Direktur di perusahaan Kevin, mengajak makan malam di sebuah restoran bintang lima bergaya Eropa. Kevin menjadi salah satu bawahannya yang diundang, berkumpul bersama keluarga direktur.Di mata direktur, Kevin pribadi yang baik dan bisa dipercaya. Itu sebabnya dalam perayaan penting, Kevin selalu diundang.Para perempuan di meja makan, tampil dengan gaya elegan. Para lelaki mengenakan jam tangan paling mahal. Kevin terbiasa melihat beragam kemewahan yang ditampilkan di hadapannya, akan tetapi dia tak ingin ikut-ikutan memiliki hal mewah. Dalam kesederhanaannya pun dia terlihat keren dan menawan."Manajer Kevin, hay. Lama gak ketemu," seorang perempuan belia memilih duduk di dekat Kevin. Namanya Aurora, putri bungsu Direktur."Ya, apa kabar Aurora?" sapa Kevin."Kabar baik, Manajer. Tapi itu mungkin akan jadi kabar buruk untuk anda," sahut Aurora."Kenapa gitu?" tanya Kevin."Karena prestasi saya di bisnis mulai baik, dan mungkin saya akan menggantikan posisi anda di perusahaan. Haha,"
Kevin apa yang terjadi."Tadi mobilnya kenceng banget keluar dari gang, kalau saya kalah cepat, pasti sudah jadi korbannya," ucap Kevin pada pengendara yang menanyainya."Tapi saya gak liat supirnya, gak tau ke mana," lanjut Kevin.Semua yang memeriksa mobil pick-up pun dibuat heran, hingga polisi datang untuk memeriksa. Kevin yang sudah basah kuyup, segera pulang ke rumahnya setelah memberikan keterangan.Sesampainya di rumah, Vyolin dibuat sangat khawatir melihat Kevin yang menggigil. Segera Kevin berlari ke kamar untuk mengganti pakaian dan menghangatkan badan."Kenapa bisa basah kuyup, Mas?" tanya Vyolin heran sembari memberikan segelas susu jahe hangat."Ada kecelakaan, hampir saja aku jadi korban," jawab Kevin."Ya Allah. Terus gimana?" tanya Vyolin lagi."Ya gak apa-apa," jawab Kevin lalu tersenyum setelah menyeruput susu."Alhamdulillah, Mas gak apa-apa," ucap Vyolin lalu memeluk erat suaminya.
Brandon dengan tertatih-tatih, melangkah menuju kamarnya. Hampir saja dia tak bisa pulang ke rumah, karena kakinya sempat terjepit di badan kemudi mobil pick-up. Kalau tak bisa meloloskan diri dari sana, pasti dia sudah berada di kantor polisi sekarang."Saya gagal, saya gak bisa mencelakai Kevin," ucap Brandon pada seseorang di telpon."Bodoh!" sahut orang dari seberang telepon.Brandon pun mematikan ponselnya, segera mengambil kotak obat untuk meminum anti nyeri. Di seberang telepon sana, Andrew bersiap mengabari Mike. Semula Brandon hanya diminta untuk menjadi mata-mata, akan tetapi Mike tiba-tiba mencetuskan perintah gila untuk mencelakai Kevin. Andrew pun meminta Brandon untuk melakukannya.Bukan hal baru bagi Brandon untuk mencelakai orang lain. Kepintarannya merancang rencana jahat tak sering digunakan, hingga kali ini berujung gagal. "Kamu bilang dia penjahat handal, tapi kenapa begitu aja
Tepat pukul enam pagi, Kevin, Vyolin dan Julia telah tiba di Bandara. Sedangkan penerbangan akan dilakukan pukul tujuh. Sebisa mungkin Kevin membuat Vyolin merasa tenang dan nyaman. Walau dia juga tak akan mampu mengurangi rasa sakit yang tengah dirasakan Vyolin."Apa kita gak ke rumah sakit di sekitar sini saja, Sayang?" tanya Kevin merasa ragu bahwa Vyolin akan bisa ke rumah sakit tepat waktu."Gak, Mas. Aku yakin kita bisa sampai di Singapura dan aku baik-baik aja," jawab Vyolin lalu tersenyum."Gak masalah kalau belum pecah ketuban, Kevin. Sekarang aku yakin Vyolin masih pembukaan awal," sahut Julia."Yang kuat ya, Sayang. Aku tahu kamu lebih kuat dari yang aku bayangin," ujar Kevin.Kevin memegangi tangan Vyolin, lalu sesekali mengusap perut Vyolin. Menahan sakit saat Vyolin harus meremas kencang lengannya karena sakit di perut yang datang berulang-ulang. Kevin pun merasa terharu melihat perjuangan
