Bram menerangkan dengan wajah yang bersedih seakan menceritakan kematian calon ayah mertua masih membawa kesedihan yang dalam di hatinya.Kania merasa muak melihat drama dengan pemeran utama Bramantyo, ibu tiri dan adik tiri Kania. Memang mereka bertiga sangat hebat dalam berpura-pura.Kembali sidang digelar, sekarang yang terjadi masih sama dengan sidang sebelum-sebelumnya, mereka semua masih terlihat jelas-jelas tidak bersikap netral. Nick yang sedari tadi hanya melihat saja menjadi geram, Nick segera mengangkat ponselnya lalu menghubungi seseorang di seberang sana. "Beri mereka pelajaran sampai mereka sadar bahwa di dunia ini ada banyak hal yang harus dipertimbangkan!" Perintah Nick dengan gusar. Tak lama ada seorang petugas yang masuk dan membawa secarik kertas yang disodorkan ke hadapan sang hakim. Perlahan raut wajah sang hakim berubah lalu dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Begitu melihat wajah Nick Sebastian, raut wajah sang hakim langsung memucat. "Sidang a
Bram tidak bergeming mendengar teriakan ibu tirinya. Fokusnya bukan ke arah sana, Bram sedang konsentrasi mengingat bayangan Kania yang makin seksi sedang bersama dengan pria lain yang sepertinya bukan hanya bisa mengimbangi dia akan tetapi juga bisa berada jauh di atas dia! Sedari tadi Bram kesal melihat Kania bersama dengan Nick Sebastian. Mau melawan apa daya.'nggak mungkin aku bisa menang melawan miliarder itu,' saat itu Bram hanya bisa merana dalam hati. Akan tetapi jika tidak melawan dia tidak rela Kania lepas dari tangannya. Sangat amat tidak rela! Dia sudah pernah melakukan perbuatan bodoh sekali, yaitu menukar Kania dengan Sonya, dan dia tidak akan mau mengulangi kesalahan yang sama, walau pun dia harus melihat Sonya yang terluka.'Kali ini dia kan menjauh, tapi bukan untuk mengalah, tapi dia akan menyusun strategi agar tidak ada lagi pelindung Kania yang bernama Nick Sebastian.'Akhirnya Bram menarik tangan Sonya dan berjalan menjauhi Nick dan Kania. Nick melihat
Nick mengantar Kania pulang. Sampai di halaman rumah Kania, biasanya Nick tidak akan mematikan mesin mobil tapi kali ini Nick mematikannya. Sepertinya Kania pun bisa menangkap maksudnya. "Masuk Nick." "Oke." "Mau minum?" "Yap." Maka pergilah Kania ke dapur untuk membuat minuman hangat bagi Nick dan bagi dirinya sendiri. Sejenak mereka bercakap-cakap. "Kania, aku ingin kita menikah secepatnya!" "Tahan Nick, biarkan aku menyelesaikan urusanku." "Kenapa tidak kita balik, aku menikahimu agar aku bisa membantu menyelesaikan urusanmu?" Kania terlihat berpikir. " Tidak bisa, karena aku ingin masa laluku beres sebelum kita memasuki mahligai rumah tangga." 'itu artinya dendamku terbayar, lalu aku akan mengakui bahwa kita memiliki seorang anak rupawan,' batin Kania. "Kau meragukanku?" "Absolutely no, tapi aku mohon beri aku waktu." "Sampai?" Nick bertanya untuk kesekian kalinya. "Sampai urusanku selesai." "Kira-kira?""Mungkin enam bulan sampai satu tahun." "Aku tidak berjanj
Kania merasa pencernaannya sudah aman-aman saja ketika sedang berbaring di rumah, akan tetapi perkiraannya meleset saat dia mulai merasakan gejala yang sama yang dia rasakan sebelumnya."Non, pagi buta tadi dari mana?" "Kok Bibik tahu?" tanya Kania kaget. "Tahu Non, Bibik belum bisa tidur." "Oh pantes Bi, Kania dari rumah sakit, Bik.""Hah? Dari rumah sakit? Non sakit apa?" Bibi bertanya dengan suara cukup keras."Nggak sakit apa-apa Bik, aku cuma salah makan kayaknya atau terlambat makan, tapi tadi malam udah langsung diinfus natrium kok, jadi udah langsung boleh pulang. ""Oalah Non, syukurlah. Kok ada-ada saja." Lalu Bibik pun berjalan meninggalkan mereka tepat saat ponsel kania berdering. "Nia.." "Nick." "Aku harus segera ke luar negri, dan aku sudah perintahkan Tommy menyewa pengacara paling top untuk membelamu.""Kau harus pergi?" Pertanyaan Kania dilontarkan dengan campuran nada bertanya dan menuduh. "Yah, maafkan aku ingin menemanimu tapi aku harus pergi, mungkin
