"Kau operasi keperawanan dimana?" tanya Jamie Stanford tiba-tiba saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara kecil di rumah ibunya.
Kimberly Miro langsung menoleh dengan mata hampir keluar karena melotot kaget "Heh?" teriaknya kaget "Kenapa kau pikir aku harus operasi keperawanan? Aku memang masih perawan saat menikah denganmu!" jelasnya dengan marah.
Jarang-jarang sekali Jamie Stanford, suaminya, membuka pembicaraan diantara mereka. Dan sekali membuka percakapan malah membahas hal begituan.
Jamie Stanford menoleh sekilas kearah istrinya yang sudah kembali menatap jalanan di depan mereka dengan melipat kedua tangan didepan dada tersinggung.
"Bersama Patrick Kho? tidak bercinta? Kenapa batalkan pernikahan? Apa karena kau tidak bisa merayu?" tanya Jamie Stanford dengan cepat, adrenalin membuat ia memborong banyak pertanyaan sekaligus.
Kimberly Miro cukup terkejut, ini pertama kalinya Jamie Stanford mengucapkan lebih banyak kata padanya dan itu lebih dari sepuluh kata, empat belas kata, Man!!!, keajaiban apa ini? Pikirnya.
Tapi tak lama, alis Kimberly Miro langsung bertaut menatap keheranan suaminya, ia meneliti wajah laki-laki yang nampak serius dan kaku seperti biasanya. Lalu setelahnya ia malah cekikan tertawa tak terkendali.
Baru pertama kali Jamie Stanford mendapati istrinya tertawa begitu lepas bahkan sampai memegang perutnya karena tidak kuasa menahan tawa.
"Kau pikir aku tidak bisa merayu? Tidak bisa merayu? Oh Tuhan! Lucu sekali. Aduh! Lelucon apa ini! Bahkan setan pun harus belajar dariku" katanya dan terpingkal-pingkal lagi "Kau mau kurayu?" tanyanya dengan senyum jahil.
Jamie Stanford tidak banyak menampilkan emosi di wajahnya, hanya mampu setengah tersenyum karena reaksi istrinya yang tidak terprediksi, ia tidak tahu di bagian mana yang lucu, bahkan Jamie tidak pandai melucu apa lagi menjadi pelawak.
"Bukan begitu. Hanya bertanya-tanya alasan batalkan pernikahan" gumam Jamie kembali fokus ke jalanan.
Ia hanya ingin berkomunikasi dengan istrinya, ingin lebih dekat dan tak ingin mengulang kesalahan lama.
Dimasa lalu ia dan mantan istrinya saling menutup diri, saling curiga dan tidak saling terbuka satu-sama lain, bahkan mereka seperti dua orang yang tidak mengenal satu sama lain tapi terikat perkawinan.
Kimberly Miro mulai tenang dan berdeham canggung melirik Jamie Stanford dengan sudut matanya "Kau mungkin tidak tahu, teman-temanku bahkan menyematkan julukan Couple breakers padaku. Disebut jalang, wanita penggoda bahkan sudah lumrah bagiku, dan banyak juga temanku takut mengenalkan pasangan mereka padaku" katanya santai, seakan yang ia ucapkan bukan masalah besar untuknya. Tapi tak lama nada bicaranya nampak berat "Bagiku tentu aneh sekali mendengar kau mendoktrin aku tidak bisa merayu, dan tidak bisa merayu menjadi alasan aku bercerai dengan Patrick. Sungguh lelucon. Bukan itu yang sebenarnya terjadi. Sejujurnya hubunganku dengannya tidak seperti yang dipikirkan orang lain. Patrick Kho teman dekat ayahku, ia sudah seperti ayah bagiku, mana mungkin aku tidur dengan ayahku, kan? Pernikahan kami hanya win-win-solution, aku membatunya dan dia membantuku. Setelah selesai, ya berakhir" lanjutnya dengan pandangan mulai merawang.
Wanita itu menghela nafas panjang setelah menjelaskan hal yang sepertinya berat untuk dia jelaskan, karena wanita itu mungkin menahan untuk dirinya terlalu lama.
Menjelaskan yang sebenarnya, lebih sulit daripada membenarkan saja apa yang dipikirkan orang lain.
