"Mari kita ke rumahku.""Sekarang?" "Iya, sekarang." "Kenapa? Tidakkah kita sudah sepakat untuk membahas hubungan kita?" Tanya Nick yang tidak sanggup menutupi keheranan dalam suaranya. "Nanti kau akan tahu." Kania memutar otak apa yang harus dikatakannya sebagai kata pembuka. Haruskah dia mengemukakan alasan sebelum menceritakan yang sebenarnya ataukah dia hanya akan diam saja karena toh sebenarnya apapun yang dilakukannya pasti akan dianggap sebuah kesengajaan menyembunyikan sebuah rahasia besar. Kania melihat wajah Nick yang masih menunggu penjelasannya. "Dari semua yang kau utarakan aku bisa menyimpulkan bahwa kau merasa aku ragu-ragu dengan hubungan kita? Aku bimbang?" Nick menggeleng. "Lalu?" "Aku merasa kau nyaman dengan kedekatan kita tapi kau...takut...entahlah sesuatu semacam itu...kau takut dan menarik diri saat aku mulai membahas sesuatu yang lebih serius." Kania merasa memang sudah waktunya mereka membahas hal yang serius, sangat serius! "Setuju, memang sudah s
Kania sangat gugup, dia tidak punya gambaran akan seperti apa reaksi Nick jika nanti rahasia ini terkuak. Pasti awalnya marah! Kemudian.....Memaafkan? Biasa-biasa aja? Tetap marah? Atau benci?Gemetar kaki Kania tapi Kania tidak akan mundur lagi, dia meyakinkan diri sendiri bahwa inilah yang terbaik, mau sampai kapan dia menutup-nutupi rahasia besar ini, memang sebaiknya segera mereka bereskan semuanya. Saat Nick mengenali anaknya, Kania akan mengaku dosa, dan kemungkinan besar dia akan kehilangan rasa sayang, kehilangan ciuman yang nikmatnya tak terperi, kehilangan pelukan terhangat. Selama ini Kania tidak pernah merasa jantungnya berpacu atau debaran di dada yang menggila jika bersama teman pria yang lain, dia merasa senang karena ada yang menemani tetapi hanya berhenti sampai disitu saja.Beda dengan reaksinya terhadap Nick bagaikan putih dan hitam. Itu kemungkinan yang dibayangkannya saat Nick mengenali Nico sebagai anaknya, sang Pewaris.Jika Nick tidak mengenali anaknya, be
Kania merasa hatinya membengkak penuh cinta untuk ayah rahasia anaknya.Kania berjalan meninggalkan Nick, menuju ke dapur, sampai di dapur Kania hanya mondar mandir lalu berjalan menuju kamar Nico.Begitu masuk kamar anaknya Kania termenung. Dia kebingungan harus bagaimana, menunjukkan foto sebagai ganti Nick yang telah tertidur? seandainya Nico belum tertidur akan jauh lebih sederhana.Dia tidak menyangka jika anaknya sudah tidur.Nico tergolek dalam posisi telentang, itu posisi favoritnya, itu tanda bahwa Nico telah lama terlelap.Reflek Kania melihat jam dinding, sebenarnya memang sudah cukup malam, jadi wajar jika Nico sudah tidur. Saking gugupnya sampai Kania tidak memperhitungkan jam tidur anaknya. Dia terlalu cemas akan reaksi Nick, hingga melupakan yang lain. Kania berjalan kembali ke dapurnya yang kecil tapi nyaman dan hangat. Kania akan mulai memasak saat Bibik datang menghampiri. "Non, Bibik aja yang masak." "Nggak apa-apa Bik." "Bibik udah nggak ada kerjaan."Kania
Mereka berdua menikmati makan malam yang terlambat karena harus pindah dari apartemen Nick ke rumah Kania. "Maaf hanya ini yang bisa dimasak paling cepat." Ujar Kania yang langsung disambut anggukkan oleh Nick. "Enak, masih ada waktu buat belajar masak? Kapan belajarnya?" "Dulu." Jawab Kania. "Masih remaja?" "Nggak..waktu udah kuliah, sering masak buat..P-papa." Nick mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban Kania. Mereka pun makan sambil bercakap-cakap ringan. Sebenarnya hanya Nick yang bercakap-cakap karena Kania seperti sedang tenggelam dalam renungannya sendiri.Selesai makan Kania pun mengajak Nick untuk kembali ke ruang tamu. "Silahkan duduk." Nick mendengar Kania begitu sopan, seakan mereka adalah dua orang asing yang baru beberapa kali bertemu. Akan tetapi bukannya duduk Nick malah mendekat. "Nick.. duduklah." Kembali Kania menegur. Tanpa menghiraukan ucapan Kania, Nick terus berjalan hingga kini jaraknya hanya tiga jengkal dari Kania."Memang kita bersama masi
