan menelponku, mungkin dia sedang resah menunggu transferan. Aku sengaja mereject panggilan dari Suamiku itu, dan kembali fokus menyetir beberapa kali ponselku berdering namun aku tak menghiraukannya. ***Saat akan keluar dari dalam mobil aku kembali mengecek ponsel. Ada 4 panggilan tak terjawab dan 3 pesa. baru dari Mas Adnan.[Kenapa kamu tidak mengangkat telponku, Kania!] [Kamu sedang ada di mana Kania! Cepatlah angkat teleponku, ini sangat penting.][Kania kamu dimana!]Dan ponselku kembali berdering, sepertinya mas Adnan tak menyerah untuk menghubungiku jika masalah uang saja dia cepat, sedangkan semalam saja untuk menanyakan kabarku dan Riko tidak ada. Terpaksa dan juga penasaran akhirnya aku mengangkat telepon dari Mas Adnan."Kenapa kamu tidak mengangkat telponku?" Mas Adnan seperti marah karena kuabaikan."Aku sedang di jalan tadi Mas!" "Tapi kamu sudah membaca pesanku, kenapa kamu tidak mengirim uang yang aku mintam" ujarnya. "Memangnya uang yang lima belas juta seminggu lalu aku transfer, sudah habis Mas? Kamu gunakan untuk apa!" "Kenapa kamu bertanya seperti ini, seakan tidak percaya padaku. Aku sedang berada di rumah Joni saudara Ibu. Istrinya akan melahirkan dan aku ingin membantu mereka!""Membantu, apakah mereka tak punya asuransi kesehatan?" jawabku. "Kania dia orang tidak punya. Kamu tahu kan keluargaku banyak orang yang tidak mampu, ini istrinya mau melahirkan dan harus operasi caesar, ia membutuhkan dana cepat ini keadaan darurat Kania!" jelas Mas Adnan. Aku ingin tertawa keras ketika mendengar alasan Mas Adnan untuk meminta uang. Seniat ini dia berbohong padaku, bahkan sampai mengarang jika ada keluarganya yang mau operasi caesar sungguh menggelikan alasan yang telah ia buat."Kania kenapa kamu diam saja, cepat kirimkan uang itu sekarang juga. Mereka sangat butuh!" Mas Adnan setengah berteriak. "Maaf Mas, tapi aku ada kebutuhan mendesak juga. Jadi tidak bisa memberikanmu uang, kamu bantu saja dia semampumu!" aku mematikan sambungan telepon biar saja Mas Adnan merasa kesal karena perbuatanku.Kini ponselku kembali berdering dan yang menelpon gantian ibu mertua, mereka berani berbuat curang denganku dan sekarang mereka kelabakan. "Kania cepat kamu datang ke rumah ibu sekarang juga!" ujar ibu mertua tanpa mengucap salam atau apapun, suaranya yang cukup cempreng itu memekakkan telingaku. "Maaf bu, tapi aku sedang sibuk tidak ada waktu kesana." "Sibuk apa kamu itu, cepat datang kemari ada masalah penting. Ibu ingin bicarakan denganmu, jangan membantah lagi!" ucap Ibu kembali dan mematikan telepon.Apakah dia memintaku datang karena ada hubungannya dengan Farhan. Apakah pria itu sudah mengadu pada ibunya? Baiklah lihat apa yang akan ibu mertuaku katakan.Aku kembali pergi dan kini menuju rumah ibu mertua.**"Dia datang pembuat masalah, telah mempermalukan aku di depan calon istriku!" ujar Farhan menunjukku.Ternyata mereka sudah berkumpul di rumah Ibu. Ada di ada juga Mbak Feli, dan Dea. Apakah sengaja ingin mengeroyok diriku. Jangan ditanya raut wajah mereka. Seperti akan menerkamku bulat-bulat, terutama ibu yang tampak sangat marah dengan sorot matanya yang tajam ia menatapku."Apa yang kamu lakukan pada Farhan, kamu mulai mau mencari masalah? Kamu harus datang kerumah Mayang dan meminta maaf padanya!" ujar Ibu. Mayang Oh aku ingat dia adalah calon istri Farhan."Untuk apa aku meminta maaf padanya?" ujarku. "Tentu saja Mbak harus minta maaf dan jelaskan tentang masalah tadi!" timpal Farhan."Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya pada calon istrimu itu, jika memang pemilik toko itu adalah aku bukan kamu!" jawabku."Sekarang kamu sudah berani menjawab Kania. Apa salahnya kamu berbohong demi Farhan? Apakah kamu ingin membuat Farhan terlihat buruk didepan calon istrinya, mereka itu akan menikah. Dan kamu beraninya memecat Farhan!" ujar ibu mertua. "Hei Kania, kamu mau di ceraikan adikku!" hardik Mbak Feli.Bab 6"Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya pada calon istrimu itu, jika memang pemilik toko itu adalah aku bukan kamu!" jawabku."Sekarang kamu sudah berani menjawab Kania. Apa salahnya kamu berbohong demi Farhan? Apakah kamu ingin membuat Farhan terlihat buruk didepan calon istrinya, mereka itu akan menikah. Dan kamu beraninya memecat Farhan!" ujar ibu mertua. "Hei Kania, kamu mau di ceraikan adikku!" hardik Mbak Feli."Justru aku yang akan meminta cerai, jika kalian bersikap seperti ini padaku!" jawabku tanpa ragu.Mereka semua menatapku seakan tak percaya dengan ucapanku barusan. Aku justru ingin bercerai dari suamiku, karena telah mengetahui kebusukannya bersama keluarganya ini. "Istri durhaka macam apa kamu Kania? Ingin meminta cerai!" hardik Ibu mertua."Durhaka? Selama ini aku yang telah banyak membantu Mas Adnan, bahkan saudaranya aku beri pekerjaan." "Jadi kamu mau perhitungan? Itu sudah kewajiban seorang istri membantu suami. Harta milik bersama, tak ada ceritanya hart
"Kania, apa kamu mau menuntut kami begitu? Apa maksudmu?" ucap Ibu. Raut wajah Ibu seperti panik, mungkin dia tak menyangka jika menantunya yang penurut berubah seperti ini. Jangan mereka pikir aku bod*h, apalagi dengan membuat surat perjanjian karena aku tak ingin tertipu dengan mereka. Dan hal yang ku takutkan terjadi. Semua yang kulakukan berguna pada saatnya.***"Astagfirullah.. Menantu durhaka!" ujar Ibu sambil memegang dadanya."Ibu, kenapa?" tanya Mbak Feli panik dan mendekati ibu yang duduk disebelah Dea."Dada ibu sakit banget, enggak nyangka punya menantu sejahat ini!" ujar Ibu. "Cepat bawa Ibu ke kamar!" perintah Dea. Mbak Feli mengangguk kemudian dibantu dengan Farhan juga mereka membawa ibu mertua ke kamar. Ibu mertua terus memegangi dadanya dan seperti sedang sesak nafas. Aku yakin pasti itu hanya sandiwara ibu. Dia tidak punya riwayat penyakit jantung, baru saja mendengar perkataanku tadi sudah membuatnya sesak nafas. Apalagi nanti aku menagihnya dan benar mengusir
PoV (3)"Aku minta cerai Mas!" ucap Kania tegas tanpa keraguan. Penghianatan ini sudah membuatnya sakit, bagaimana rasanya di manfaatkan. Hancur harapan Kania. Selama ini menerima sikap keluarga suaminya, karena Adnan berbeda tapi nyatanya dia sama saja bahkan lebih busuk karena kembali pada mantan istrinya. "Kania, aku tidak akan mau menceraikanmu! Apa yang merasukimu, sehingga ingin bercerai? Apa kamu mempunyai selingkuhan!" Adnan menatap Kania tajam. "Selingkuh? Bukankah kamu yang berselingkuh! Ngaca Mas, seperti apa perbuatanmu!" sahut Kania. Apakah Adnan akan playing victim. "Aku selingkuh dengan siapa, jangan menuduhku ya Kania!" Adnan menunjuk wajah istrinya dan mendekat, raut wajahnya sangat marah.Kania tak habis pikir. Adnan sekarang bahkan sudah menunjukkan sikap kasar pada dirinya. "Ini apa Mas, jangan mengelak lagi!" Kania menunjukkan layar ponsel pada Adnan. Foto bertiga Adnan dengan anak dan mantan istrinya ada pada Kania.Adnan memicingkan matanya, untuk melihat a
Bab 9"Cukup Mbak, jangan marah. Ini urusanku dengan Kania bukan kalian!" ujar dan menghentikan aksi Herlin yang memaki dirinya. "Tentu saja ini menjadi urusanku! Karena kamu telah menyakiti adikku, dan kamu juga telah berani meminjam barangku untuk menyenangkan mantan istrimu itu. Kamu memang picik Adnan pria yang tidak tahu diri!" usai berkata seperti itu Herlin meninggalkan rumah Kania.Mendengar respon dari Adnan membuat Herlin semakin kesal. Sudah berani berselingkuh menumpang hidup dan sekarang bicara jika itu bukan urusannya, bagaimana Herlin ikut memikirkan keadaan Kania mendapatkan suami benalu. **Pagi itu Bu Sani sudah bersiap untuk pergi membeli perhiasan dan juga barang lain untuk menjadi seserahan. Ketika nanti Farhan melamar Mayang.Bu Sani masuk ke dalam kamar Farhan yang pintu nya terbuka. "Farhan ibu akan pergi dengan Mbak Kemala, untuk membeli seserahanmu nanti di saat acara lamaran. Berikan uangnya pada ibu, biar ibu yang memilihkannya apa saja yang akan kita
Bab 10 Bu Sani datang ke rumah Adnan. Ia ingin menemui Kania untuk meminta uang acara lamaran Farhan."Kania sedang tidak di rumah Bu," ujar Adnan ketika Bu Sani sudah duduk di sofa."Memangnya kemana istrimu itu? Kenapa kamu tidak bilang jika dia tidak di rumah, Ibu sudah capek datang kemari!" gerutu Bu Sani."Kania juga perginya buru-buru dan nggak pamit sama aku,""Harusnya kamu cegah Adnan, jika istrimu itu ingin pergi. Bilang jika Ibu mau datang kemari terus gimana ini! Ibu sudah datang, cepatlah kamu telepon Kania suruh dia pulang. Ibu lihat Kania semakin kurang aj*r ya sama kamu, pergi pun gak pamit sama suami kemarin berkata kasar sama ibu. Bagaimana cara kamu mendidik istrimu itu? Harusnya kamu nasehati dia untuk bersikap sopan pada keluarga kita, jika pun ia cemburu pada Kemala tidak sepatutnya dia bersikap kasar. Jadi wanita itu harus bisa mengendalikan emosi! Apalagi kamu dan Kemala itu kan punya anak, seharusnya kan ia itu harus lebih mengerti!" ucap Bu Sani panjang leba
Bab 11"Kania itu sedang ada urusan bukan keluyuran gak jelas. Lah ini kan Mantan istrinya Adnan! Kenapa kalian bersama?" tanya Bu Nayla. Bu Sani langsung merasa canggung ketika Bu Nayla bertanya seperti itu padanya."Akrab ya sama mantan menantu, sama menantu sendiri di jelek-jelekin!" sindir Bu Nayla."Aku hanya bertemu cucuku, memangnya salah. Kenapa nyinyir seperti ini, biasa aja melihat cucu kesayanganku!" ujar Bu Sani sinis."Cucu kesayangan?" ucap Bu Nayla dan menatap kearah Cila. Ia mendekati gadis kecil itu."Nama kamu siapa? Anaknya ayah Adnan ya, ini saudara tiri kamu namanya Riko." ujar Bu Nayla pada Cila dan mengambil 2 kursi untuk ia dan Riko duduk. Mereka berhadapan dengan Kemala dan Cila.Sedangkan Bu Sani tak bisa mencegah, dia hanya bisa berdiri memperhatikan apa yang akan di lakukan oleh besannya itu. Bu Sani khawatir, jika besannya berulah dan mempermalukan dirinya dan Kemala."Tapi kata Bunda, Riko itu bukan saudaraku!" jawab Cila menatap Kemala dengan polos."Ka
Bab 12Kania malam itu pergi menjemput Riko. Namun putranya sudah terlelap. Riko sangat betah bersama neneknya, dan sangat dekat."Riko bilang, dia masih mau disini. Biarkan dulu dia bersama Mama. Lebih baik kamu selesaikan masalah dengan Adnan, Mama juga senang gak kesepian kalau ada Riko," ujar Bu Nayla. Ia mencegah Kania membawa Riko karena cucunya juga masih ingin disana."Nanti merepotkan Mama, besok Mama ada acara arisan kan?" tanya Kania. Ia juga tak mau merepotkan Mamanya."Sama sekali Mama tidak merasa repot, Mama besok akan ajak Riko.""Kania, kamu jangan lupa jaga kesehatan. Ibu takut kamu sakit karena terlalu memikirkan masalah ini," ujar Bu Nayla kembali. Ia khawatir pada putrinya. "Mama jangan khawatir, bahkan hari ini Kania abis dari salon bersama Della. Rasanya percuma berlarut meratapi keadaan, Mas Adnan saja tak memikirkan bagaimana perasaanku," jawab Kania.Bu Nayla merasa cukup lega. Karena Kania sudah bisa tersenyum lagi, dan berani bertindak tegas atas perlakuan