"Kau baik-baik saja, Mam?" Richard Wang, pengacara yang Nick kirim, bertanya pada Kania. Merasa diajak bicara Kania mengangkat kepalanya dan memandang sang pengacara yang telah menunjukkan kebolehannya melawan pengacara yang mewakili Bram CS. "Baik." 'yah, walau pun mereka bertiga menyerang Kania bertubi-tubi akan tetapi Kania tetap berusaha bertahan, karena dia tahu bukti pendukung mereka lemah, sangat lemah!' Batin Kania. "Jika ada yang teringat atau yang tiba-tiba ingin Anda sampaikan, langsung sampaikan ke saya." Pesan Richard sambil mengamati berbagai macam emosi yang silih berganti bermain di wajah kekasih pemilik PT Antampura itu.Tommy, temannya memanggil dia untuk membela kekasih Bos dengan pesan : kalahkan lawan biaya unlimit! Siapa yang bisa menolak tawaran seperti ini? Apalagi sebelumnya sudah di bahas semua fee yang akan dia dapatkan!Kembali Kania mengangguk. Richard tersenyum tipis lalu kembali memusatkan perhatian ke jalannya persidangan. Semua memandang dengan t
Begitu sampai di kantor Nia langsung tenggelam dalam pekerjaannya, rasa tidak enak di perutnya tak dihiraukannya walau makin sore keadaannya makin tak nyaman. Kania baru saja minum obat dan sedang mengoleskan minyak di perutnya ketika sekretarisnya mengetuk pintu. "Permisi Bu." "Ya masuk, ada apa?" Kania bertanya dengan lembut."Ada kiriman buat Ibu." "Dari?" Kania penasaran." Tidak tahu Bu, tiba-tiba saja kotak ini sudah ada di depan pintu kantor," jawab sekretarisnya dengan wajah lumayan tak terbaca. Kania mengernyitkan keningnya. "Mau dibawa masuk Bu?" kembali pegawai Kania bertanya. "Nggak usah, saya keluar saja." Akhirnya Kania keluar untuk melihat bingkisan sekaligus siapa pengirim bingkisan itu. Begitu sampai di luar Kania hanya melihat ada sebuah box besar, selain itu tidak ada lagi barang yang bisa menggambarkan adanya sebuah kiriman.'berarti memang Box ini,' batin Kania.Kania mendekati box besar yang ada di tengah ruangan itu.. Kania memberanikan diri untu
"Kami belum memberitahu siapapun." Kata sekretarisnya dengan gelisah. "Bagus, aku tidak ingin mereka cemas," jawab Kania perlahan."Akan tetapi secara tidak sengaja..." Kania memandang dan menganggukkan kepala sebagai tanda agar karyawannya meneruskan ucapannya. "Secara tidak sengaja saya memberikan informasi kepada seseorang yang menelpon ponsel ibu di saat genting sehingga saya keceplosan." Kania maklum, kan mereka sedang kebingungan menolong dirinya. "Siapa yang menelepon?" "Bella, Bu." Senyum kelegaan muncul di bibir Kania."Tidak apa-apa, dia sahabatku." Sekretarisnya menarik nafas lega. Tepat pada saat itu pintu rumah sakit terbuka dan masuklah sesosok wanita berwajah ramah yang sedang cemas."Niaaaa, apa apaan?"Nia tersenyum lemah."Syukurlah kau datang." "Bagaimana mungkin aku nggak datang kalau saat aku telepon mereka yang terima teleponku bilang kamu sedang tidak sadarkan diri?""Yah, jadi aku memang merasa tidak karuan, tubuhku seperti terbelah menjadi beberap
"Pak Nick, ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak." "Baiklah, kita ke tenda darurat," ajak Nick sambil melangkah terlebih dahulu menuju tendanya.Nick sedang berada di lokasi kecelakaan.Petugas evakuasi yang terdiri dari gabungan petugas tanggap darurat dan petugas pelayanan kesehatan sedang melaksanakan tugas menyelamatkan para korban kecelakaan yang terjadi di tambang. Petugas investigasi pun sudah sibuk sejak ini mereka menemukan adanya kejanggalan di lokasi ledakan. Begitu sampai di tenda yang dimaksud, Nick segera mempersilahkan sang officer untuk duduk."Apa yang ingin Bapak sampaikan?""Kami hampir bisa memastikan bahwa apa yang terjadi bukan kecelakaan biasa akan tetapi kecelakaan yang sengaja direkayasa." "Maksudmu ada yang dengan sengaja ingin mencelakakan teman sendiri di proyek ini?" "Motifnya masih harus kami telusuri, akan tetapi yang pasti bukan kecelakaan biasa!"Nick mengangguk. "Secepatnya kumpulkan bukti, besok siapkan di meja saya." "Baik Pak, saya p