Setelah menutup telepon masih sambil tersenyum Nick memandang Kania. "Sorry aku harus pulang." Kania mengangguk."Mau mampir ambil pesanan orang tuaku." Kembali Kania mengangguk.Nick ragu-ragu untuk merengkuh Kania, karena nampaknya Kania sedang memikirkan sesuatu yang menggelisahkan. "Sampai jumpa besok." Nick mengucapkan salam perpisahan sambil beranjak meninggalkan Kania. Di pintu Nick berhenti, Kania yang mengikuti dari belakang pun otomatis berhenti. Nick membelai wajah Kania dengan telunjuknya lalu akan berbalik ketika mendadak Kania menarik nafas tertahan lalu berjinjit dan mengecup bibir Nick. Nick senang. Kania langsung menarik diri dengan wajah merona. "Ini seperti yang kau katakan, ciuman perpisahan di depan pintu, tapi ini baru terjadi." Nick tersenyum mendengar ledekan Kania, sambil melambaikan tangan Nick pun berlalu. **Hari-hari setelahnya hubungan mereka makin dekat walau Kania belum juga menemukan kesempatan yang tepat untuk mempertemukan Nick dan putrany
"Yah, Bramantyo." Jawab Kania setelah dia memberi tanda agar pria muda yang mewakili PT Nikelindo itu meninggalkan mereka. "Untuk apa lagi dia berusaha menjalin kerja sama denganmu?" "Aku tidak tahu." "Dia bukan ingin memakai jasa perusahaanmu, mungkin dia hanya ingin bersamamu." "Sebenarnya dia tidak tahu jika perusahaan ini sudah jadi milikku, yang dia tahu aku masih Kania miskin yang tidak memiliki apa-apa." "Apa rencana mu?" Pertanyaan Nick kembali membawa Kania pada bayangan kelam hidupnya, yang dimulai dengan pengkhianatan Bram si tunangan pengkhianat, lalu ada Sonya adik tiri yang ganjen, ada ibu tiri yang tamak.Dia akan membalas mereka semua, tapi dia akan bermain dengan persiapan yang sempurna, dia akan melumpuhkan mereka dengan bukti dan data akurat yang tidak akan bisa mereka sangkal. Kania sangat yakin bahwa semua yang mereka dapatkan adalah hasil kecurangan, rekayasa, pemalsuan, hasil manipulasi data! Dengan mengambil alih CV SayOnTrack dia punya banyak akses
Mendengar namanya dipanggil Kania pun berbalik. Bramantyo! Ternyata dia tidak membuang-buang waktu untuk menunggu sampai selesai nya pertemuan itu. "Bram." "Nia...kalau kau bilang akan datang pasti aku akan menjemputmu." Bram langsung berusaha melancarkan aksinya. Mendengar rayuan yang Bram utarakan, Kania merasa muak. Sudah berkali-kali Kania menolak Bram dengan sangat jelas akan tetapi Bram seperti pria tidak punya salah dan dosa terus mengejar Kania. "Nia.." "Sudahlah Bram jangan bikin aku mual." Kania berkata dengan pelan bagaimanapun dia tidak ingin menarik perhatian orang banyak. Sambil menegur Bram, Kania melihat sekeliling, dia bersyukur mendapati kenyataan sepertinya Bram datang sendirian, kali ini dia malas jika harus berhadapan dengan kucing garong, Sonya, adik tirinya itu. "Nia, ada yang perlu aku diskusikan, mungkin kita bisa duduk bersama, tempat di kontingenku masih ada kosong satu kursi." "Sorry, kami punya kursi sendiri yang harus diisi." Tolak Kania per
Kania bisa melihat sebenarnya Sonya tidak se-pede yang terlihat di permukaan. "Maling teriak maling." Ujar Kania dengan santai. "Apa maksudmu? Ngomong sembarangan." Bentak Sonya. "Apa perlu diperjelas? Yuk kita keluar biar semua orang tahu siapa Sonya yang sesungguhnya." Kania pun beranjak keluar dari kamar kecil. Akan tetapi baru akan keluar dari pintu, Sonya telah menyambar tangan Kania.Jadinya posisi mereka terlihat aneh. Sonya masih di dalam dan Kania sudah diluar akan tetapi tangan Sonya masih memegang tangan Kania. "Jangan sok kamu, aku masih bicara sudah mau ditinggal pergi, kamu tuh cuma pernah sekali digandeng Nick Sebastian aja udah begaya, paling juga dia sudah lupa kalau kalian pernah bertemu, jangan sok kecakepan ya." "Lepasin tanganku, malasss ngomong sama orang julit, nggak punya kerjaan." "Males nanggapi omonganku? Karena memang kenyataan kan? Kasihan... orang miskin yang bermimpi terlalu tinggi!" Kania makin diam, malas banget ngeladeni orang yang nggak b
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba