“Kamu sudah pulang, Ivana? Bagaimana pestanya?” tanya Joseph yang sejak Ivana bercerai dengan Arsen, sosok Ayah itu semakin perhatian dan tidak pernah mengabaikan Ivana sedikitpun. Apalagi saat tau Ivana sedang mengandung. “Pestanya?” Ivana menjawab dengan suara lirih. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Joseph menatap Ivana dengan penuh khawatir. “Tidak, Ayah. Semuanya baik-baik saja, aku hanya kelelahan. Aku akan pergi ke kamarku,” ujar Ivana berlalu pergi meninggalkan Joseph dari sana. Ivana berusaha mengabaikan semua pikirannya yang terus memikirkan Arsen. Dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah mandi beberapa saat, dia menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel, dia menuangkan toner untuk wajah sebelum tidur dan menepuk perlahan wajahnya, dan pikirannya kembali melalang buana pada sosok pria yang jauh lebih menawan dan sangat dirindukannya sejak dua bulan terakhir ini. Ivana menghela nap
Ting! Kedua mata Ivana melebar saat melihat sosok Arsen yang ada di dalam lift yang datang dari basement. Di sana hanya ada Ivana sendiri, tidak ada yang lain. “Apa kamu tidak jadi masuk?” tanya Arsen menyadarkan keterpakuan Ivana di sana. “Aku akan masuk,” jawab Ivana dan berjalan masuk ke dalam lift. Saat itu pintu lift kembali tertutup rapat, di dalam ruangan itu hanya ada Ivana dan Arsen dengan situasi yang sangat canggung. “Aku tidak ingat kalau ada janji atau urusan dengan Tuan Arsen,” sindir Ivana karena saat ini Arsen datang ke kantornya. “Aku ada janji bertemu dengan Berry, General Manager,” jawab Arsen dan Ivana memutuskan diam di sana sambil memegang blezernya menutupi area perutnya. “Wajahmu terlihat pucat dan suaramu serak. Apa kamu sedang sakit?” tanya Arsen. “Saya baik-baik saja,” jawab Ivana memalingkan wajahnya. “Benarkah?” Degh! “Apa yang kamu lakuk
“Anda memanggil saya, Bu Ivana?” tanya Berry yang masuk ke dalam ruangan Ivana. “Duduklah, Pak Berry. Ada hal yang ingin saya tanyakan pada anda,” ujar Ivana. Berry yang merupakan General Managerpun duduk di sofa, dan Ivana berpindah duduk ke sofa. Kini mereka duduk berhadapan dengan Berry. “Apa yang ingin anda tanyakan pada saya, Bu Ivana?” tanya Berry duduk dengan tenang. Berry memang cukup dekat dengan Arsen saat Arsen masih bekerja di Perusahaan ini. Berry bukan tipe orang yang akan mengkhianati atau melakukan kecurangan di perusahaan. Setau Ivana, sudah 10 tahun Berry bekerja di perusahaan ini yang awalnya hanya seorang manager hingga Joseph memberinya kepercayaan dan menjadikannya sebagai General Manager. Ivana yakin, Berry tidak mungkin membantu Arsen untuk menghancurkan perusahaan tempatnya bekerja selama 10 tahun ini. "Bu Ivana?" panggil Berry membuyarkan lamunan Ivana. “Aku akan langsung ke intinya. Kemarin Arseni
“Apa maksud kamu dengan kehidupan kedua, Ivana? Ayah sangat tidak memahaminya,” tanya Joseph menatap putrinya dengan tatapan penuh kebingungan. “Aku tidak tau bagaimana menjelaskannya, anggap saja kalau aku tidak pernah mengatakannya, Ayah,” ujar Ivana menghela napasnya. “Untuk sesaat aku emosi dan tidak bisa mengendalikannya karena mengetahui fakta saham yang dimiliki Arsen di perusahaan.” “Kamu terus menyembunyikan banyak hal dari Ayahmu ini. Alasan kamu menggugat cerai Arsen juga, sampai sekarang Ayah masih belum tau. Padahal sudah dua bulan berlalu,” ujar Joseph membuat Ivana terdiam. “Ngomong-ngomong apa kamu masih menyimpan kalung pemberian mendiang ibumu?” tanya Joseph membuat Ivana mengernyitkan dahinya. “Kalung mendiang Mama?” “Ya, apa kamu masih menyimpannya?” tanya Joseph. “Aku selalu membawanya,” ujar Ivana merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. “Ayah bilang aku harus selalu memakainya, tetapi karena m
“Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya Ivana, saat ini, terbaring dengan tenang di ruang pemeriksaan, sementara dokter dengan hati-hati menggerakkan alat ultrasonografi yang menempel pada perutnya yang semakin buncit.Proses ini bertujuan untuk memantau perkembangan janin yang tengah tumbuh dalam kandungannya. Di layar monitor di depan dokter, gambaran jelas dari janin mulai tampak, memberikan informasi berharga mengenai kesehatan dan pertumbuhan sang bayi.“Kondisi janin begitu sehat dan semakin aktif. Apa anda sering merasakan pergerakannya, Bu Ivana?” tanya Dokter bernama Raya.“Iya, Dokter. Sesekali saya sering merasakan pergerakannya, dan terkadang itu membuat saya terkejut,” jawab Ivana tersenyum merekah menatap ke arah monitor. Dia merasa tidak sabar untuk segera bertemu dengan calon anaknya itu.Raya menatap Ivana dengan penuh perhatian, merasakan gelora simpati yang mendalam. Merenungkan perjuangan Ivana yang selama ini harus berjuang sendirian menghadapi masa ngidamnya serta men
Seperti yang telah direncanakan secara matang, hari ini Ivana mengadakan rapat besar-besaran yang meliputi seluruh pemegang saham perusahaan Clover, yang berlangsung di ruang rapat yang luas dan dilengkapi dengan fasilitas modern. Semua pemegang saham yang terhormat sudah berkumpul, menciptakan atmosfer formal namun penuh antusiasme di antara para peserta.Ivana, yang telah ditunjuk sebagai pemimpin rapat, tiba dengan kehadiran ayahnya yang menjabat sebagai komisaris perusahaan, menambah bobot otoritas dalam pertemuan tersebut. Tak ketinggalan, paman Ivana, Freddy yang memiliki 10% saham juga hadir, menunjukkan komitmen dan kepeduliannya terhadap perkembangan perusahaan.Dengan percaya diri, Ivana membuka rapat dengan pernyataan, “Baiklah, kalau sudah hadir semuanya. Kita akan memulai meetingnya,” menandai awal dari diskusi yang diharapkan dapat menghasilkan keputusan strategis untuk masa depan Clover.Namun, suasana tenang itu tiba-tiba terganggu ketika pintu ruangan tiba-t
“Kenapa hanya diam saja? Berarti benar, itu anakku!” ujar Arsen menyandarkan punggungnya ke sandaran jok. “Kenapa kamu merahasiakannya?” “Aku tidak merahasiakannya, aku hanya merasa tidak perlu memberitahukannya padamu,” jawab Ivana masih memasang wajah dingin. “Ivana, terkadang aku tidak paham dengan sikapmu yang seperti ini. Aku hanya ingin bertanya, apa aku pernah menyakitimu? Apa aku pernah menduakanmu? Kurasa, aku tidak pernah melakukan semua itu, lalu kenapa kamu bersikap kejam seperti ini padaku?” tanya Arsen menghela napasnya. “Tidak ada yang berbuat kejam. Aku hanya merasa tidak perlu lagi berhubungan dengan pria yang sudah menjadi masa laluku,” jawab Ivana. “Tapi ada anakku!” pekik Arsen yang kali ini tidak bisa menahan emosinya melihat kea rah Ivana. “Lalu kenapa?” tanya Ivana menoleh kea rah Arsen. “Anak ini akan selalu bersamaku.” “Aku ayahnya, aku berhak memilikinya,” jawab Arsen. “Aku ibunya, aku yang
“Aku memang tidak gampang untuk jatuh cinta dengan seseorang, tetapi sekalinya aku jatuh cinta, aku akan jatuh sejatuh-jatuhnya. Seperti sekarang yang aku alami, aku yang sangat lemah dan jatuh sampai tersungkur karena rasa yang namanya cinta,” batin Ivana termenung di dalam kamarnya dan tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak menangis di sana. Ivana ingat, beberapa bulan lalu, saat dirinya dan Arsen baru saja bercerai, Ivana meminta seseorang membereskan semua barang-barang milik Arsen. Dan saat itulah, Ivana menemukan obat kontrasepsi yang biasa dikonsumsi oleh pria. Arsen sudah menipunya dengan sangat sempurna. “Apa ini hal yang kamu inginkan, Arsen? Kamu ingin melihatku jatuh sejatuh-jatuhnya dan hidupku hancur. Sekuat tenaga aku menahan diriku, akhirnya, aku tidak sanggup bertahan dan melupakanmu. Kenapa kamu melakukan ini padaku, Arsen. Hikz…” Ivana hanya bisa terisak di sana, dengan hati yang hancur berkeping-keping. Ivana mengingat b