Bernand akhirnya di bawah oleh anak buah Bram ke kediaman Bram. Sementara Gandi yang melihat aksi Bram dan anak buahnya, langsung menelpon Lenia.
Lenia : "Hallo, Gan. Gimana??"
Gandi : "Gawat, Direktur Eliza. Bernand di bawah oleh Bram dan anak buahnya. Aku takut, mereka akan bertanya tanya soal keluarga Levrawnch Britama."
Lenia terkejut. Dia takut semua rahasianya akan di bongkar oleh Bernand pada Bram.
Lenia : "Cepat, cepat carikan aku topeng palsu, atau cari orang yang mirip denganku. Oh iya, kamu suruh satu orang untuk membuat makam Tuan Levrawnch Britama dengan makam palsu."
Gandi : "Baik Direktur Eliza."
Setelah obrolan terputus, Gandi meminta Rii untuk membuat makam palsu. Sedangkan dia sediri mencari orang yang wajahnya sedikit mirip dengan Lenia.
Tidak lama kemudian, Gandi menemukan orang yang mirip dengan Lenia. Gandi menyuruh Naura untuk memake up orang itu.
Meski Naura merasa heran dengan perintah Gandi, namu
Bernand terhipnotis dengan suara Rana. Dia berfikir bahwa suara Rana benar adalah suara anaknya, Yulia. "Dimana anakku??" Teriak Bernand pada Toro dan lainnya sehingga terdengar oleh Bram yang sedang duduk di kursi goyangnya. Bram yang mendengar suara Bernand baru tersadar kembali kalau Rana memang adalah anak Bernand dan juga Lenia. Sedangkan Yulia yang mendengar teriakan Bernand itu, tiba tiba merasa sakit dan pening di kepalanya. "Aduh, ada apa denganku?? Kenapa kepalaku sangat sakit seperti ini saat mendengar suara bapak bapak itu??" Kata Rana dengan wajahnya yang mengkerut akibat menahan sakit sambil memegang kepalanya sampai terjongkok. Bram yang melihat reaksi Rana, langsung berlari menghampiri Rana. Ranapun pingsan dan terjatuh di lantai. "Panggil dokter, panggil sekarang. Cepat!!" Teriak Bram sambil memegang Rana. "Cucuku, ada apa denganmu?? Apa yang kamu rasakan??" Tanya Bram dengan panik. Melihat Bram begitu
Mendengar Ayahnya cuma diam saja, Marsyalindapun mematikan teleponnya. "Ada apa dengan Papi? Apa Papi sedang ada masaalah??" Gumam Marsyalinda dalam hati. Lalu mencoba untuk mengirim pesan singkat pada Boby. "Apa Papi sedang ada masaalah di sana??" Boby, "Tidak ada Nona Marsya. Pak Bram hanya merasa sedikit panik saja karena Rana tiba tiba pingsan." Membaca jawaban pesan dari Boby, Marsyalinda merasa heran. Marsya akhirnya menanyakan semua yang terjadi di rumah, dan juga tentang keadaan keluarga Levrawnch Britama saat ini. Boby menceritakan semuanya kepada Marsyalinda tentang apa yang di tanyakan Marsyalinda padanya. "Apakah benar Papi sudah menyayangi Rana sebagai cucunya sendiri?? Dan buat apa aku menyiapkan semuanya selama ini, kalau ternyata keluarga Levrawnch Britama saja sudah menjadi gembel di jalanan?? Apa untungnya untukku jika aku melanjutkan semua yang aku rencanakan selama ini?" Gumam Marsyalinda pelan pada dirinya sendiri.
AMendung di malam hari. Terasa sepi duduk sendiri. Menikmati lampu gemerlap yang menyinari, disertai kendaraan yang tiada henti. Berjalan menuju tujuan tanpa berhenti, namun kini semua orang masih dengan hati yang saling menyakiti."Alangkah baiknya jika aku teteplah menjadi seorang gadis kecilnya Papi... Hanya fokus bermain dan tidak memikirkan tentang kehidupan yang fanatik dengan kebiasaan yang menyerupai... Papi, aku sungguh merindukanmu. Aku sangat capek melewati semua ini sendirian..." Kata Lenia pelan berdiri menatap dunia luar yang terlihat terang tapi hening.Lenia meneteskan air mata tanpa sepatah kata. Merasa merana dan sengsara... Lenia merasa dunia ini sangat tak adil baginya. Namun, dia tetap mencoba kuat meski emosi yang menyuat. Terlebih ketika Lenia menonton siaran, di mana keluarga mereka saat ini telah di katakan kelurga terkaya nomor satu di Kota Hunan, tapi saat ini menjadi gembel di masa kini.Lenia mengambil foto keluarganya, dan di pelukn
"Iya Direktur Eliza. Dia adalah putra tunggal dari pemilik Perusahaan Yozella." Balas Rii.Lenia diam tanpa berkata. Pintu mobilpun dibuka oleh Rii untuk memberikan akses jalan yang gampang pada Lenia.Lenia melangkahkan kakinya dengan suara pantofel yang di pakainya hingga kini mendekati putra tunggal pemilik perusahaan yang saat ini sedang di tunggu oleh banyaknya pemilik perusahaan demi mendapatkan tanda tangan kontrak darinya."Rii, kenapa di sana terlihat ada begitu banyak orang??" Tanya Lenia seketika menghentikan kaki panjangnya untuk melangkah."Mereka sedang menunggu tanda tangan kontrak dari pemilik perusahaan itu, Direktur Eliza." Jawab Rii pelan pada Lenia."Apakah dia begitu penting sehingga kita harus menunggu pemilik perusahaan itu sampai selesai makan??" Tanya Lenia lagi sambil melihat pundak lelaki pemilik perusahaan itu."Sesuai dengan yang saya dengar dari kedua asistennya bahwa, jika ada wanita, maka tidak perlu menunggu
