Ganindira sedang sarapan bersama nenek dan Stefana. Sambil mengunyah roti yang telah diolesi selai nanas terlebih dahulu, Ganindira mengabaikan ucapan yang dikatakan neneknya sedari tadi. Meskipun Ganindira mengabaikan ucapan tersebut,, telinganya menangkap kata - kata yang di lontarkan neneknya sedari tadi.
"Apa aku harus mengenalnya dulu..?", ucap Ganindira sambil meminum jus jeruk yang sudah disediakan. Stefana yang mengamati percakapan kedua orang itu hanya bisa melihat tanpa bisa menyela karena Stefana tahu kalau yang mereka bahas ini bukan masalah pekerjaan, melainkan pertemuan dua keluarga yang akan di jodohkan dengan Ganindira.
"Setidaknya kau kalian harus bertemu dulu untuk pertama kalinya...", jawab Miranda.
Sambil menghela nafas keras Ganindira menatap Miranda yang juga menatapnya. "Baiklah, aku akan mencoba, tetapi hanya untuk kali ini. Aku tidak mau lagi ada rencana seperti ini lagi.Masa depanku aku yang menentukan dan kebahagiaanku aku juga yang menentukan. Aku hanya mau mengatakan kalau kalian tidak perlu khawatir tentang diriku karena kau tahu tentang diriku sendiri...", Ganindira beranjak dari duduknya dan berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Stefana dan Miranda denga fikiran masing - masing.
*****
Berjalan tak tentu arah membuat Ganindira menjadi lapar lagi. Ya, setelah percakapan bersama neneknya saat sarapan pagi tadi, Ganindira langsung pergi dan meninggalkan sarapan nya yang masih tersisa. Percakapan tersebut membuat selera makannya langsung menghilang. Bagaimana tidak, entah kenapa neneknya itu terus menggencar dirinya untuk mau menghadiri pertemuan yang tidak ia ketahui sebelumnya. Tetapi, dengan niat yang gigih dari nenek nya tersebut, Ganindira bisa berfikir kalau pertemuan yang sudah di canangkan neneknya itu bukanlah pertemuan yang main - main.
Setelah mengambil mantel tebal dari dalam kamar dan memakai boots yang ada di rak sepatu, Ganin langsung pergi tanpa memberi tahu kepergiannya, baik kepada Stefana maupun neneknya. Dengan menahan dingin, Ganin melangkah keluar Apartement nya dengan berjalan kaki. Meskipun cuaca sedang dingin salju tetap turun meski tidak terlalu deras, Ganin bisa merasakan kalau semua orang sangat menanti salju turun.
Sambil memandang sekitarnya, tidak terasa Ganin melangkahkan kakinya terlalu jauh hingga ia berhenti di depa sebuah cafe bernama "What A Bagel". Karena penasaran, Ganin melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe karena sejak tadi, banyak orang yang keluar masuk dari cafe yang ia datangi sekarang.
Entah apa arti nama cafe tersebut, Ganin tidak ambil pusing yang penting untuk saat ini Ganin meu mengisi perutnya yang masih lapar dengan makanan yang di sediakan di cafe ini. Saat masuk kedalam, Ganin melihat suasana cafe yang Cozy dan nyaman. Sambil berjalan mata Ganindira sesekali mengamati konsep yang di usung cafe tersebut.
Ganin melihat ada kursi yang kosong dan berjalan melangkah ke kursi tersebut. Sambil meletakkan mantel di atas salah satu kursi , Ganin mendudukkan dirinya di kursi tersebut dan melihat daftar menu lalu memesan. Sambil menunggu pesanannya datang, Ganindira masih tetap mengamati cafe tersebut,
Namun tatapannya teralihkan saat melihat pintu masuk terbuka dan menampilkan sosok seorang pria masuk kedalam cafe. Pria tersebut berbadan tegap dengan memakai mantel berwarna coklat tua. Sesetel Suit tercetak jelas di badan nya yang bidang, dan juga rambut senada dengan warna mantel membuat penampilan pria tersebut sempurna. Tidak ingin ketahuan karena mengamati penampilan, Ganinidra langsung mengalihkan tatapannya ke luar sambil memandangi salju yang turun dari atas langit.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya makanan yang dipesan Ganin datang dan dengan segera Ganin langsung memakannya mumpung masih hangat. Sesekali Ganin mencuri - curi tatapan kepada pria tersebut. Entah kenapa, sedari tadi Gani tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pria itu, padahal Ganin sudah sering bertemu dengan pria seperti itu.
Mungkin pria tersebut tahu kalau Ganin sedang mengamatinya, Ganin langsung tersedak dengan makananya saat menyadari tatapan pria tersebut kearahnya. Dengan menunduk Ganin fokus dengan makanannya. Karena saking fokusnya Ganin dengan sarapannya yang sebentar lagi akan habis, Ganin sampai tidak meyadari kalau salah satu kursi yang ada di mejanya di tarik kebelakang hingga menimbulkan bunyi gesekan.
"Maaf, apa aku boleh duduk di sini..? tanya pria itu sambil memandangi Ganindira yang sudah selesai dengan makanannya.
Ganindira mendongak dan menatap pria yang sejak tadi ia lihat saat ini berdiri dihadapannya sambil memegang secangkir minuman di tangan kirinya. Ganindira mengangguk. "Silahkan...".
"Terima kasih...", ujar pria itu. Setelah itu, Ganindira meminum minuman yang belum ia sentuh sejak tadi. Saat air baru saja melucur ketenggorokannya, ujung matanya menangkap kalau pria yang duduk didepannya ini sedang menatap dirinya. Sambil bersikap acuh, Ganindira terus minun dan menghabiskan minumannya sampai tandas lalu meletakkan gelas yang sudah kosong itu di atas meja. Bukannya berhenti melihat, pria itu secara terang - terangan menatapnya dan itu membuat Ganindira risih.
"Maaf, apa ada sesuatu di wajahku..?, Ganindira memberanikan diri bertanya. Bukan nya menjawab, pria tersebut malah tersenyum. "Tidak ada...", jawabnya. Hanya saja aku baru saja melihat dirimu datang ke cafe ini, apa kau turis yang baru datang ke Negara ini?", tanya pria itu lagi
Ganinggira menggeleng. "Aku sudah sering datang kesini, namun baru tahu kalau di dekat sini ada cafe...", jawabnya.
Pria tersebut mengangguk kan kepalanya. "Begitu..."
Setelah pembicaraan singkat ini, tidak ada lagi kata - kata yang terucap di antara mereka. Haingga akhirnya dering ponsel Ganindira memecahkan kesunyian diantara mereka berdua. Ganindira mengambil ponselnya dari saku mantel dan melihat siapa yang menelfon dan ternyata Stefana yang menelponnya.
"Ada apa..", Jawab Ganindira.
"Kau ada di mana..?", tanya suara Stefana dari sebrang sana
"Di cafe..."
"Nenek mencarimu...."
"Aku segera kembali...". Setelah berkata setelah itu Ganindira mematikan panggilannya dan beranjak berdiri untuk segera kembali ke apartement. Melangkah meninggalkan pria yang duduk di kursinya dan mengabaikan tatapan yang diberikan pria itu. Namun belum lagi kakinya melangkah, tangan Gnaindira ditahan dan ternyata pria tersebut yang memegang tangannya.
"Maaf...", ujar pria tersebut sambil melepas genggamannya. Sangat tidak sopan kalau kita belum berkenalan setelah kau mempersilahkanku duduk satu meja denganmu" lanjut pria itu sambil mengukurkan tangannya kedepan.
Ganidira menatap datar wajah pria tersebut sambil melihat uluran tangan didepannya.. Untuk menghormati kesopanan, Akhirnya Ganindira membalas uluran tangan pria tersebut.
"Perkenalkan namaku Ganesha Erlangga..." ujar pria tersebut.
Ganindira yang mengetahui nama pria tersebut mengucap namanya sambil menatap wajah tampan wajah pria bernama Ganesha itu.
"Ganindira Violeta...."
*****
"Ganindira Violeta...". Setelah itu Ganindira melepas jabatan tangan mereka dan memasukan tangannya kedalam saku mantel. "Aku pergi..".
Ganindira benar - benar melangkahkan kakinya keluar cafe dengan cepat. Entah kenapa Jantungnya berdegup dengan cepat saat bersentuhan dengan pria bernama Ganesha tadi. Sambil berjalan dengan cepat, tangan kirinya memegang dadanya masih berdegup dengan cepat. Namun tanpa sepengetahuannya, Ganesha mengejar dirinya kelar cafe sambil memanggil namannya.