Bab 13Kania menyunggingkan senyum menatap suaminya dan Kemala. "Ada apa kalian masuk kemari, tanpa permisi!" ujar Adnan melawan kegugupan yang ia rasakan."Karena kami mendapat laporan dari Bu Kania, Pak Adnan telah membawa mantan istri Bapak kerumah ini, tanpa melapor pada saya. Tamu lebih dari dua puluh empat jam wajib lapor," jelas Pak RT yang bernama Dimas."Lihat Pak RT, suami saya gak cuma membawa mantan istrinya kemari. Tapi juga mau menidurinya, sungguh tak bermoral!" cerca Kania.Farhan ikut masuk kedalam kamar tadi, ia juga tak menyangka akan di suguhkan pemandangan seperti itu. Ternyata Adnan cukup berani juga, berani memeluk dan bermesraan dengan Kemala di rumah ini."Bahkan di atas tempat tidur ada anak mereka, sangat menjijikkan perbuatan kalian!" ucapan Kania semakin membuat panas suasana. Cila masih tertidur, karena mereka tidak bersuara dengan keras. Mereka semua keluar dari kamar, tapi sebelum itu Kania sempat memotret Adnan dan Kemala.***"Pak RT dan bapak-bapa
Adnan tak mengizinkan mantan Ibu mertuanya dan Sarah untuk membawa Cilla, sama saja mereka memanfaatkan Cilla untuk memaksa Adnan memberi uang pada Kemala setiap bulan."Kami yang akan mengurus Cilla. Kemala berhak karena dia ibunya, kami dulu hanya menitipkan dia," kekeh Bu Dona yang tetap akan membawa Cilla. "Banyak alasan, aku tahu apa maksud kalian. Pasti ingin agar aku mengirim uang setiap bulan pada Kemala kan, karena kalian sudah tidak punya uang lagi. Aku tidak akan membiarkan Cilla, dibawa oleh kalian. Dia tetap akan di sini tinggal bersamaku, aku tidak mau lagi dimanfaatkan oleh Kemala, harusnya Ibu bilang pada putrimu itu suruh dia bertaubat sudah banyak dosa yang ia lakukan membuat rumah tanggaku hancur dan juga kakakku. Itulah akibatnya menjadi wanita murah*n!" cerca Adnan pada mereka. "Lancang mulutmu Adnan, jangan pernah menghina Kemala. Ia sekarang sedang sakit," ujar Bu Dona matanya melotot memarahi Adnan karena telah menghina putrinya. "Bagus dia sakit, itu huku
PoV AdnanHampir 6 bulan sudah aku menikah dengan Asti. Tak ada perubahan dari istriku itu, dia semakin liar, pulang pagi dan tak peduli dengan bayi ini. Ibu datang ke rumah bersama Mbak Feli. Aku yang meminta mereka datang, karena kewalahan mengurus Cilla dan Fano. Ingin mendapatkan kerja, justru malah menjadi baby sitter untuk bayi Asti. Bapak mertua juga tak ada kejelasan, untuk memberiku pekerjaan."Istrimu kemana?" tanya Ibu dan duduk di sofa. "Sudah 4 hari ini Asti, gak pulang, Bu!" jawabku. Memang entah kemana Asti. Biasanya ia akan pulang pagi jam 3/4 dinihari tapi sekarang sudah 4 hari tak pulang, juga tidak mengabari. Aku mencoba menelpon tapi sepertinya nomorku telah di blokir olehnya. "Lihat nih!" Mbak Feli menunjukkan layar ponselnya. Di situ jelas akun fesbuk Asti yang berfoto bersama teman-temannya, sedangkan ada foto ia dirangkul oleh seorang pria muda. "Healah Asti ni ternyata gemblung! Udah punya suami, malah foto begitu sama pria lain! Adnan, kamu ceraikan sajal