Kimberly Miro ingin berhenti bermain-main. Ia benar-benar sudah menikah sekarang. Dan ia ingin segera hidup tenang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mencari masalah dengan banyak orang, ke sana kemari untuk seorang pria yang mau menikah dengannya, hanya untuk kesenangan batin sejenak.
Dan sekarang semuanya telah terlambat, tak ada lagi kesempatan baginya untuk mundur. Karena sudah menikah, mengapa tidak jalani saja seperti orang lain.
__
Jamie Stanford mematut buket bunga yang di kirim kerumahnya dengan pesan 'Sangat merindukan sentuhanmu, Kimberly sayang. Semoga kita segera bertemu' bertanda Max Merwe.
Alis Jamie Stanford langsung terangkat, Max Merwe adalah penyanyi sekaligus artis terkenal, orang gila mana yang mengakui diri mereka Max Merwe dan malah mengirim bunga untuk istrinya.
"Kim, Untukmu" kata Jamie Stanford mengangkat buket mawar besar itu.
Istrinya yang sudah masuk ke rumah lebih dahulu, berbalik kearah Jamie "Dari siapa?" tanyanya dan menerima buket besar mawar merah itu.
"Max Merwe. Kenal?" tanya Jamie Stanford.
Kimberly Miro tersenyum singkat, lalu membaca pesan itu "Oh Max, ya kami saling mengenal satu sama lain, kami bahkan dahulu pernah hampir menikah" jawabnya dengan santai setelah membaca pesan yang ditulis tangan dengan tulisan amat rapi dan indah.
Raut wajah Jamie Stanford langsung berubah keruh "Oh" katanya dan berjalan melewati Kimberly tanpa menunggu komentar atau apapun dari istrinya.
Merindukan sentuhan? Persetanan.
Pernah menikah dengan Patrik Kho, lalu hampir menikah dengan keponakan laki-laki itu, Max Merwe. Sebenarnya bagaimana istrinya dimasa lalu? Mengapa ia bisa terlibat dengan kalangan orang-orang berpengaruh seperti itu?
Kimberly Miro segera mengejar Jamie Stanford yang berjalan menjauh "Kau cemburu?" tanyanya menohok, membuat Jamie yang makin kesal berbalik dan menatap istrinya tidak suka.
"Tidak" jawab lelaki itu tetap tenang ketika berbohong.
Suami mana yang tak akan cemburu istrinya tersenyum manis dikirimi bunga oleh mantan calon suaminya dan berpesan singkat seitim itu.
"Kukira wajahmu barusan mengatakan cemburu. Tidak ternyata, yah" kata Kimberly Miro dengan wajah nampak kecewa walau hanya sesaat, lalu berubah dengan senyum.
Wanita itu kembali tersenyum lagi, menatap buket bunga dalam genggamannya dan berjalan santai kelantai atas menuju kamar mereka.
Sialan.
Jamie Stanford mengumpat sepanjang langkahnya menuju kamar mereka. Seberapa banyak lagi mereka harus saling mengenal satu sama lain?
"Aku ingin menunjukkan sesuatu" kata Kimberly dengan sebuah dasi ditangannya.
"Apa?" tanya Jamie ketika istrinya menarik lengannya. Ia masih amat kesal, dengan kiriman bunga dan senyum istrinya tadi.
"Duduk disini dengan patuh, oke?" kata Kimberly dan dengan patuh Jamie duduk di kursi lipat itu.
"Kau mau apa?" tanya Jamie sekali lagi saat Kimberly mengikat tangannya dibelakang kursi mengunakan dasi.
"Mau menunjukkan padamu bagaimana cara aku merayu" katanya dengan nada main-main dan menyentuh leher Jamie dengan ujung jari-jarinya yang panjang setelah selesai mengikat.
Kening Jamie berkerut masam, ia masih kesal dengan kiriman dan kartu ucapan sialan tadi, dan sekarang istrinya malah bermain ikat tali "Kimberly, jangan main-main. Pesta sebentar lagi" katanya.
"Tidak akan lama. Cukup tatap aku saja" tukas Kimberly dengan suara rendah.