Ganindira yang namanya dipanggil memberhentikan langkahnya dan menolah kebelakang. Dirinya mendapati kalau Ganesha berlari kecil kearahnya. Sambil mengulurkan sesuatu kearahnya, Ganesha mengatakan sesuatu kepadanya.
"Ini bill mu, kau lupa mengambilnya..".
Ganindira merasa wajahnya memerah menahan malu. Bagaimana bisa ia makan dan lupa membayarnya. "Maafkan aku, berapa semuanya. Aku akan membayarnya..".
Ganesha menolak. "Tidak perlu. kalau kau tidak keberatan besok pagi maukah kau datang ke cafe tadi dan sarapan bersamaku?anggap saja kau membayar makanan yang aku bayar barusan..".
Ganindira mengiyakan perkataan Ganesha. "Baiklah, besok jam 9 pagi aku akan datang ke cafe tadi..". Aku pergi dulu..."setelah mengatakan itu Ganindira meninggalkan Ganesha yang masih setia berdiri di tempatnya.
Suasana apartement terlihat lengang. Entah kemana neneknya dan Stefana pergi, Ganindra tidak mau ambil pusing. Dengan meletakkan mantel di gantungan balik pintu serta melepas boots di kaki nya, Ganindira melangkah menuju ruang tamu. Dengan duduk disalah satu sofa, Ganindira mengadahkan kepalanya menatap langit - langit ruangan. Mengingat pertemuan singkatnya dengan pria bernama Ganesha Erlangga membuat darahnya mendesir. Sudah lama sekali Ganindira tidak merasakan hal seperti ini, delapan tahun yang lalu ternyata waktu yang sangat panjang. Mengingat kembalu hal itu membuat dirinya kembali sedih.Namun disaat Ganindira sedang mengingat masa lalunya, tiba - tiba Stefana hadir dan duduk disalah satu sofa dekat Ganindira. "Apa yang kau fikirkan...?"Ganindira menatap Stefana dengan datar. "Pergilah...."Stefana menghela nafas keras. "Berhentilah memikirkan hal itu...?!". Tidak seharusnya kau terjebak dengan masa lalu. Kau harus bergerak meraih masa depanmu Gan
Ganesha mematung di tempatny saat menyadari kehadiran dua orang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja yang telah dipersiapkan ayahnya. Namun yang lebih menarik perhatian Ganesha adalah sosok perempuan yang sangat cantik. Perempuan yang bertemu dengannya saat sedang sarapan di cafe tadi pagi. Ganindira Violeta."Ganesha, kau sudah datang nak...?", Tom berdiri dan memeluknya. Ganesha membalas pelukan ayahnya. "Ya ayah...Apa ayah sudah lama menungguku...?", tanyanya.Tom mengurai pelukan mereka. "Ayah juga baru tiba. ayo kita duduk...", lanjut Tom kembali duduk di kursi. Ganesha sendiri duduk di samping Ganindira yang masih diam di tempatnya."Apa kabar...?" sapa Ganesha.Ganindira menoleh kearah Ganesha sambil tersenyum kecil. "Baik..."Disaat Ganesha mau mengatakan sesuatu lagi, Suara Tom mengalihkan perhatiannya. "Karena Ganesha sudah datang, lebih baik kita mulai pembicaraan kita".Ganesha memandang Tom. "Apa maksud ayah? Mak
Damai dan tentram, setidaknya itulah yang bisa dirasakan Ganindira untuk saat ini. Bisa terbebas dari segala macam fikiran yang sangat membebaninya membuat Ganindira bisa sedikit menghembuskan nafas dengan tenang.Duduk sendirian di taman yang baru ia jumpai membuat dirinya bisa merasakan ketenangan yang melanda hatinya akhir - akhir ini. Ganindira mencoba melupakan semua permasalahan yang terus datang menghampirinya. Otaknya juga merangkum semua kejadian yang terjadi. Dimulai dari kedatangan neneknya dan Stefana ke apartement nya untuk merusak hari tenangnya, pertemuan tak sengajanya dengan pria yang sialan sexy dan tampan, acara pernikahan dirinya dengan pria yang ia temui di cafe saat brakfeast sampai dengan acara pertunangan yang akan dilaksanakan lusa. Memikirkannya saja membuat Ganindira pusing.Namun semua pemikiran itu buyar akibat deringan ponsel miliknya. Dengan enggan Ganindira mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat siapa yang menelfonnya
