“Selamat Bu Ivana, anda positif hamil. Usia kandungan anda saat ini adalah lima minggu. Saya akan memberikan beberapa resep untuk kandungan anda, termasuk multivitamin,” ujar dokter wanita itu yang sangat ramah. Ivana tetap diam tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar hal itu. Ternyata dia benar-benar mengandung anak dari Arsenio, mantan suaminya. Dan Ivana yakin terakhir kali dia dan Arsenio melakukannya di vila Arsenio dan pria itu memperlakukannya dengan sangat kasar. Seingat Ivana, itulah terakhir mereka melakukan hubungan intim. “Apa anda datang sendiri? Suami anda tidak menemani?” tanya dokter yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya dan Ivana hanya menjawab dengan senyuman kecil. “Apa hasil usgnya mau saya bungkus dan diberi bingkai? Biasanya para ibu yang baru mengetahui kehamilannya, ingin memberi kejutan pada suaminya. Apa anda akan melakukannya juga?” tanya Dokter yang Bernama Aren. “Tidak perlu, Dokter.” Ivana hanya menj
Ivana menginjakkan kakinya di pasir putih pesisir Pantai, merasakan butiran-butiran lembut yang hangat di bawah telapak kakinya, sambil tatapannya tertuju pada pemandangan indah yang terhampar di depannya. Lautan luas berkilauan di bawah sinar matahari, menyuguhkan nuansa biru yang menenteramkan tetapi juga anggun, sementara gelombang yang berirama lembut menabrak bebatuan di tepi, menciptakan suara yang seolah merupakan melodi penyejuk.Hembusan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, menyeret rambutnya yang panjang dan indah melambai-lambai, menambah suasana yang seharusnya membawa kedamaian dan kebahagiaan. Namun, di balik fenomena alam yang menakjubkan ini, di dalam relung hatinya, rasa sakit yang menggerogoti tidak kunjung mereda. Kenangan-kenangan yang menyayat dan emosi yang menyakitkan terus membelenggu jiwanya, seolah menciptakan jembatan antara keindahan luar dan derita batin yang mengintai.Meskipun keindahan pantai dan segala pesonanya seharusnya bisa menyegarkan pik
“Jadi, bagaimana kabarmu, Arsen?” tanya Grasella yang kini mereka berdua sudah duduk berhadapan. “Seperti yang kamu lihat,” jawab Arsen. “Aku cukup terkejut melihatmu datang. Kupikir Elmer yang akan datang.” “Kenapa? Apa kamu keberatan karena aku yang datang?” tanya Grasella tersenyum dan duduk dengan anggun. “Ya, sedikit,” jawab Arsen. “Aku yang sekarang memimpin RL Group Company,” ucap Grasella. “Oh, kamu?” tanya Arsenio cukup terkejut. Seingatnya, Grasella adalah wanita manja yang suka berfoya-foya, seenaknya dan tidak peduli dengan pekerjaan. “Setidaknya sekarang aku sudah dewasa,” jawab Grasella tersenyum merekah. "Ya, kelihatan. Kamu terlihat seperti wanita elegan dan anggun,” puji Arsen membuat wanita itu merona di sana. “Benarkah? Jadi, sebenarnya seperti ini, kan, tipe wanitamu?” tanya Grasella. “Kita bertemu sekarang ini, tentu bukan untuk membahas tipe ideal wanitaku, kan?”
