Share

[ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM
[ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM
Author: Rara Huang

Prolog

Author: Rara Huang
last update Last Updated: 2021-05-01 23:40:52

Rosea berjalan menyusuri anak tangga dengan keyakinan yang tak utuh, langkahnya menggiring ke ruang keluarga Hendrawan. Di sana ada ibu dan adiknya, Aji, yang asik menonton serial drama Amerika. Keringat dingin membasahi tangan dan dahi Rosea. Debaran jantung semakin terasa saat duduk di sebelah Liliana, perempuan yang melahirkannya. 

“Bunda…”

“Hm?”

“Rosea boleh ngekos endak? Biar lebih deket. Kalau berangkat dari rumah bakal ngabisin ongkos banyak buat transport ke kampus.” Rosea memainkan jari-jarinya mencoba menghilangkan rasa cemas.

Rosea melirik bundanya yang bergeming, seakan sengaja menulikan indra pendengarannya.

“Bun…”

Bukan balasan dari bunda yang Rosea dengar, namun Aji. “Udahlah kak, siapa coba yang mau biayain lu? Lu tuh kebiasaan banget deh sok ngide. Ujung-ujungnya ngerepotin bunda sama ayah.”

Nafas Rosea tercekat. Hatinya mencelos, ada amarah yang bercokol ingin ia muntahkan pada adik satu-satunya itu.

“Rosea bakal kerja sampingan, jadi bunda sama ayah endak usah bayarin kos Rose-“

“Gua enggak yakin lu bisa bertahan hidup sendirian. Lu tuh terlalu manja dan merepotkan tahu enggak?” Aji mencibir alasan Rosea, lalu pergi dari ruang keluarga dengan seriangaian yang sangat Rosea benci.

“Terserah kamu saja. Bunda capek sama kamu. Kamu enggak pernah bisa ngertiin bunda.”

Kepergian bunda dari ruang keluarga menyentak perasaannya. Rosea takut sekali jika Liliana tak memberi restu, hal buruk malah terjadi padanya. Rosea masih memercayai bahwa restu Tuhan berada di kedua orang tuanya. Sedangkan ayahnya, pria dewasa itu hanya mengangguk dalam diam saat Rosea mengutarakan keinginannya seminggu yang lalu.

Tangisan Rosea tak terbendung. Ia sudah sangat lelah menahan semuanya, lelah hidup dalam penuh amarah yang teredam dan lelah hidup dalam tekanan. Tangan Rosea mengepal menepuk-nepuk dadanya yang dialiri rasa nyeri. Menahan geram yang ia pendam bertahun-tahun lamanya. 

Kenapa? Kenapa aku dilahirin sebagai anak perempuan bunda? Anak perempuan yang harus selalu mengerti bunda? Kenapa bunda endak pernah menuntut hal yang sama pada anak laki-laki bunda? Rosea anak bunda kan?

Bunda. Setiap kali anak laki-laki bunda nyakitin Rosea, kenapa bunda diem aja? Kenapa Bunda endak belain Rosea dan marahin anak laki-laki bunda seperti yang bunda lakukan ke Rosea?

Jiwanya menjerit. Isakan Rosea sungguh menyayat hati. Entah dosa siapa yang ia tanggung sampai hidupnya menjadi semenyedihkan ini. Hidup tanpa perlindungan dan belas kasih. Rosea lelah terus menerus dianaktirikan seperti ini.

Rosea menyayangi ayah dan bundanya. Teramat mencintai mereka. Namun, Rosea tidak merasa dianggap sebagai anak. Akhirnya ia mengambil sebuah keputusan yang menyiksa karena harus tinggal terpisah dengan ayah dan bundanya. 

Setidaknya dua tahun yang lalu. Kini Rosea mampu bernapas lega bak mendapat kantung paru-paru tambahan. Tinggal sendirian membuat Rosea dapat hidup dengan nyaman tanpa ada rasa was-was dan tertekan. Akan tetapi, ternyata masih ada ketakutan yang memberatkan langkahnya.

Memang, menerima dan memaafkan adalah hal yang paling sulit dilakukan manusia, termasuk Rosea. Apalagi berhubungan dengan masa lalu yang kelam. Masa lalu yang hampir saja merenggut kewarasan dan nyawanya.

Related chapters

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 01

    “Jika ilalang bergerak mengikuti arah angin, berbeda dengan manusia yang cenderung berani melawan takdir.”“Gua sumpahin jadi perawan tua lu!”Percakapan antara Rosea dengan Angga berminggu-minggu yang lalu menghantui paginya. Sebuah percakapan yang condong pada adegan monolog drama di mana sang pria tampan dari fakultas teknik ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Rosea berpikir keras untuk memparafrasakan kata-kata penolakan agar mudah laki-laki itu terima. Namun, apa daya Rosea malah mendapat sumpah serapah.Ya emang salah kalo aku nolak dia? Dikira jatuh cinta segampang itu?Persetan hidup menjomblo, Rosea pe

    Last Updated : 2021-05-01
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 02

    “Boleh jadi manusia lain memakai guna-guna ataupun mantera, tetapi manusia ini akan tetap jatuh pada seseorang dengan senyum seindah malam penuh lentera.”Rosea menggertakkan giginya saat obat merah menyentuh lukanya. Seusai sampai di indekosnya, Rosea bergegas untuk mandi dan mengganti perban. Lukanya memang hanya beberapa senti, namun perihnya saat obat merah mulai menetes satu per satu pada luka yang menganga, perihnya bukan kepalang. Sampai-sampai gadis itu menitihkan air mata.Sudah semacam telenovela saja. Rosea memang tak bisa menawar sedikit pun rasa sakit. Sebuah kelemahan yang gadis itu sadari sejak belia.Sehabis merapikan barang serta obat lukanya, Rosea mengambil boneka kelinci berwarna merah muda untuk mengganjal kaki

    Last Updated : 2021-05-01
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 03

    “Cinta akan jatuh pada ruang dan waktu yang tepat.”“Taco masih marah ya sama Kak Miko!”Masih dengan piyama polkadotnya, Taco memberengut kesal pada kakaknya. Kemarin ia mati bosan menunggu kakaknya untuk menjemput setelah kegiatan OSIS-nya. Bukan permintaan maaf yang Taco dapatkan, malah cengiran.Selama perjalanan dari sekolah Taco ke rumah, wajah Miko dihiasi bintang-bintang. Merasa ada yang salah dengan perangai sang kakak, Taco menempelkan punggung tangannya ke dahi sang kakak yang sibuk mengemudi.Miko malah kembali tersenyum tidak jelas. Taco bergidik ngeri melihatnya.

    Last Updated : 2021-05-01
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 04

    “Yang sungguh cinta, sejauh apapun ia pergi pasti kembali pulang karena hati adalah kompas alami manusia.”“Bu, pesen es teh manisnya 3, es susu cokelatnya 1, sama mi ayam 4 pedes semua.”“Oke tunggu sebentar ya, mas.”“Siap!” Hanzel yang memesan makanan di warung Bu Denok untuk para sahabatnya.Mereka sedang menikmati suasana kantin FISIP sembari memandang gadis-gadis cantik, kecuali Julian. Julian semenjak duduk, ia hanya memerhatikan gawainya. Membuka-tutup aplikasi pesan singkat. Menanti balasan pesan dari Serena.Serena, gadis itu berkuliah di tempat yang berbeda dengan Julian. Tahun pertama kuliah hubungan mereka masih sangat hangat. Hampir setiap hari mereka bertemu. Bahkan di saat Julian sangat sibuk, laki-laki itu masih berusaha menyempatkan waktu. Tetapi, memasuki tahun kedua, Serena mulai berubah.Entahlah mungkin gadis itu mulai bosan. Atau benar-benar sudah jatuh ke pelukan laki-laki lain.“Udahlah enggak

    Last Updated : 2021-05-03
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 05

    "Sering kali cinta saja tak cukup untuk memenuhi asupan ego manusia.”Sadar dari mabuknya semalam, Serena berjalan dengan badan yang masih lemas. Netranya menyusuri setiap sudut ruangan yang ia tempati. Dilihat dari perabotannya, ia tahu ini apartemen Julian."Sudah bangun, Ser?" Julian yang sedang memasak bubur untuk Serena mengalihkan fokusnya dari kompor."Menurut kamu gimana?" Serena malah membalas dengan nada sengau. Julian termangu. Perbedaan Serena sangat nyata. Setahun ini ia kira itu semua hanya ilusi dalam pikirannya saja karena mereka tak berada di kampus yang sama. Nyatanya, Serena memang berubah.Dengan suasana tegang, Serena dan Julian makan. Tanpa ada suara. Tanpa ada tawa. Tanpa ada debaran. Semuanya hambar. Kini cinta rasanya sudah tak lagi bersarang di tempatnya."Sekarang jam berapa, Jul?" Serena sudah menyelesaikan makannya dan menaruh mangkuknya di mesin pencuci piring."Jam 9, kenapa S

    Last Updated : 2021-05-03
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 06

    "Ketika hatimu remuk, semuanya akan menjadi sangat menyesakkan.”Pikirannya kacau dan semua perih bergelung di dada. Kepedihan meringsak masuk menggerogoti perasaannya. Sehancur apapun keadaannya, dunia tetap berputar, waktu tetap berjalan.Julian menggendong tas gitarnya menuju mobil yang terparkir di depan gedung FEB. Sahabat-sahabatnya sudah pergi entah kemana sejak ia tinggal mengambil gitar dari ruang UKM seni.Hari ini, hari pertama Julian bekerja sebagai penyanyi kafe, di Kafe Aletha. Perasaannya bercampur aduk. Antara senang dan gundah, tetapi bagi Julian pantang untuk mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan.Rosea memandang lurus ke arah panggung dari balik meja kasir. Julian sudah nampak siap dengan gitar di pangkuannya. Ia mulai menyapa para pengunjung kafe. Semua nampak antusias.Lagu dimulai dengan permainan gitar yang menghanyutkan setiap jiwa yang ada di sana. Julian memejamkan matanya, menyatukan dirinya dengan lagu ya

    Last Updated : 2021-05-03
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 07

    “Lukamu akan sembuh. Maka bersabarlah!”Sudah beberapa hari berlalu semenjak malam itu. Rosea bersyukur saat itu terjadi Hana ada di sampingnya, setidaknya tidak ada hal bodoh yang ia lakukan. Walaupun beberapa hari sejak malam itu ia merasa sangat cemas dan badannya tak enak, ada Hana yang dengan sabar merawatnya. Hana juga menginap beberapa hari, memastikan bahwa Rosea benar-benar kembali stabil.Rosea senang memiliki Hana sebagai sahabatnya.“Males banget deh harus latihan bareng sama anak basket. Perasaan selama 2 tahun baru kali ini kayak gini. Huft…” Bela mendengus kesal.“Ya mau gimana lagi. Sekitar sebulan lagi kita ada lomba. Belum lagi kemaren ada UTS jadi kepotong waktu latihannya, kan?” Rosea mengelus lengan Bela yang tidak suka berita yang Mas Begas, pelatih dance mereka, bawa bahwa latihan dipindahkan ke lapangan basket. Alasannya karena ruang latihan mereka sedang direnovasi.“Iya sih…,” Bela menjawab lunglai.Latih

    Last Updated : 2021-05-04
  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 08

    “Sakit bisa saja mendatangkan lebih banyak kebaikan bagi orang-orang yang ikhlas menjalaninya.”Sudah delapan kali Rosea ke kamar mandi untuk buang air besar. Sebuah ritual pasti setelah makan seblak, tetapi tak pernah separah ini. Kemarin sepertinya ada sebuah setan antah berantah membisikkan pesan untuk membeli seblak dengan level maksimal. Biasanya Rosea membeli level 0. Paling mentok ya level 3 kalau-kalau gadis itu sedang frustasi dengan tugas Pak Jagad.Rosea sudah seperti melakukan simulasi bunuh diri.“Gini banget punya penyakit maag!” gerutu Rosea dengan tangan memegangi perutnya. Dirinya masih berbaring lemas di atas kasur sembari berharap mulesnya akan hilang.“Ah sebel! Tau gitu aku ajak makan mi yamin aja ketimbang makan seblak. Sama-sa

    Last Updated : 2021-06-06

Latest chapter

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 15

    “Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.” “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 15

    “Perihal menahan rasa yang bergemuruh pada dada, manusia perlu berguru pada kesabaran dan angkara murka, agar tahu bagaimana dampak keduanya.” “WOY BABI HUTAN!” “Ha? Mana? Mana?” Miko bangun dengan gelagapan. Mukanya masih kusut dengan bekas air liur di pipi kanannya. Bajunya juga terdapat bekas air liurnya. “Lu babi hutannya! Parah banget gila lu ngorok apa kesurupan?” Rachel benar-benar murka. Semalaman setelah adegan Miko yang mabuk setelah minum anggur merah, ia ingin sekali tidur karena lelah seharian ini. Tetapi keinginannya sirna setelah satu setengah jam kemudian. Miko mengorok dengan suara yang lumayan keras. “Ngorok apaan sih? Gua kalo tidur tuh cakep banget. Sangat tenang dan tidak mengeluarkan suara.” “Pret!” Rachel beranjak dari duduknya dan merapikan ruang tamu yang dipenuhi bungkus makanan dan botol anggur merah sisa semalam. Sedangkan Miko memilih melanjutkan tidurnya. Rachel memunguti bu

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 14

    “Ketulusan tak pernah meminta balasan. Berbeda dengan dendam yang selalu ingin terbayarkan.” “Iya aku setuju sama kamu, Chel. Peluang terbesare ya anak HIMA lek enggak gitu ya anak BEM. Tapi sekarang ambil kunci mading dulu.” Susi dan Rachel berjalan beriringan menuju ruang sekretariat BEM. Susi terlihat mungil berada di sebelah Rachel yang bertubuh jenjang. Rachel tadi sempat mengganti alas kaki menjadi sandal setelah makan bebek bersama Miko. “Btw, sorry ya gua ganggu lu.” “Gapapa kok, Chel. Aku juga enggak tega sama orang yang jadi korban. Tapi waktu itu aku enggak tahu harus ngapain soalnya yang lain pada ikutan gosip.” Susi terus bercerita bagaimana teman-temannya menggunjing Rosea sembari membetulkan kacamatanya. “Kok tega gitu ya? Apa ya kan kita sama-sama cewe nih ya, amit-amit kalo kena kita kan enggak enak juga. Udah kena musibah, eh jadi bahan ghibahan. Emang bener mah

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 13

    “Hidup ini memang penuh drama, jadi tidak usah terkejut atau sampai berlebihan dalam menyikapi perangai orang yang bermuka dua.” Dalam ruangan VIP sebuah klab malam eksklusif, suara ketukan gelas wine mengiringi pikiran-pikiran Miko yang berkeliaran. Sedari tadi matanya menerawang jauh, memikirkan bagaimana cara menemukan orang yang menyebarkan berita tentang Rosea. Sudah dua jam ia duduk sambil menghabiskan sebotol anggur, tetapi pikirannya semakin buntu. Tadi sore Miko sekongkol dengan Julian dan Hana untuk membohongi Rosea. Miko berkata bahwa latihan dance dibatalkan karena ada turnamen basket antar kampus. Rosea untungnya percaya-percaya saja. Hana pun menghapus room chat UKM dance yang sedang membahas jadwal latihan hari itu. Hana juga pura-pura sebagain bundanya Rosea, lalu menelpon Mas Begas dan mengatakan bahwa Rosea ada acara keluarga mendadak. Malangnya Miko harus pergi dan akhirnya mem

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 12

    “Tiada manusia yang benar-benar kuat. Sekali pun dia terlihat tegar, salah satu bagian dirinya pasti menampakkan luka.” Miko gelagapan menjawab pertanyaan Rosea yang baru selesai mandi. Air mukanya berubah merah kala mencari-cari alasan. Hana dan Julian menatap menuntut jawab. Sedangkan Rosea santai dengan handuk di kepalanya. “Ah itu, dosennya ngeliburin. Iya, libur. Nih barusan dikabarin lewat grup.” Miko mengangkat gawainya canggung. Rosea mengangguk, lalu tersenyum. “Kalian mau makan bubur ndak? Pasti blom makan semua kan?” “Biar gua aja yang beliin!” Hana langsung melotot mendengar Miko dan Julian berseru bersamaan. Ia menatap Rosea yang mengedip-ngedipkan matanya cepat. Sahabatnya itu terkejut melihat dua orang laki-laki sangat semangat ingin membantunya. “Hm, oke, mending gua aja gimana yang beli?” tawar Hana dengan nada penuh penekanan. “JANGAN!” “Kalem! Kalem! Jangan pada ngegas