Di dalam ruangan berwarna nude, terdapat banyak manekin dengan gaun yang sangat indah. Kebanyakan yang ada di butik ini adalah gaun pengantin dan gaun pesta. Saat ini Ganesha dan Ganindira sedang berada di sebuah butik pengantin di pusat perbelanjaan terbesar di Kanada. Rencananya pernikahan Ganesha dan Ganindira akan di laksanakan di Amsterdam, Belanda. Ya. Sangat jauh memang. Tapi memang seperti itulah keinginan dari neneknya dan nenek Ganesha. Alasannya adalah Negara tersebut merupakan pertemuan dan awal persahabatan mereka berdua, singkat cerita mereka ingin mengingat kenangan
Berawal dari pertemuan tak sengaja di sebuah cafe, Ganindira harus rela dinikahkan dengan pria yang tidak ia kenal. Berencana untuk melupakan masa lalu yang kelam, mengharuskan Ganindira mengikuti rencana neneknya untuk menikah. Sejak awal Ganindira sudah menolak, namun sepertinya kuasa neneknya lebih kuat dari pada dirinya, ditambah lagi dengan Stefana yang secara tidak langsung mendukung neneknya agar dirinya cepat – cepat menikah.Mereka tidak tahu kalau selama ini Ganindira berusaha melupakan semua kenangan buruk yang menimpa dirinya. Namun sangat mustahil baginya untuk melakukan itu semua karena dirinya yang selalu dilanda kesedihan dan kegundahan setiap harinya.
Suara tepuk tangan bergema di dengan kuat. Pemasangan cincin keduanya telah selesai dilaksanakan. Yang terlihat adalah tatapan kebahagiaan dari kedua belah pihak, termasuk Ganindira dan Ganesha. Terutama Ganindira, sekuat tenaga dirinya menahan gejolak dari dalam hatinya yang paling dalam. Dulu dirinya memang menginginkan pertunangan dan pernikahan dengan Axell. Namun kenyataannya, bukan dengan Axell, melainkan dengan pria yang sudah sedikit mencuri hatinya dalam waktu yang singkat, Ganesha Erlangga.Pria tampan dengan tampilan memukau yang membuat pesonanya semakin terlihat. Tatapan kagum terang – terangan di perlihatkan oleh para wanita yang menghadiri acara pertunangan mereka. Dengan Tuxedo berwarna hitam yang melekat sempurna di tubuh nya yang atletis,
Ganindira sedang mengambil makanan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Setelah acara ini selesai, ingatkan Ganindira untuk mengajak Ganesha makan di salah satu restoran yang ada di tempat ini.Ketika sedang menikmati hidangan yang tersaji, tidak sengaja matanya menangkap tubuh Ganesha yang dipeluk dari belakang oleh Celia. Tatapan Ganindira datar saat menyaksikan tayangan langsung tersebut. Sambil tersenyum miring, Ganindira menunggu apa yang akan di perbuat Ganesha kepada wanita murahan itu. Sesuai dengan apa yang difikirkannya, Ganesha menyentak tangan Celia. Ganindira juga
Flashback onLima tahun laluDengung music menggema di pendengaran Ganesha. Dengan santai, ia terus menyesap wiski yang biasa ia nikmati saat berada nightclub. Memperhatikan lautan manusia yang mencari kesenangan dunia dari lantai VIP yang biasa ia tempati, mata tajammnya terus memperhatikan lekuk tubuh wanita penghibur yang mencari nafkah di dunia malam.