BAB 55. BAYI CANTIKHamil dan melahirkan adalah kodrat perempuan yang tidak akan bisa digantikan oleh laki-laki, secanggih apa pun teknologi. Kevin masih begitu tak menyangka, akan melihat istrinya berada dalam kondisi yang mengharukan itu.Julia menunggui bayi yang baru lahir di ruang perawatan bayi, sementara Kevin masih setia mengurusi Vyolin yang baru saja kembali dari ruang persalinan. Pindah lagi untuk pemulihan di ruang rawat inap.Beberapa jam menahan rasa sakit, kini Vyolin bisa makan dengan lahap dan nikmat. Dua piring nasi langsung habis dia santap. Kevin pun merasa bahagia melihat Vyolin yang sedang memulihkan tenaga."Ya ampun, aku makan banyak banget," ucap Vyolin setelah makan."Syukur lah, Sayang. Sekarang kamu bisa istirahat," sahut Kevin."Iya, Mas. Aku ngantuk banget sekarang," ujar Vyolin lalu berbaring di atas tempat tidur.Kevin membenahi posisi selimut Vyolin
Sampai sehari setelah melahirkan, Vyolin lebih banyak tidur. Darah yang keluar dari tubuhnya masih sering kali membuat popok tembus, dan itu membuat Kevin semakin tak tega bila harus membuat Vyolin kerepotan mengurus bayi.Julia menjadi pengurus bayi yang paling diharapkan, karena Kevin juga masih belum terlalu berani memegangi. Sesekali Julia mengajari Kevin, lalu bayi nya menangis. Kevin merasa tangannya terlalu kaku untuk menggendong bayi."Lihat tuh, baju Vyolin basah," ucap Julia pada Kevin ketika mereka menunggui Vyolin untuk makan siang.Vyolin lalu baru menyadari bahwa payudaranya memang terasa bengkak. Kevin kemudian mengeluarkan alat dari koper yang mereka bawa, alat untuk penyedot ASI."Kayaknya kamu harus coba ini, air ASI kamu kelihatan banyak lho, Sayang," ucap Kevin bersemangat sembari menyiapkan alat tersebut di hadapan Vyolin."Kayaknya gak perlu, Mas. Aku rasa payudara aku bengkak, sakit. Pasti a
"Ini lebih berbahaya dari menculik istri orang, Bro. Sebenarnya bukan menculik, tapi mengambil apa yang memang seharusnya menjadi milik aku," ucap Mike menjawab pertanyaan asal Stephen.Stephen dan Rion akhirnya tahu apa yang direncanakan Mike, dan mereka akan siap membantu. Karena Mike juga akan berinvestasi untuk bisnis baru mereka, membuka jalur jual beli senjata api dari luar negeri.Mike tahu bahwa yang dia lakukan cukup berisiko, akan tetapi dia merasa semua uangnya akan mempermudah jalannya.***Saat berada di apartemen, Kevin menyayangkan perihal kamar bayi yang telah didekorasinya di rumah mereka yang di Jakarta. Kamar itu nyatanya tak akan terpakai. Namun, dia pantang menyerah untuk bisa membuat Vyolin dan bayinya merasa bahagia.Di perjalanan pulang, Kevin mampir ke mini market. Membeli dekorasi pesta lengkap dengan pita berwarna dan balon-balon. Warna emas dan merah muda menjadi pilihannya, karena bayi mereka perempuan.Seorang diri, Kevin membuat dekorasi pesta penyambuta