PoV AdnanHampir 6 bulan sudah aku menikah dengan Asti. Tak ada perubahan dari istriku itu, dia semakin liar, pulang pagi dan tak peduli dengan bayi ini. Ibu datang ke rumah bersama Mbak Feli. Aku yang meminta mereka datang, karena kewalahan mengurus Cilla dan Fano. Ingin mendapatkan kerja, justru malah menjadi baby sitter untuk bayi Asti. Bapak mertua juga tak ada kejelasan, untuk memberiku pekerjaan."Istrimu kemana?" tanya Ibu dan duduk di sofa. "Sudah 4 hari ini Asti, gak pulang, Bu!" jawabku. Memang entah kemana Asti. Biasanya ia akan pulang pagi jam 3/4 dinihari tapi sekarang sudah 4 hari tak pulang, juga tidak mengabari. Aku mencoba menelpon tapi sepertinya nomorku telah di blokir olehnya. "Lihat nih!" Mbak Feli menunjukkan layar ponselnya. Di situ jelas akun fesbuk Asti yang berfoto bersama teman-temannya, sedangkan ada foto ia dirangkul oleh seorang pria muda. "Healah Asti ni ternyata gemblung! Udah punya suami, malah foto begitu sama pria lain! Adnan, kamu ceraikan sajal
PoV AdnanAsti meringis tampak menahan sakit. "Kita ke kamar saja, kamu kesakitan," aku mengajak Asti untuk pergi ke kamar dan meninggalkan pelaminan. "Sakit banget, Mas!" rintih Asti. "Kamu mau melahirkan mungkin As, ini sama seperti mantan istriku dulu saat ia kontraksi. Apa kamu sudah hamil 9 bulan?" aku benar-benar penasaran dengan usia kandungannya. "Iya mungkin, Mas!" jawabnya sambil terus berjalan perlahan menuju kamar."Kok mungkin? Kan kamu yang hamil pasti tahu lah!" aku menutup pintu saat kami berada di dalam kamar. Pak Lurah bilang jika putrinya hamil 4 minggu, waduh pas acara resepsi malah mau melahirkan, buat malu saja Asti ini. Jika memang benar dia akan melahirkan sama saja tak menutup aib. Yang penting aku sudah menerima uang dari Pak Lurah, tapi jika begini namaku juga yang ikut tercoreng dan di duga yang telah menghamili Asti."Asti..!" pintu di gedor terdengar suara Ibu Asti yang kini menjadi ibu mertuaku. Aku membuka pintu. "Ada apa dengan kalian, kenapa mal
PoV AdnanJika dengan cara baik-baik Kania tak bisa di ajak bekerja sama, maka jangan salahkan aku jika cara memaksa bisa membawa Riko. Ia pasti ada di rumah Mama Nayla. Mbak Feli bilang, jika putraku sering di rumah Neneknya karena Kania mengurus usahanya. Kania dengan angkuh pergi menggunakan mobilnya, wanita keras kepala yang selalu merendahkan aku. Akan ku balas perbuatanmu, karenamu harga diriku terinjak-injak. **"Adnan?" ucap Kania mantan Mama mertuaku. Matanya membulat terlihat jelas ia kaget dengan kehadiranku di rumahnya. "Ma, aku ke sini mau menemui, Riko anakku!" ujarku menyampaikan maksud tujuan. Dan tetap memanggilnya Mama. Ia tampak ragu dan tersenyum kecut. "Sebentar, Mama panggilkan Riko," perempuan paro baya itu berlalu kembali masuk ke dalam rumah. Aku akan mengajak Riko. 3 hari lagi pernikahanku dan Asti akan berlangsung, dia harus mengenal calon Ibu tirinya. Tak lama Mama Nayla kembali bersama Riko."Itu Ayah, mau bertemu kamu," tukas Mama Nayla menunjuk aga
PoV KaniaMas Adnan datang kembali hanya ingin mengatakan ingin menikah, sungguh berita yang tidak penting bagiku. Awalnya aku masih bisa menanggapi biasa saja, tapi emosiku naik karena ia berkata akan meminta hak asuh Riko. Bahkan membiarkan Riko satu hari saja dengan Ayahnya aku tak sudi. Katakan aku jahat, memisahkan putraku dari Ayah kandungnya, tapi setiap manusia mempunyai sisi jahat bukan? Terlebih aku yang sudah di sakiti atas perbuatan Mas Adnan. Dia memang tidak peka atau tak punya ot*k untuk berpikir, perbuatan nya juga menyakiti anak kami. Anak korban perceraian itu berhak tinggal bersama ibunya. Apalagi kamu mempunyai skandal sebelum bercerai. Kamu tidak akan bisa menuntutku Mas, aku masih punya banyak bukti perselingkuhanmu dengan Kemala dulu jadi jangan mengancam!" "Aku tetap akan membawa Riko!" ujar Mas Adnan kekeh."Tidak akan pernah aku mengizinkan Riko, untuk ikut bersamamu. Bahkan satu hari saja aku tak sudi mengizinkannya!" ucapku menolak mentah-mentah keingina