Kimberly menatap tepat di mata Jamie ketika duduk dihadapannya, dan tatapannya nampak nakal serta amat menggoda, lalu ia tersenyum, mulutnya sedikit terbuka.
Dengan jelas Jamie Stanford bisa melihat istrinya mengeluarkan lidahnya seujung kecil yang nampak runcing, lalu lidah itu mulai bergerak ke kiri dan ke kanan dengan erotis.
Lidah itu menari-nari, panas, licin dan menggeliat sensual, Jamie melihat istrinya melakukan itu selama beberapa detik, mengagumi bagaimana sedikit gerakan lidah mengirim kejutan rangsangan pada pangkal pahanya, apalagi saat melihat istrinya menggigit bibir bawahnya disela-sela tarian itu, membuat Jamie ingin ikut bergabung di mulut istrinya.
Jamie menengguk ludah, mungkin ia bisa meledak ke puncak kebahagiaan hanya dengan melihat istrinya begitu, ia ingin lidah itu membelai dirinya, di semua tempat terlebih ditempat yang menenggang di pangkal pahanya.
Tapi ia terikat dan tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya sudah gatal ingin menyentuh istrinya, ingin melakukan banyak hal kotor yang memenuhi otaknya. Wanita itu telah menunjukkan siapa dia sebenarnya, benar-benar wanita penggoda.
Kemana ia menyembunyikannya selama ini?
Saat Jamie akan sampai, Kimberly berhenti dan tersenyum "Waktunya bersiap-siap ke pesta" katanya.
"Kim, kau menyalakan api maka padamkan juga" erang Jamie Stanford kecewa karena itu sangat tangung sekali. Sebentar lagi, hanya sebentar lagi ia bakal sampai.
Sialan!
Kimberly Miro melambaikan tangannya cuek "Tunggu beberapa saat, adik kecilmu bakal padam dengan sendirinya" gumamnya dan membiarkan Jamie Stanford tetap terikat.
"Nona Miro, kau tampak cantik hari ini" puji seorang gadis yang menghampiri Kimberly Miro dan Jamie Stanford yang baru memasuki ruang pesta. "Lalu sebelumnya aku tidak cantik?" balas Kimberly Miro dengan nada bercanda. "Nona Miro, aku menantikan bekerja denganmu dilain waktu" kata seorang artis. "Nona Miro, bagaimana kabarmu?" tanya seorang sutradara. "Nona Miro, apakah kau masih ingat aku?" tanya artis kecil. "Nona Miro, Halo, saya dari X agensi..." kata seorang agen. "Dewi Kim, kau tampak luar biasa... " "Dewi Kim, lama tidak jumpa" "Dewi Kim..." Banyak gadis muda, kebanyakan artis pendatang baru datang menyapa Kimberly Miro, sejumlah taipan-taipan menyapanya dengan genit, tokoh-tokoh berpengaruh juga beberapa menyapanya dengan akrab. "Kenapa menatapku begitu?" tanya Kimberly Miro saat sudah duduk di samping Jamie Stanford, pesta bahkan belum dimulai tapi ia sudah lelah bertukar sapa, dan sekarang dita
Rachel Carlo berdiri bersama wanita muda cantik, wanita itu adalah artis yang baru-baru ini menjadi pembicaraan panas, yang juga sepupunya, Barbara Carlo. Mata mereka sama-sama tertuju pada Kimberly Miro dengan pandangan iri serta bermusuhan. "Aku tidak tahu mantan suamimu bisa begitu protektif. Lihat saja tangannya yang terus menggenggam pinggang Kimberly dan aku juga tidak tahu bahwa dia cukup sabar untuk menghadiri acara pesta yang membosankan ini " komentar sepupunya berbisik si dekat telinga Rachel Carlo agar hanya mereka bisa mendengarnya, komentar asal asalan yang makin menyulut api kemarahan dalam diri Rachel Carlo. Rachel Carlo dahulunya satu sekolah dengan Kimberly Miro, bahkan menjadi sahabat dekat ketika SMA. Tapi persahabatan mereka hancur karena pria. Sungguh, serapuh itu pertemanan di antara wanita. Banyak orang mengatakan mereka duo kecantikan sekolah. Dua wanita paling populer sekolah. Tapi hanya dirinya yang tahu bahwa se