Pagi-pagi sekali, Kevin dan Julia sudah bangun untuk menyiapkan kepulangan mereka dari rumah sakit. Berbenah barang dan melunasi beragam administrasi.Sementara Vyolin, cukup lama berada di kamar mandi. Setelah melahirkan, mandi menjadi aktivitas yang lebih lama dia lakukan. Wajahnya masih sesekali meringis karena perih, walau pun setelah bersalin dia mendapatkan jahitan.Darah juga belum sepenuhnya hilang, masih ada noda-noda yang harus lebih sering dia bersihkan. Di depan cermin, Vyolin kadang mengelus perutnya. Merasa tak biasa ketika perutnya kini kembali mengempis."Vyolin, kamu gendong, ya. Aku bantuin Kevin angkat barang ke mobil," ucap Julia yang langsung menyerahkan bayi pada Vyolin.Vyolin yang tak pernah menggendong bayi sebelumnya, sontak saja merasa gugup. Dipandanginya wajah bayi mungil itu, lalu dibawanya berjalan menuju mobil.Vyolin merasa ada desiran yang aneh, ketika bayi itu ada dalam gend
Langit seketika mendung, saat Vyolin dan Kevin baru saja membawa Vyona memasuki mobil. Mereka berencana untuk makan malam di sebuah restoran mewah, bertepatan dengan hari jadi pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Karena khawatir pada cuaca takut semakin buruk, Vyolin pun mengatakan pada Kevin untuk di menunda rencana mereka."Aku sudah booking mejanya, Sayang," ucap Kevin menyesal."Gak apa-apa, Mas. Mungkin bukan rejeki kita," sahut Vyolin."Jadi? Gimana?" tanya Kevin sambil menggendong Vyona masuk ke rumah."Kamu bawa Vyona ke kamar, aku akan siapkan makan malam," jawab Vyolin sambil lalu menuju dapur.Kevin membawa Vyona ke kamar, memberikan susu dan menggendong bayi kecilnya itu sampai akhirnya tertidur. Saat Vyona telah tertidur, Kevin pun langsung pergi ke dapur.Area makan tampak gelap, hanya ada penerangan dari tiga lilin yang menyala di meja makan. Asap masih mengepul dari dua piring berisi spagheti dengan saus tomat bertoping keju. Kevin tersenyum, melihat hasil kerja Vy
Pukul delapan pagi, tepat di pertengahan musim dingin. Masjid Jami Tokyo, tampak ramai menggelar acara pernikahan Tomo dan Donita. Keluarga inti Tomo datang, juga beberapa teman lamanya yang asli tinggal di Jepang. Donita hanya mengundang Hendrik dan Brandon, sedang pernikahannya akan diwakilkan wali hakim.Menggunakan gaun pengantin serba putih, Donita terlihat begitu cantik. Dengan kerudung warna senada berhiaskan renda-renda rajutan sederhana, Donita menjadi pusat perhatian semua yang datang. Tomo terus tersenyum melihat gadis cantik yang kini duduk di sampingnya, sosok yang akan mendampinginya menjalani sisa waktu seumur hidup."Nih, tissu," ucap Brandon menjulurkan sebungkus kecil tisu saku."Ish, kain serbet aja kalau ada," sahut Hendrik ketus."Hahaha. Gak nyangka, ya. Donita akan nikah ngeduluin kita," ujar Brandon sembari menikmati kue cemilan manis yang disediakan keluarga pengantin."Cewek kan memang gitu, selalu pengen ngeduluin," sahut Hendrik."Kita pulang dari sini, har
