Jam sudah menunjukan pukul 21.00. Tak terasa sudah 2 jam lebih Gebriella menunggu Reyhan di ruangan itu. Namun, dia tetap optimis bahwa Reyhan tetap akan datang menemui dia.
"Hmmppp... Kak Rey?? Kenapa kamu lama sekali...?? Bahkan aku masih yakin bahwa kamu akan tetap datang malam ini, meskipun aku sudah menuggumu selama 2 jam lebih...," kata Gebriella sambil duduk melihat ke arah danau.
Hampa terasa saat melihat lilin yang begitu banyak menyala, kini mati di basahi hujan yang rintik rintik. Bahkan kembang merah yang bertaburan memancarkan wewangian, kini layu di tiup angin berhembus tanpa beraturan.
"Kak Rey... Kamu sungguh tega padaku..?? Kenapa kamu tidak mengabarkanku jika kamu tidak akan datang..." ucap Gebriella merintih pelan. Namun, Gebriella masih terus menunggunya.
Waktu sudah menunjukan pukul 23.00. Gebriella sedang berdiri, menyandarkan kepala bagian kiri di pintu yang tebuka. Mencoba menikmati namun tak dapat di nikmati... Dengan pandanga
Penasaran lanjutannya??? Jangan lupa berikan ☆ jika ceritanya kalian suka, agar aku tetap semangat menulis, seperti kalian yang selalu semangat juga membaca karyaku. Terimakasih bagi yang sudah memberikan ☆5 dan terimakasih juga untuk kalian yang sudah membaca ceritaku, semoga terhibur... Bye.. Bye...
Ayahnya Pevita menggedor gedor pintu sampai Pevita kebingungan, harus keluar atau tetap di dalam kamar. "Pevita!! Keluar kamu!! Dasar anak nggak tahu di untung!!! Bukannya kerja, malah malas malasan di kamar. Kelua....rrrr!!" Teriak Ayahnya Pevita di depan pintu kamar Pevita. Mendengar Ayah Pevita teriak, Vivi ibunya Pevita langsung naik ke atas menuju kamar Pevita. "Ada apa ini pa....???" Tanya Vivi dengan suara keras. "Kamu masih nanya ada apa?? Hah!!! Sini, kamu lihat ini, lihaaattt... Buka Pevita!!! Buka!!" Kata ayahnya Pevita menarik rambut Vivi dengan tangan kanan dan tangan kiri mengetuk ngetuk pintu seperti orang yang ingin merusak pintu. Ayahnya Pevita akhirnya mendobrak pintu kamar Pevita berkali kali sampai pintu kamar Pevitapun terbuka. Pevita yang melihat ayahnya gemetar bagaikan orang sakit yang sedang menggigil. Sedangkan Ibu Pevita dengan sekuat tenaga berusaha menahan ayahnya Pevita. Ayah pevita melemparkan tangan Vivi
Reyhan yang masih duduk di kursi goyangnya, baru saja terbangun karena merasa begitu lelah. Sedangkan Jhon, sudah membawa sepasang pakaian dan sepatu, serta sarapan untuk Reyhan. "Jhon, di mana handphoneku??' Tanya Reyhan pada Jhon. Jhon yang baru saja akan menjawab, tiba tiba di urungkan karena melihat Tuan Chriss yang datang bersama paraasistennya. "Hallo Tuan Gian, bagaimana kabarmu?? Oh, sepertinya Tuan Gian baru saja bangun??" Tanya Chriss, ayahnya Reyhan. "Halll, lloo... Ummpp...," ucap Reyhan terbata bata, penuh dengan kebingungan. Chriss memberikan kode dengan menggerakkan jari telunjuknya pada para asistennya agar keluar dari ruangan itu. Kini di dalam ruangan hanya ada Reyhan, Papinya, dan juga Jhon. "Papiii... Aku kangen, uhu', uhu'," kata Reyhan sambil menangis dan memeluk Papinya setelah sekian lama tidak bertemu. "Hahaha... Ternyata anak Papi masih sangat kecil. Benar nggak Jhon??" Ucap Chriss. "Iya
Di tempat show, begitu banyak artis dan juga para penonton yang sedang menggunjing Gebriella. Sementara Gebby's Lover's tidak ada satupun yang datang. Karena mereka tahu bahwa Gebriella tidak akan di undang di acara show Beauty Reech itu. "Eh, tadi kalian nggak lihat?? si tukang ganggu pacar orang datang juga loh??" "Iya... Ku pikir cuma aku doang yang lihat. Mau ngapain dia di sini?? Kan dia tidak di undang di acara Beauty Reech??" "Mau mengeluh sama Kepala Beauty Reech kali', biar di undang. Hahaha...". "Paling juga penampilannya biasa biasa saja?? Terlebih sekarang ini cicilannya begitu banyak. Dan yang ngontrak dia, cuma endorse dari pabrik biasa saja, bukan dari Brand terkenal. Pasti nggak ada uang buat beli gaun baru, bukan??" "Iya, benar apa kata kalian. Pikiranku juga sama seperti kalian, kita tunggu saja nanti." Para artis itu sibuk memfitnah Gebriella, sementara Lenia yang berada didalam satu ruangan dengan Gebriella, m
Gebriella di undang di acara Star Like lagi setelah masalah menimpahnya hampir setahun yang lalu. "Net, apakah menurutmu kita akan pergi kesana??" Tanya Gebriella. "Tentu saja kita akan menghadiri acara itu Geb, lagian direktur Star Like bukan Pak Arka Abimanyu lagi," jelasNeta. Gebriella baru mengetahui hal tersebut. Namun, setelah semuanya di jelaskan oleh Neta soal Arka Abimanyu adalah dalang di balik Video Gebriella yang telah di edit dan beredar saat di acara Star Like waktu itu, Gebriella merasa lebih tenang lagi. Namun, tetap saja Gebriella lebih berhati hati. Karena setiap kali acara di Star Like, pasti ada sesi tanya jawab yang menjebak para artisnya. Viktor dan teman temannya yang sedang berkunpul di rumah kontrakan Pingkan, sedang sibuk merencanakan hal buruk untuk Gebriella, agar Reyhan bisa keluar dari tempat persembunyiannya selama ini. "Hari ini , Gebby ada jadwal pergi ke acara Star Like. Apa kita akan bertindak sekarang
Reyhan begitu panik memikirkan Gebriella. Reyhan memilih untuk menghubungi teman temannya. Setelah menghubungi Vino dan Adi, mereka pergi ke gedung Star Like melihat Gebriella. Sampai disana, mereka langsung mencari Gebriella. "Permisi Pak, apakah bapak melihat teman artis saya?? Namanya Gebriella. "Tadi sebelum mati lampu, Nona Gebby sedang berada di atas panggung. Namun pas mati lampu, sempat kacau karena ada beberapa orang yang menerobos masuk dan naik ke atas panggung. Setelah itu, saya sudah tidak tahu lagi Tuan," jelas satpam kepada Vino dan Adi. Vino dan Adi langsung menelpon Reyhan. Reyhan yang mendengar penjelasan Vinopun merasa lebih panik lagi. Dia bahkan tidak fokus bekerja. Di pikirannya saat ini, hanyalah ingin pulang ke Kota Hunan karena takut ada sesuatu hal yang akan terjadi pada Gebriella. "Haiiii Reyhan... Upsss salah, Maksudku Gian. Kenapa keningmu mengkerut seperti itu?? Apakah kau ingin pulang bersamaku malam ini??" Tanya
Pagi ini cuacanya sangat cerah, Pevitapun sudah rapi dengan pakaian kerja. Sebelum berangkat kerja, Pevita masih minum susu khusus untuk ibu hamil buatan ibunya. Mereka hanya tinggal di kost yang kecil dengan ukuran kamar 3 x 5 (P x L). Namun, kehiupan Pevita dan ibunya terasa begitu bahagia tanpa tekanan. "Selamat pagi bu' Pevita..." ucap Bu' Rina, juga adalah karyawan perpustakan di SMA Mourbyen. "Selamat pagi juga Bu' Rina...," jawab Pevita. "Bu', Ibu' Pevita sudah membaca cerita dengan judul, "KISAHKU ADALAH SEBUAH PENANTIAN"?? Ceritanya sangat bagus. Aku sampai mengingat masa laluku, hahaha...,"Kata Bu' Rina kepada Pevita. "Oh yah?? Kalau di dengar dari cerita Bu'Rina, sepertinya seru, heheh... Oh iya, siapa penulisnya??" Tanya Pevita. "Sisi Puspita, dia berrrr...," kata Rina terputus dengan pertanyaan Pevita. "Sisi Puspita???" "Iya, Sisi Puspita nama penulis buku yang berjudul, "Kisahku Adalah Sebuah Penantian". Jawab Rin
Vivi tidak mengangkat telepon dari Pak Hartono, karena handphone Vivi tidak memakai nada dering. Vivi juga tidak sempat membuka layar handphonenya hari ini, sakin sibuknya dengan mengurus perlengkapan cucunya. ***** 1... 2... 3... Eksyen!! "Cut!! Cut!! Gebby, pas di tampar ekspresi kagetmu harus lebih terlihat lagi, oke???" Kata Sutradara kepada Pevita. Pipi Gebiella kini sangat merah dan sedang di kompres oleh Neta. Adegan itu sudah di lakukan sebanyak 4x. Harusnya bohong bohongan, namun lawan maennya malah melakukannya dengan benar seperti di sengaja oleh lawan mainnya yaitu, Tia. "Ayo, ayo... Kita mulai sekarang, cepat! Cepat!!" Kata Sutaradaranya mengingat cuaca yang mulai mendung. Gebriellah kini melakukan adegannya dengan sebaik baiknya, agar adegan itu tidak di ulang terus menerus. "Okeeehhh... Sangat bagus!! Kita break dulu. Besok sudah masuk di episode selanjutnya," kata Sutradaranya kepada semua orang yang ada disitu.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 AM. Jari jari Lenia terlihat begitu cepat mengetik keyboard komputernya. Dengan seriusnya dia membantu adiknya untuk mengatasi masalah perusahaan yang selama ini tidak pernah mempunyai saingan. Tiba tiba suara langkah kaki terdengar oleh Lenia yang sedang berada di ruangan kerjanya. Namun, hanya melihat layar handphone yang tersambung dengan cctv, Lenia sudah mengetahui siapa saja yang sedang menuju ruangan kerjanya. "Nona Levrawnch, saya sudah mencari tahu semampu saya. Namun, maafkan saya tidak bisa menemukan apa apa di sana," kata Bernand yang baru kali ini mengaku tidak bisa selama bekerja menjadi asisten pribadinya Lenia. Lenia mengerti karena dia juga tidak bisa menemukannya. "Siapkan tiket sekarang, kita akan berangkat ke Guardan untuk mengecek langsung bahkan ikut bekerja menangani masalah yang serius ini," kata Lenia. Penerbangan dari Kota Hunan ke Negara Guardan mencapai 5 jam. Kemungkinan mereka akan sampai di Negar