“Bagaimana? Apa keluarga Rylee menyetujui kerja sama ini?” tanya Cedric menuangkan air pada gelasnya dan meneguknya perlahan. Saat ini, mereka berada di ruang kerja Arsen yang ada di mansion. Di ruangan itu juga, selain Arsen dan Cedric, ada Doly yang sedang duduk tenang dengan menikmati kopinya. “Ya, mereka menerima. Mungkin lebih tepatnya Grasella,” jawab Arsen. “Wah, ternyata benar kalau posisi wakil CEO di Rylee sekarang dipegang oleh Grasella,” ucap Cedric. “Ya, dan sepertinya Elmer tidak akan menangani proyek ini, karena Grasella yang bertanggung jawab,” jawab Arsen. “Bukankah sudah jelas. Si wanita manja itu masih menginginkan kembali padamu,” ujar Doly yang sejak tadi diam. “Sepertinya begitu,” jawab Arsen yang hanya sibuk dengan laptop di hadapannya.“Jadi, apa kamu akan memanfaatkannya dengan kembali lagi pada si cewek manja itu?” tanya Doly.“Aku tidak tertarik untuk kembali padanya,” jawab Arsen.“Jadi kamu berniat menjalani misi ini dengan menjadikannya rekan kerja
Dua Bulan Kemudian… Ivana menatap pantulan dirinya di cermin. Dia memang terlihat cantik dan elegan dengan gaun hitam yang pas di badan, seolah-olah dirancang khusus untuknya. Rambutnya yang tertata rapi menambah kesan anggun, menggantung lembut di bahunya dan memberi sedikit sentuhan glamor yang tidak berlebihan. Makeup-nya pun sempurna, riasan di wajahnya bikin kulitnya terlihat segar dan bercahaya tanpa kesan menor. Namun, sambil terus mematutkan diri, pandangannya berpindah ke bagian perutnya yang mulai terlihat, tanda bahwa usia kandungannya sudah masuk bulan ke empat.Rasa bahagia sekaligus bergetar menyelimuti hatinya, saat dia membayangkan akan segera menjadi seorang ibu. Dia tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana rasanya memegang si kecil, saat si bayi sudah tumbuh dewasa dengan tatapan yang sama cantiknya. Tetapi di sisi lain pun, dia khawatir. Dia khawatir, dia tidak bisa menjaga kandungannya dengan baik. Sejauh ini, dia masih ingin menyembunyikan ke
“Kamu sudah pulang, Ivana? Bagaimana pestanya?” tanya Joseph yang sejak Ivana bercerai dengan Arsen, sosok Ayah itu semakin perhatian dan tidak pernah mengabaikan Ivana sedikitpun. Apalagi saat tau Ivana sedang mengandung. “Pestanya?” Ivana menjawab dengan suara lirih. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Joseph menatap Ivana dengan penuh khawatir. “Tidak, Ayah. Semuanya baik-baik saja, aku hanya kelelahan. Aku akan pergi ke kamarku,” ujar Ivana berlalu pergi meninggalkan Joseph dari sana. Ivana berusaha mengabaikan semua pikirannya yang terus memikirkan Arsen. Dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah mandi beberapa saat, dia menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel, dia menuangkan toner untuk wajah sebelum tidur dan menepuk perlahan wajahnya, dan pikirannya kembali melalang buana pada sosok pria yang jauh lebih menawan dan sangat dirindukannya sejak dua bulan terakhir ini. Ivana menghela nap
Ting! Kedua mata Ivana melebar saat melihat sosok Arsen yang ada di dalam lift yang datang dari basement. Di sana hanya ada Ivana sendiri, tidak ada yang lain. “Apa kamu tidak jadi masuk?” tanya Arsen menyadarkan keterpakuan Ivana di sana. “Aku akan masuk,” jawab Ivana dan berjalan masuk ke dalam lift. Saat itu pintu lift kembali tertutup rapat, di dalam ruangan itu hanya ada Ivana dan Arsen dengan situasi yang sangat canggung. “Aku tidak ingat kalau ada janji atau urusan dengan Tuan Arsen,” sindir Ivana karena saat ini Arsen datang ke kantornya. “Aku ada janji bertemu dengan Berry, General Manager,” jawab Arsen dan Ivana memutuskan diam di sana sambil memegang blezernya menutupi area perutnya. “Wajahmu terlihat pucat dan suaramu serak. Apa kamu sedang sakit?” tanya Arsen. “Saya baik-baik saja,” jawab Ivana memalingkan wajahnya. “Benarkah?” Degh! “Apa yang kamu lakuk
“Anda memanggil saya, Bu Ivana?” tanya Berry yang masuk ke dalam ruangan Ivana. “Duduklah, Pak Berry. Ada hal yang ingin saya tanyakan pada anda,” ujar Ivana. Berry yang merupakan General Managerpun duduk di sofa, dan Ivana berpindah duduk ke sofa. Kini mereka duduk berhadapan dengan Berry. “Apa yang ingin anda tanyakan pada saya, Bu Ivana?” tanya Berry duduk dengan tenang. Berry memang cukup dekat dengan Arsen saat Arsen masih bekerja di Perusahaan ini. Berry bukan tipe orang yang akan mengkhianati atau melakukan kecurangan di perusahaan. Setau Ivana, sudah 10 tahun Berry bekerja di perusahaan ini yang awalnya hanya seorang manager hingga Joseph memberinya kepercayaan dan menjadikannya sebagai General Manager. Ivana yakin, Berry tidak mungkin membantu Arsen untuk menghancurkan perusahaan tempatnya bekerja selama 10 tahun ini. "Bu Ivana?" panggil Berry membuyarkan lamunan Ivana. “Aku akan langsung ke intinya. Kemarin Arseni