Sebulan setelah melalui perawatan intensif di rumah sakit, Ayah Mike telah sadarkan diri dan bisa kembali ke rumah. Shock berat membuatnya tak lagi bisa bergerak bebas seperti dulu. Air matanya tumpah lagi, saat mengetahui menantu dan calon cucunya telah tiada.Ibu Mike menyimpan nomor ponsel Vyolin, dan sering meminta Vyolin untuk datang berkunjung. Seperti hari ini, Vyolin membawa Vyona datang ke rumah keluarga besar Baskoro Group. Menghibur orang tua Mike yang masih merasa berduka."Kalian orang-orang yang baik," ucap Ayah Mike saat Vyolin mengupaskan buah jeruk untuknya."Anda juga, Pak," sahut Vyolin lalu tersenyum."Di mana suamimu?" tanya Ayah Mike. Sudah beberapa kali dia menanyakan Kevin. "Masih di kantor, Pah. Sudah dibilang dari tadi," sahut Ibu Mike dengan raut kesal karena Ayah Mike terus mengulang pertanyaan.Sesuatu terjadi pada saraf otak Ayah Mike, membuatnya sulit konsentrasi dan mudah lupa. "Ah, iya. Mau kah suamimu melanjutkan bisnis kami?" tanya Ayah Mike tiba-t
Kembali ke dalam sel, Mike disambut wajah duka teman-temannya. Hampir semua orang di sel juga sudah mengetahui perihal nasib malang yang dideritanya. Mike langsung membaringkan tubuhnya ke pojokan sel, menghadap dinding. Tidak ada yang berani mengajaknya bicara. Dalam tatapan kosongnya, Mike terus bertemu dengan bayang-bayang Rianti. Senyum istrinya, bahkan keributan-keributan yang dulu terjadi, Mike merindukan masa-masa itu."Apa kurangnya aku, Mike? Sampai kamu harus begitu ingin mendapatkan anak dari istri orang lain!" Mike kembali teringat pertengkaran mereka saat itu.Mike kembali menyalahkan dirinya sendiri, tentang mengapa semuanya terjadi. Dia langsung beranjak duduk, dan perlahan-lahan membenturkan kepalanya ke dinding. Semakin lama semakin keras."Bos, berhenti, Bos," ucap seorang teman Mike di sel yang langsung mencoba menghentikan Mike.Mike tak bergeming, terus mencoba membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding. Semua orang akhirnya menahan tubuhnya, hingga menjauhi
Rianti masih berada di kamar jenajah, tepatnya di sebuah lemari pendingin khusus. Jasadnya telah dibersihkan dari peluru, hanya tertinggal bekas luka yang membuat merinding siapa saja yang melihatnya.Ibu Mike mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk pergi ke penjara, tempat Mike ditahan. Bersama dengan dua orang pengacara keluarga mereka. Sedangkan Ayah Mike masih dirawat karena koma, serangan jantungnya tak pernah sehebat ini sebelumnya.Mendengar kedatangan Ibunya, Mike merasa senang. Orang tuanya belum pernah datang sebelumnya, walau selalu menanyakan kabarnya pada Rianti. "Mamah, senangnya aku lihat Mamah mau datang," ucap Mike dengan senyum lebar."Ma-maaf, Mamah baru sempat datang," sahut Ibu Mike dengan suara yang begitu berat."Gak apa-apa, Mah. Mamah apa kabar?" tanya Mike.Ibu Mike langsung merasakan sesak di dadanya, mengingat kabar buruk yang saat ini menimpa keluarganya. Segera dia beranjak dari kursi, meninggalkan meja pertemuan dengan Mike dan menangis di luar ruang
Rianti begitu marah dengan sikap Andrew yang diterimanya pagi ini, tak menunggu waktu lama dia pun segera pergi ke kediaman Ayah mertuanya, CEO Samudera."Mungkin dia pikir, aku gak akan berani mengadu!" ucap Rianti saat melangkah keluar rumah.Sopir pribadi pun langsung melajukan mobil, mengantarkan Rianti ke rumah CEO Samudera. Dengan perasaan gugup,.Rianti mencoba menyusun kalimat yang akan disampaikannya nanti di hadapan Ayah mertuanya.Meski pun kinerja Andrew bagus untuk perusahaan, nyatanya Andrew punya attitude yang buruk. Andrew bahkan sudah berani merendahkan Mike di hadapan Rianti."Menantu, tumben datang ke sini," ucap CEO Samudera yang kebetulan sedang bersantai minum teh di taman depan rumah. Rianti langsung menuju ke sana setelah diberitahu pelayan."Ada apa, Rianti? Perut kamu sakit?" tanya Ibu Mike yang juga ada di sana."Bu-bukan, Mah. Bukan perut yang sakit, tapi hati," jawab Rianti dengan mata berkaca-kaca.Rianti langsung duduk di kursi kosong sebelah Ibu Mertuany