Satu-satunya penyesalan dalam hidup Harry Kaminsky adalah membuat Kimberly Miro menunggu, dan pada akhirnya wanita itu menyerah untuk terus menunggu. Sekarang wanita itu telah menjadi milik orang lain. Berada di pelukan orang lain dengan senyum yang memanjakan.Senyum yang pernah menjadi miliknya, milik ekslusif, sekarang telah menjadi milik orang lain, gelak tawa yang ia lakukan sekarang demi orang lain juga, bukan dirinya lagi.Meski Kimberly Miro telah merubah diri menjadi sosok yang amat dibencinya, berselingkuh, berambut pendek, wanita penggoda dan menikahi seorang duda, tapi tetap saja Harry Kaminsky harus mengakui bahwa dia sama sekali tak bisa membenci wanita itu.Kebenciannya hanya bertahan selama satu tahun setelah mendapati dan mendepak Kimberly Miro yang bepergian dengan laki-laki lain, anehnya sekarang ia menyesal.Dia pernah mengkhianati Kimberly Miro sekali, tapi dia sama sekali tidak bisa terima pengkhianatan Kimberly. Dan sekarang d
Kimberly Miro memang pihak yang mengkhianati cinta mereka yang terdalam, bukan karena mereka tidak cocok satu sama lain, atau lelaki itu tidak cukup baik untuknya, melainkan karena dirinyalah yang tak cukup baik.Kimberly Miro selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini lah yang terbaik untuk mereka berdua.Mencintai memang tidak harus memiliki, tingkat tertinggi dari mencintai adalah merelakannya demi kebahagian sosok yang kita cintai.Tapi semuanya terlalu menyakitkan, semuanya terlalu tak tertahankan.Bertahun-tahun hubungannya dengan Harry Kaminsky bukanlah cicilan mobil yang jika tidak selesai bisa dikembalikan ke showroom.Dia berusaha yang terbaik agar mencapai cita-cita mereka, terikat pernikahan, memiliki anak-anak dan hidup bahagia sampai ajal memisahkan mereka.Tapi semua mimpi indah itu hancur ketika dia terbangun.Mimpi sungguh tak seindah kenyataan."Seperti kau memang selalu suk
Langkah kaki Kimberly Miro tercekat sekali lagi.Panggilan itu.Panggilan akrab yang dahulu hanya milik Harry-nya. Panggilan penuh kasih sayang yang selalu membuatnya merasa hangat dan bahagia.Wanita itu berbalik, wajah cantiknya nampak acuh tak acuh meski hatinya terasa tertekan dan berat "Apa yang bisa saya bantu Tuan Kaminsky?" tanyanya dengan senyum yang jauh dan sopan.Mereka pernah bersama, tapi tidak untuk selamanya."Aku pernah bertanya-tanya, apa artinya bagimu delapan tahun diantara kita?" tanya Harry Kaminsky memandang wajah Kimberly Miro penuh harapan yang hanya ia yang memahami.Dia sangat berharap Kimberly Miro juga bernostalgia seperti dirinya. Menjadikan kenangan indah diantara mereka sebagai ingatan yang akan selalu ia kenang dan selalu ia rindukan. Sama seperti dirinya.Hanya melewati tempat mereka pernah duduk bersama, dia ingat masa mereka indah bersama, sebuah warna akan menjad
Ketenangan Kimberly Miro yang pura-pura tidak berhasil di pertahankan lagi, wajahnya langsung kaku, ketenangan itu hancur berantakan ketika ia melihat suaminya, Jamie Stanford, keluar dari toilet dan lelaki itu berjalan semakin mendekat kearah mereka. Langkah demi langkah, meski dia nampak tenang dan tanpa ekspresi, tapi mata amber dibalik kaca matanya menatap terlalu dalam dan tajam. "Hubby..." kata Kimberly Miro merasa bersalah, rasanya seperti baru saja tertangkap basah tengah bertemu lelaki lain dibelakangnya secara diam-diam. Dia tidak melakukan kesalahan sama sekali, tapi entah mengapa dia menjadi gugup dan bersalah. Mungkin disebabkan oleh penghianat perasaan itu sendiri. Berapa lama suaminya berada di sana? Apakah ia mendengar apa yang mereka bicarakan? Betapa memalukan. Harry kaminsky otomatis berbalik, terganggu dengan pandangan kaget Kimberly Miro yang melewati bahunya. Menatap lelaki itu hingga mata mereka saling