POV Adnan"Jika kamu mau menikah dengan Asti, saya akan berikan 20 juta," ujar Pak Karman Bapak Asti yang seorang Lurah di daerah tempat tinggalku."Cuma 20 juta? Sedangkan anak Bapak itu sudah Hamil, kecuali jika dia perawan. Apa untungnya saya menikahi dia," ucapku ingin memancing Pak Karman memberi lebih dari 20 juta. Enak saja hanya segitu, anaknya sudah bunting memang sih dia cantik. "Kamu mau apa, Adnan. Katakan!" "Saya mau kerja Pak, di kantor lurah. Biar tiap hari pakai seragam, masa seorang mantu Lurah nganggur!" ini kesempatanku untuk meminta pekerjaan. Jika aku kerja di kantor Lurah, dan menggunakan seragam bisa menaikkan derajatku di mata Kania. Pasti dia menyesal telah meminta cerai, dan aku bisa membalas perlakuannya. Asti cantik, juga muda bisa membuatku kaya. Usiannya juga masih sangat muda 18 tahun, baru lulus SMA tahun ini. Hampir seumuran dengan Dea adikku. "Tapi kamu itu hanya lulusan SMA, bukan?" Pak Karman bertanya, ia seperti ragu ingin menyanggupi permintaa
PoV (3)Kemala kembali ke rumah Erwin. Usai 3 minggu ia berada di rumah sakit, tapi rumah Erwin terkunci dari luar seperti tidak ada penghuni." Bagaimana nih, suamimu tak ada di rumah!" ujar Bu Dona ketika mereka tidak bisa masuk ke dalam rumah."Aku tidak tahu Bu, Mas Erwin juga memblokir nomorku," ucap Kemala menghela nafas. "Lantas kita mau pergi kemana?" tukas Bu Dona khawatir. "Ada urusan apa kau datang kemari lagi!" Kemala menoleh ke belakang, ternyata suara itu berasal dari mertuanya yang sudah berdiri di belakangnya. Bu Rubi berjalan menghampiri Kemala."Jangan harap kamu bisa tinggal di rumah ini lagi, pergi! Erwin sudah menceraikanmu, masih punya muka kamu untuk datang lagi!" Bu Rubi sangat marah saat melihat Kemala kembali, mantan menantunya itu sudah mencoreng nama baiknya hampir satu minggu lebih ia menjadi gunjingan oleh semua warga di sekitar. Bahkan beberapa orang menjauhi keluarga-nya karena masalah ini. "Wanita murahan kamu, telah menyakiti mas Erwin! Rasakan k
PoV (3)"Wajahku..!" Kemala menangis dan meraung meratapi wajahnya kini penuh dengan luka lebam dan juga bekas luka dari serpihan kaca yang menembus kulit wajah yang mulus. Kemala menangis hampir tak bersuara saking histerisnya. Ia seperti tak punya kekuatan lagi untuk berteriak."Nikmati wajahmu yang buruk rupa itu! Siapa yang mau denganmu, mereka akan jijik melihat raut wajahmu dasar pelac*r!" hina Erwin yang terlihat bahagia melihat kesakitan Kemala dan penderitaannya."Semua ini masih bisa sembuh, aku tidak akan cacat seumur hidup!" ucap Kemala lirih."Tak perlu kau tangisi, karena kamu memang pantas mendapatkan semua ini sundal. Aku bahkan tak perlu mengotori tanganku sendiri sehingga bisa membuatku masuk penjara untuk menghancurkanmu. Kecelakaan dan musibah yang kamu hadapi adalah anugerah bagiku, tapi aku belum bahagia melihatmu seperti ini. Aku ingin kamu lebih hancur lagi!" Erwin justru menekan wajah Kemala dengan tangannya."Singkirkan tanganmu, wajahku terasa sakit!" Kema