Berada di tempat baru dengan suasana baru, siapa pun harus menyesuaikan diri agar terbiasa. Donita tampaknya masih kesulitan untuk tidur, sampai akhirnya dia pun memutuskan untuk keluar kamar dan pergi ke ruang keluarga rumah Tomo. Menyalakan televisi dengan suara kecil, dan duduk menonton di sana sembari memeluk bantal."Belum tidur?" rupanya Ibu Tomo berada di dapur. "Ibu?" sahut Donita. Benar-benar memanggil Ibu Tomo dengan sebutan Ibu, seperti orang Indonesia."Kenapa belum tidur?" tanya Ibu Tomo dalam bahasa inggris."Susah tidur, gak tahu kenapa," jawab Donita terbata-bata karena sambil memikirkan kosa kata inggris yang tersimpan di kepalanya.Ibu Tomo lalu kembali ke dapur, rupanya membuatkan susu coklat hangat dan membawakan biskuit untuk cemilan Donita."Terima kasih, Bu," ucap Donita.Ibu Tomo hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruang keluarga. Tak lama, tiba-tiba Tomo datang. Dengan wajah mengantuk, Tomo langsung berbaring saja di sofa."Kamu kenapa belum tidur? Gak
Lewat dari pukul sembilan pagi, Vyolin menyambut kedatangan tiga sahabatnya. Anna, Sarah, dan Selena. Sudah cukup lama mereka tidak berkumpul, sejak terpecahnya kasus Vyolin dan Mike di penjara.Ada yang berubah di pertemuan kali ini, yaitu tertutupnya pakaian Anna dan Selena. Dua sahabat Vyolin yang sudah menikah ini, memutuskan untuk belajar hijrah. Mereka begitu terinspirasi dengan suka duka Vyolin, dan ingin semakin mempererat persahabatan mereka dengan saling mendukung perbaikan diri. Sedangkan Sarah, baru mengubah gaya berpakaiannya, belum sampai menutup rambutnya."Ini hari yang sangat indah," ucap Vyolin lalu menyuguhkan makanan dan minuman ke atas meja makan.Vyona tampak senang berada di pangkuan Sarah, mata bulat Vyona terus melihat Sarah sembari tersenyum. Tangan kecilnya juga sesekali memainkan rambut Sarah yang terurai bergelombang."Emm, menurut kalian … apa kita gak mau bikin agenda liburan bareng lagi setelah ini?" tanya Anna."Liburan? Hayuk, kemana?" sahut Selena ce
'Sesuatu yang buruk akan berakhir, ketika kebaikan meraja di setiap hati manusia.' tulis Rianti pada postingan media sosialnya setelah sekian lama tak aktif.Akun Rianti dengan ribuan pengikut itu pun kembali ramai, panen banyak komentar baik karena di sana terpampang foto kebersamaan Rianti, Ibu Mike dan Vyolin. Rianti memang sempat meminta Vyolin untuk foto bersama, akan tetapi Vyolin tak diberitahu bahwa itu akan diunggah ke media sosial."Mereka ke sini?" tanya Kevin sembari melepas kancing kemejanya sepulang kerja."Iya, Mas. Aku kaget banget mereka datang," jawab Vyolin yang masih membaca komentar-komentar di postingan Rianti."Syukurlah kalau niat mereka tulus ingin menjalin hubungan baik," ucap Kevin lagi."Tadi Sarah dan Anna bilang, mungkin Rianti cuma perlu buat konten. Untuk membangun lagi citra baik Baskoro Group," sahut Vyolin."Hemm, ya, selama itu tidak merubah hukuman Mike dan tidak merugikan keluarga kita. Its oke," ujar Kevin.Kevin gegas membawa handuk ke kamar man