"Nyonya?" tanya Jamie Stanford yang baru keluar dari ruang kerjanya. Wajahnya masih datar seperti biasa, dan Ia mengernyitkan dahi saat melihat jam tangannya. Sudah lewat jam makan siang, tapi Kimberly Miro tidak memangilnya untuk makan seperti biasa atau menghentikannya dari pekerjaan seperti biasa, malah sekarang di gantikan oleh pembantu rumah tangga mereka."Nyonya pergi keluar bersama temannya yang artis terkenal itu, penyanyi ganteng Max Merwe" lapor pembantu rumah tangga itu dengan wajah penuh kekaguman dan kegembiraan yang tidak ditutupi sedikitpun."Hm" Jamie Stanford bergumam kecil seperti biasa dan melangkah turun menuju meja makan. Tidak ada perubahan di wajahnya dan tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya.Jamie Stanford makan siang dengan sedikit linglung, hanya semalam, situasi hatinya telah jungkir balik bagai rollercoaster. Istrinya, Kimberly Miro, bukan lagi manekin hidup yang dipikirkan, tapi objek nya
Dmitri dan Cody terus mengolok, hingga pintu ruangan pribadi itu dibuka dan seorang lelaki muda masuk. Lelaki itu memiliki wajah menarik, rambutnya yang panjang di ikat, membuatnya nampak nakal dan membawa senyuman di wajahnya yang manis sehingga tampak sangat bahagia."Akhirnya, bintang keberuntungan kita telah berada disini" Sahut Cody, berhenti berdebat dengan Dmitri yang sampai dunia kiamat tidak akan pernah mengerti bagaimana indahnya sebuah pernikahan dan komitmen."Benar. Petra adalah bintang keberuntungan kita. Tapi karena dia terlambat, hukum tiga gelas" tambah Dmitri dengan ide-ide gila yang berkembang di otaknya."Bos, Bos dan Bos, maaf saya terlambat karena bertemu seseorang di luar" kata Petra dengan penuh maaf, tapi senyum bahagia itu tak tanggal di wajahnya.Mata Dmitri sedikit menyipit "Ho Ho, lihat adik kecil kita yang sedang jatuh cinta" untuk seorang playboy dengan seribu pengalaman perang, tentu saja ia tahu wajah-waj
Jamie Stanford meminta Cody untuk memeriksa tentang wanita yang dia temui di lift itu.Ketika Cody mendengar permintaan Jamie Stanford dan mulai melakukan pemeriksaan, dia menatap Jamie Stanford dengan curiga "Apakah dia selingkuhanmu?" tanyanya langsung melihat tampilan wanita di rekaman CCTV itu "Katakan dengan jujur, apakah kau sebenarnya pamer selingkuhanmu yang cantik dan panas ini?""Jika ada masa dimana seorang Jamie Stanford selingkuh dan tergoda oleh seorang wanita, mungkin ibunya bakal menjadi orang pertama yang akan berterimakasih kepada surga dan disaat yang sama memeluk wanita itu menangis haru dan memperlakukannya sebagai leluhur, mungkin memberikan seluruh warisan dan ibu Jamie bakal tidur dengan senyum setiap hari" celetuk Dmitri yang baru masuk dan mendengar pertanyaan Cody."Kau diam! Aku muak mendengar suaramu!" kata Cody yang belum mendapatkan jawaban pasti dari Jamie Stanford, karena dia melihat wani