Langit tinggi berwarna biru dengan awan berwarna putih bersih membuat langit semakin cantik bagi siapapun yang melihatnya. Baik dari sisi dan segi manapun bagi yang mengerti dan mengagumi keindahan ciptaan tuhan satu ini pasti akan merasa bahagia saat melihat awan bergerak dan membentuk sesuatu yang lucu sesuai harapan dan keingin orang yang melihatnya. Tidak jarang kalau bagi segelitir orang yang suka memandangi langit cerah akan membuat sedikit rasa did alam hatinya bahagia, termasuk Ganindira saat ini. Duduk di halaman belakang rumah seorang teman Ganesha yang menghadap laut lepas membuat Ganindira betah berlama – lama duduk sendirian di sini. Menyendiri sambil merenungi nasibnya saat menikah dengan Ganesha Erlangga membuat seorang Ganindira bisa tahu bagaimana sikap dan sifat suaminya tersebut. Bagi Ganindira, Ganesha itu ternyata pria hangat dan rendah hati. Di saat pertama kali mereka bertemu, Ganindira bisa mengetahui salah satu sifat milik Ganesha tersebut. L
Gedung pencakar langit yang terlihat mewah dan elegan bagi siapapun yang melihatnya terlihat ramai pada malam hari.Mobil mewah dengan penumpang yang memakai pakaian serba mewah terlihat memasuki gedung tersebut.Malam ini, Ganesha mengadakan acara untuk memperingati ulang tahun perusahaannya yang ke sepuluh tahun sekaligus memperkenalkan Ganindira sebagai istri di hadapan dunia.Sebenarnya Ganesha tidak menginginkan hal tersebut karena baginya keselamatan Ganindira bisa menjadi ancaman untuk Ganesha sendiri bagi orang yang tidak menyukainya, namun hal tersebut harus Ganesha ambil karena tidak mungkin keberadaan istrinya akan ia sembunyikan. Semua orang harus tahu kalau Ganindira Violeta Erlangga adalah istri dari Ganesha Erlangga.Milik seorang Ganesha seorang.Malam ini Ganesha memakai Tuxedo berwarna hitam, lengkap dengan kemeja putih, rompi berwarna senada dan dasi kupu - kupu. Sedangkan Ganindira sendiri memakai dress berwarna hitam den
Kamar bernuansa gelap dengan jendela besar menghadap kota New York menjadi persinggahan Ganindira selanjutnya meskipun kamar yang ia diami saat ini masih berada di dalam perusahaan milik Ganesha, lebih tepatnya berada di dalam ruangan kerja. Sebelum dirinya berakhir di kamar ini dengan di temani makan siang lengkap dengan dessert, camilan dan menonton film dari layar proyektor yang terhubung dengan laptop, Ganindira masih mengingat percakapannya dengan Ganesha yang terlihat kaku dan tegang saat Adam menyebut nama Lean Damiano. Flashback On "Tuan, Lean Damiano sudah datang.." Ganindira merasakan pinggangnya di peluk dengan erat. Sesaat kemudian, pria bernama Lean Damiano masuk ke dalam ruangan. Disaat yang bersamaan, Ganindira pun mengenali pria yang bernama Lean Damiano tersebut. Kalau tidak salah Lean ini yang bersama dirinya saat berada di dalam lift dan yang mengamatinya. Sem
Audi R8 membelah jalanan kota New York yang di padati oleh banyak manusia. Meskipun saat ini matahari sudah beranjak tinggi dan sudah masuk ke dalam jam makan siang, Ganindira yang seharusnya bermalas - malasan di apartment baru miliknya kini berada di dalam mobil milik suaminya yang katanya mau mengajaknya makan siang bersama.Padahal sebelum berangkat ke kantor, Ganesha sudah mengatakan kalau dirinya tidak boleh pergi kemanapun sendirian, Ganindira langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang karena Ganindira sendiri belum mengenal kota New York.Tapi kini, Ganindira harus menelan keinginan nya untuk bermalas - malasan karena Adam datang dan menyuruhnya bersiap.Perintah dadakan dari suaminya tersebut membuat jengkel Ganindira, namun mau bagaimana lagi. Ganesha dan perkataannya bagaikan sebuah perintah yang tidak bisa di tolak.Dan disini lah Ganindira sekarang, di dalam mobil mewah milik suaminya yang sering Ganesha pakai saat bepergian dengan Adam yang