Lenia benar benar kaget. Wajah Yusuf yang saat ini hanya berjarak 5 centi dengan wajahnya, membuat jantung Lenia berdetak sangat cepat dan tidak beraturan.Lenia kembali mengingat ingat wajah yang tertutup oleh masker itu. Hingga akhirnya Leniapun mengingatnya dan berkata dengan suara yang keras sehingga terdengar okeh sebagian yang makan di restoran itu. "Kamu Yusufff...???"Yusuf kaget dengan ekspresi Lenia yang menurutnya sedikit berlebihan."Abil, pindahkan semua pegunjung restoran ini ke restoran sebelah. Termasuk asisten Direktur Eliza, dan bayar semua makanan khas yang ada di restoran itu untuk mereka." Perintah Yusuf pada asistennya, Abil."Baik Tuan Muda Yoz, saya akan mengaturnya sekarang." Jawab Abil lalu segera melaksanakan tugas yang di perintahkan oleh direktur Yozella.5 menit Kemudian, semua orang yang ada di dalam restoran keluar semua, termasuk teman teman Reyhan yang merupakan pemilik perusahaan One B.Lenia merasa heran d
Rehyan menelpon kakaknya berkali kali. Tapi tidak mendapatkan jawaban dari Lenia. Karena Lenia sudah terbiasa mematikan notivikasi handphonenya saat bertemu dengan lelaki yang menurutnya penting."Aduh, gimana ini??" Tanya Reyhan pada diri sendiri sambil memencet layar handphonennya."Kenapa sayang??" Tanya Gebriella yang sempat mendengar ucapan Reyhan."Kak Lenia sedang bertemu dengan perusahaan Yozella di dalam restoran Eat_Jappan. Dan ternyata di sana juga ada Bram dan marsyalinda yang baru saja sampai." Jelas Reyhan terlihat panik."Coba telepon Pak Rii. Sapa tau saja dia bisa langsung memberitahukan ke Kak Lenia." Kata Gebriella.Reyhan bergegas menelpon Pak Rii. Tapi Pak Rii mengatakan bahwa sekarang ini dia berada di restoran lain sesuai dengan permintaan Nona Lenia dan juga Direktur Yozella. Jika dia masuk ke restoran Eat_Jappan, maka Bram mungkin akan melihatnya.Reyhan makin bingung untuk memikirkan solusinya. Hingga akhirnya Reyha
"Direktur Eliza??? Apa dia bukan Kak Lenia?? Tapi kenapa wajahnya sedikit lebih mirip dengan Kak Lenia??" Kata Marsyalinda dalam hati."Benar Direktur Bram... Saya juga ingin menemui Direktur Yozella, tapi dia sudah pergi terlebih dahulu." Tambah Lenia."Lalu kenapa Direktur tidak segera keluar dari Restoran Eat_Jappan ini?? Apakah Direktur Eliza punya teman di dalam??" Tanya Bram penasaran."Saya hanya makan makanan khas disini. Ternyata benar apa kata orang, makanan khas di sini begitu nahal, tapi sangat enak. Aku bahkan ingin menambah makanan lagi. Tapi saya takut akan kelihatan gemuk." Jawab Lenia dengan suara lembutnya dan sikapnya yang sedikit angkuh."Lalu, setelah ini Direktur Eliza akan kemana??" Tanya Bram."Tentu saja saya akan ke rumah kontrakan Nona Levrawnch Britama. Ummppp... Maksud saya...!!" Kata Lenia sengaja agar Marsyalinda tidak ragu lagi pada penyamarannya."Hahaha... Tidak apa apa Direktur Eliza. Sejak awal saya
Sudah 5 jam berlalu, Marsyalinda masih saja terus menunggu Direktur Eliza di dalam mobilnya yang di parkir juah dari rumah itu. Hingga akhirnya Marsyalinda merasa sangat bosan dan memilih untuk segera meninggalkan pemukiman itu.Sedangkan Lenia dan lainnya baru saja bangun dari tidur siang mereka yang kebetulan rumah itu sudah di bersihkan dan di rapikan terlebih dahulu oleh pemilik utamanya."Direktur Eliza, saya sudah menyiapkan makanan untuk Direktur Eliza dan juga untuk yang lainnya." Kata Saras, sambil mengeluarkan makanan kotak itu dari dalam gardus yang besar."Heiiiii... Kamu mendapatkan makanan ini dari mana, Saras??" Tanya Lenia yang sudah terlihat sedikit lapar juga."Tadi sebelum kesini, saya sudah memesan terlebih dahulu di Restoran RLB sambil mencari orang yang mirip dengan Direktur Eliza." Jelas Saras pada Lenia."Ternyata gerakan kamu lebih cepat dari implementasinya Pak Rii. Tapi kamu membawa makanan ini menggunakan apa, Saras?" Ta