Ketika Jamie Stanford beranjak remaja, tubuhnya jauh lebih tinggi dari pada anak-anak sebayanya, dan perlahan wajahnya mulai menunjukkan tanda-tanda kecantikan lelaki yang menawan.Sayang sekali ekspresinya selalu serius, apalagi dengan mata ambernya yang akan menatap siapa saja dengan tajam."Sayang, apakah teman sekelasmu cantik? Apakah mereka manis?" tanya Shopia Stanford setelah mendengar perlunya pendidikan kesadaran gender pada remaja."Tidak" Jawab Jamie Stanford dengan sangat yakin."Tidak satupun? Benar-benar tidak ada yang manarik bagimu?""Hm""Lalu bagaimana menurutmu gadis-gadis di sekolah?" tanya Shopia Stanford tidak menyerah "Apakah mereka cantik? Apakah mereka menyenangkan mata? Apakah pendapat tentang gadis-gadis itu?""Jelek" Jawab Jamie Stanford dengan wajah yang serius, seolah dia tengah mendiskusikan hal yang p
"Rasakan itu, bajingan!" gumam wanita yang baru saja masuk ke lift yang sama dengan Jamie Stanford yang baru saja selesai acara sosial dengan mitra bisnis penting, sayang mitranya itu sangat suka minum dan memeluk wanita kiri dan kanan. Jamie Stanford yang berdiri di lift menoleh ketika mendengar gumaman penuh kemenangan itu. Wanita itu mengunakan gaun minim yang begitu ketat, rambut panjangnya agak acak-acak dan membuat wajahnya yang cantik makin menawan, dia bersandar di dinding lift, memegang perutnya dan tertawa cekikikan begitu bahagia hingga menetaskan air mata, tapi tidak cukup lama dia langsung berhenti tertawa, nampak tenang dalam sekejap, berdiri tegak, lalu berdiri dengan tampilan lemah lembut, berubah dari wanita kejam dan jahat menjadi wanita pendiam yang berprilaku baik hanya dalam sekejap mata. Sungguh, perubahan itu hanya hitungan detik. Jamie Stanford selalu melabeli wanita m
"Terima kasih" Kata Jamie Stanford pada penjaga keamanan yang membantunya menemukan unit Kimberly Miro, bahkan membantunya mencari kunci di tas Kimberly bahkan membuka pintu ."Suatu kehormatan Sir" Jawab penjaga keamanan itu yang sudah mengenal Kimberly Miro sambil menempatkan berbagai kotak juga tas Kimberly Miro "Ada yang bisa saya bantu lagi?" Lanjutnya kepada Jamie Stanford yang tadinya membuat terkejut."Tidak" Jawab Jamie Stanford setelah dilihatnya penjaga Keamanan itu bahkan membantunya menghidupkan lampu."Jika ada yang perlu dibantu, bisa langsung hubungi kami. Selamat malam dan selamat beristirahat"Si penjaga keamanan itu mengundurkan diri.Jamie Stanford hanya membalas dengan mengangguk kecil. Mengira bahwa penjaga keamanan itu sangat baik, pantas harga apartemen di Ninegate begitu mahal.Yang tidak Jamie Stanford tahu, Kimberly Miro sangat ramah dengan para pekerja, apalagi penjaga keamanan yang sering membantunya membaw
Ketika mereka sampai di basement, Jamie Stanford menurunkan Kimberly Miro dan wanita mabuk yang tidak melihat bayi kesayangannya kembali berulah. "Mana bayiku?" tanyanya dan memukuli Jamie Stanford dengan tangannya yang lemah "Pembohongan! Pembohongan besar! Mana bayiku? bawa aku pada bayiku" Setelah memasukan tas Kimberly Miro ke mobil, mengambil sandal dan memakainya langsung. Jamie mengambil kedua tangan kecil Kimberly Miro, dan menghentikan serangan brutalnya "Diam!" bentaknya. Dia benar-benar tidak memiliki cukup kesabaran. Nada pria itu terlalu menakutkan, Kimberly Miro terkejut sampai-sampai dia mulai cegukan dan menatap seolah-olah dia telah diintimidasi. Melihat wajah kecilnya yang menyedihkan, Jamie Stanford agak menyesal. Dia tidak bermaksud kasar pada Kimberly Miro, memang nada bicara agak keras, tapi cukup untuk menakuti Kimberly Miro yang sekarang usia men