Suasana Kota New York di pagi hari sudah terlihat ramai. Orang - orang terlihat berlalu lalang di jalanan untuk memulai aktivitas di pagi hari.Seperti saat ini, Ganindira sudah bersiap dengan style nya si pagi hari. Kaos oblong berwarna putih longgar dengan tulisan NYC di bagian tengahnya, jeans berwarna navy dan sepatu converse berwarna putih menjadi pilihan Ganindira hari ini.Sedangkan di dalam kamar, Ganesha sudah meliukan badannya dan mengarahkan tangannya ke samping untuk mencari keberadaan istrinya.Matanya langsung membuka saar menyadari kalau istrinya tidak ada di sebelahnya. Saat ingin berteriak memanggil istrinya, Ganindira masuk kedalam kamar dan menemukan Ganesha sudah dalam posisi duduk di atas ranjang dengan selimut yang turun dan memperlihatkan tubuh bidang suaminya."Sayang, kau sudah bangun...", ucap Ganesha sambil mengulurkan tangannya ke arah Ganindira, dan Ganindira pun membalas uluran tangan Ganesha."Iya, dari ta
New York City atau NYC merupakan kota terpadat di Amerika Serikat sekaligus menjadi salah satu wilayah metropolitan terpadat di Amerika Serikat, Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting.Dan di sinilah Ganesha berada. di salah satu apartment termahal di New York, Apartemen Penthouse At The Pierre Hotel yang berlokasi di kota New York berada di urutan ketiga dengan harga US$125 juta atau senilai Rp1,66 triliun menjadi salah satu pilihan Ganesha untuk di jadikan kediaman pribadi.Harga tidak masalah bagi Ganesha saat ini, karena pada kenyataan nya yang paling penting saat ini adalah menyembunyikan istrinya dari mata dunia, termasuk dari Lean Damiano.Bukan tanpa alasan kenapa Ganesha membeli apartment ini, selain berada di pusat k
Didalam sebuah ruangan yang di dominasi warna gelap terlihat dua orang yang sedang membicarakan sesuatu. Salah satu dari dari kedua orang tersebut sedang duduk sambil menghembuskan asap dari cerutu yang di hisapnya. "Jadi, apa kau sudah menyelidiki seperti yang aku suruh kepadamu?", ucapnya pria tersebut. "Sudah bos, seperti yang anda perintahkan..", jelasnya. "Katakan..." Pria yang berdiri tersebut menatap tablet yang ada di genggaman dan membacakan terkait apa yang tertera di sana. "Lean Damiano merupakan pengusaha yang bergerak di bidang property. Perusahaannya tersebut bernama D.Mano Chase yang memiliki anak cabang di beberapa negara. Orang tuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu dan sekarang ia menjadi pemilik sah dari perusahaan tersebut. Lean sendiri memiliki saudara kembar yang sudah meninggal bernama Axelle Damino yang merupakan kekasih dari istri dari tuan Ganesha saat ini.Tuan Axelle sendiri meninggal akibat kecelak
Ganindira masuk kedalam kamar VVIP yang sebelumnya telah di pesan sebelumnya. Dengan Adam yang sedari tadi setia mendampinginya untuk menggantikan posisi Ganesha selama dirinya tidak ada, Ganindira mengamati ruangan yang akan ia tempati tersebut.Ruangan bernuansa Gold dengan fasilitas lengkap layaknya penthouse pribadi, Ganindira kagum di buatnya. Sudah di pastikan kalau kamar ini pasti di bandrol dengan harga selangit. Hal tersebut terlihat dari dari kamar tidur yang luas dengan ranjang berukuran king size,ada meja makan yang juga tersedia di kamar ini serta balkon yang luas dan beberapa ruangan lainnya.Setelah meletakkan tas di atas sofa, Ganindira berjalan menuju balkon dan membuka jendela kaca sebagai pembatasnya. Saat pintu tersebut terbuka, angin bergerak masuk dan aroma laut pun mampir di penciumannya.Menoleh kebelakang di mana Adam berada, Ganindira kembali melangkahkan kakinya menuju pantry yang juga tersedia di dalam ruangan ini. Dengan sedikit berj
Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya perasaan Ganindira saat ini. Bulan madu ke salah satu Negara yang sangat diimpikannya bersama pria berstatus suaminya, Ganesha Erlangga. Semua keinginannya selalu di penuhi oleh Ganesha, di mulai dari jalan - jalan ke tempat wisata seperti Castle Campbell, Alloa Tower hingga Dollar Glen yang masih menyajikan suasana alam yang masih terjaga hingga saat ini.Yang paling di sukai oleh dari Ganindira di kota ini adalah makanan khas bernama Haggis. Makanan ini terbuat dari jeroan domba seperti dari paru-paru, jantung atau hati domba. Agar menghasilkan citarasa khas, makanan dimasak dengan bumbu dan rempah tertentu. Bahan makanan dicampur dengan rempah, bawang, outmeal dan kadang diberi suet atau lemak.Lalu satu lagi makanan yang yang Ganindira sukai selain Haggis adalah Dundde Cake, salah satu makanan khas yang terbuat dari kacang almond, kismis dan bahan kulit buah lainnya, lalu ada juga dessert bernama Cranachan y