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 11

    “Ketakutan akan kebagusan adalah usaha menutupi keburukan.”Lembabnya jalan setapak sehabis hujan menyapa kaki Hana kala berjalan memasuki taman rumah sakit. Langkahnya gontai. Banyak pikiran buruk datang silih berganti. Ia duduk di salah satu bangku dengan lampu taman bersinar kuning.“Nih!”Hana menerima segelas coklat hangat dari orang yang telah menantinya di bangku itu sedari tadi. “Makasih.” Hana paksakan senyum berterima kasih.“Hm, Luk, makasih udah mau mantau Rosea. Jadi gua enggak terlalu telat buat tahu keadaan Rosea tadi.”“Iya, sama-sama. Udahlah wak lu gausah sedih-sedih gitu, gua ikutan sedih.” Luki bersandar pada bangku dan menoleh pada Hana.“Gua enggak habis pikir gitu, lho. Maksud gua tuh gini. Orang baik pasti ada aja cobaannya. Coba para bajingan, bedebah, preman, kenapa hidupnya mujur? Akal gua enggak bisa nerima ini semua,&

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 10

    "Semua yang pahit pasti pergi. Jika datang kembali, ucapkan padanya bahwa kamu sudah siap melaluinya lagi.”Lampu warna-warni yang menghiasi aula lantai 2 gedung FISIP malam ini menambah semarak kemeriahan acara para mahasiswa ilmu komunikasi. Beberapa teman seangkatan Rosea menampilkan sebuah musikalisasi puisi yang sangat indah. Sajak demi sajak yang mereka bawakan, membawa pandangan baru akan dunia. Membikin Rosea semakin sadar bahwa bumi yang ia pijaki sangat luas.Kini gilirannya mempersembahkan sebuah lagu yang baru-baru ini rilis dan sangat digandrungi para remaja galau, yaitu “Driver License”. Pada kesempatan kali ini, suara merdunya akan diiringi oleh petikan gitar dari salah satu teman kelasnya, Febriko.Rosea nampak manis dengan celana jeans berwarna putih gading dan badannya dibalut kardigan berwarna cokelat muda. Rambutnya dicepol dengan gaya sedikit berantakan. Riasan tipis dengan lipstik merah

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 09

    CHAPTER 9“Akan ada harapan baru untuk orang-orang yang masih mau berjuang.”“Tolong bantuin gua dong!” pinta seorang gadis pada laki-laki bertubuh jangkung di depannya.Pagi-pagi sekali di ruang tamu rumah bertingkat tiga ini diisi oleh dua orang bersentimen tinggi. Si gadis dengan baju tidur berwarna cerah, di kepalanya dihiasi bando dengan aksen sepasang tanduk sapi. Sedangkan si laki-laki nampak santai dengan kaos dan celana jeans robek-robek, duduk bersandar sofa, serta kakinya disilangkan dan telapaknya bergerak-gerak.“Adah-adah! Apaan lagi sih, wak?” Laki-laki itu menyugar rambutnya angkuh. Matanya terlihat jengah menatap gadis di depannya. Walaupun cantik—ralat, sangat cantik—tetapi, karena sifatnya yang menyebalkan membuatnya malas.“Eh lu gua bayar ya!”Laki-laki itu sontak melotot. “Koreksi. Bokap lu!”Gadis itu menunjukk

  • [ ROSES ] : The Tragedy After 10 PM   [ Roses ] ; 08

    “Sakit bisa saja mendatangkan lebih banyak kebaikan bagi orang-orang yang ikhlas menjalaninya.”Sudah delapan kali Rosea ke kamar mandi untuk buang air besar. Sebuah ritual pasti setelah makan seblak, tetapi tak pernah separah ini. Kemarin sepertinya ada sebuah setan antah berantah membisikkan pesan untuk membeli seblak dengan level maksimal. Biasanya Rosea membeli level 0. Paling mentok ya level 3 kalau-kalau gadis itu sedang frustasi dengan tugas Pak Jagad.Rosea sudah seperti melakukan simulasi bunuh diri.“Gini banget punya penyakit maag!” gerutu Rosea dengan tangan memegangi perutnya. Dirinya masih berbaring lemas di atas kasur sembari berharap mulesnya akan hilang.“Ah sebel! Tau gitu aku ajak makan mi yamin aja ketimbang makan seblak. Sama-sa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status