Ketika Jamie Stanford tidak siap, Kimberly Miro yang berlari ke arah belakang Jamie, memeluk Ansel Swain yang baru datang. "Dia pembohongan besar!" katanya pada Ansel Swain dan menunjuk-nunjuk ke arah Jamie dengan jarinya yang kecil "Dia bilang dia suamiku! Pasti bukan! Tidak mungkin dia muncul disini. Pasti pembohongan! Ansel! Cepat! Selamatkan aku! Dia ingin membawaku pergi! hum! dia benar-benar memiliki nyali untuk menculikku! Lihat bagaimana aku membereskan dan menendang bokongnya!" lanjutnya sambil cemberut marah, pipi melotot seperti bocah kecil keras kepala yang marah. "Dia benar-benar Jamie Stanford, Kimberly Miro. Jamie Stanford suamimu. Cepat lepaskan aku. Dia Jamie Stanford yang asli, sana, pulang dengannya, jangan membuat malasah" Kata Ansel mencoba melepaskan diri dari cengkraman Kimberly Miro, berusaha membuangnya sejauh mungkin, karena mata Jamie Stanford serasa memotong pinggang yang dililit lengan Kimberly Miro yan
Kimberly Miro terus meneguk minuman, semuanya tampak jelas semakin dia minum. Ketika dia merasa sedikit pusing dan merasakan gejolak di perutnya, dia berjalan ke kamar mandi, mencoba mengeluarkan minuman diperutnya. "Fuck!" kutuknya setelah mengeluarkan alkohol yang belum lama singgah diperutnya. Dan hal paling menyebalkan tentang menegak alkohol berlebihan adalah mengeluarkannya kembali lewat jalur masuknya. Rasanya menyakitkan. Tapi tidak sebesar kesakitan jiwanya. Terkadang dia memiliki ilusi menikmati penganiayaan diri. Semakin menyiksa rasa sakit di tenggorokan, hidung dan kepalanya, semakin dia memiliki alasan untuk menangis kesakitan. Entah berapa lama dia membungkuk di wastafel hingga kehilangan semua kekuatannya, dan merosot ke lantai kamar mandi. Dia merasa sudah mengeluarkan semuanya hingga empedunya, dia berkumur tapi dia merasa
Dan mulai sejak saat itu dia tidak pernah percaya lagi pada siapapun. Dia menjadi sensitif dan paranoid. Dia merasa semua orang telah menatap dan memperlakukannya dengan berbeda. Dia mulai peduli dengan komentar orang lain padanya, dia mudah sedih dengan ucapan dan tindakan orang lain terhadapnya, yang tidak pernah di pedulikan sebelum-sebelumnya. Dan hal yang paling dia peduli adalah sikap Harry padanya. Terkadang satu kalimat tidak sengaja Harry Kaminsky bahkan bisa menyakiti dan membuat sedih dan tidak nyaman untuk waktu tertentu. Meski dia dihantui pernyataan menyesakkan Rachel Carlo, dia tidak pernah bertanya pada Harry Kaminsky. Meski Rachel Carlo terus mengirimi foto intim bersama Harry, pesan menghina dan provokatif, dia masih bersabar dan bertahan. Menyimpan semuanya dalam-dalam, dan masih tersenyum dalam kesakitan memilukan. Mungkin dikala itu baginya ke
"Lalu aku akan duduk di sini dan memantau apakah seseorang akan berbuat jahat kepadamu. Kau tidak keberatan, kan?" kata Leon tidak menyerah. Tapi dia tidak menggoda atau merayu Kimberly seperti sebelumnya. Orang-orang dilingkar mereka memiliki kesopanan dan aturan tersendiri. Ada waktu untuk bermain ada waktu hanya bersosialisasi seperti biasa. Dan meski semua pria di lingkaran mereka berganti pasangan layaknya pakaian, tapi mereka memperlakukan wanita berbeda dengan perlakuan berbeda. Ada beberapa wanita yang tidak bisa mereka permainan dan perlakuan begitu saja. Kimberly Miro salah satunya, meski Kimberly Miro tidak berasal dari keluarga berlatarbelakang yang sama seperti mereka, memiliki bisnis keluarga yang besar atau posisi di ketentaraan yang tinggi atau jabatan politik yang tidak rendah, tapi dibelakangnya ada Patrick Kho dan Sykes. Meski tidak jelas apa hubungan diantara mereka, tapi mereka akan selalu menyelesaikan masalah yang berhubun