Suasana apartement terlihat lengang. Entah kemana neneknya dan Stefana pergi, Ganindra tidak mau ambil pusing. Dengan meletakkan mantel di gantungan balik pintu serta melepas boots di kaki nya, Ganindira melangkah menuju ruang tamu. Dengan duduk disalah satu sofa, Ganindira mengadahkan kepalanya menatap langit - langit ruangan. Mengingat pertemuan singkatnya dengan pria bernama Ganesha Erlangga membuat darahnya mendesir. Sudah lama sekali Ganindira tidak merasakan hal seperti ini, delapan tahun yang lalu ternyata waktu yang sangat panjang. Mengingat kembalu hal itu membuat dirinya kembali sedih.
Namun disaat Ganindira sedang mengingat masa lalunya, tiba - tiba Stefana hadir dan duduk disalah satu sofa dekat Ganindira. "Apa yang kau fikirkan...?"
Ganindira menatap Stefana dengan datar. "Pergilah...."
Stefana menghela nafas keras. "Berhentilah memikirkan hal itu...?!". Tidak seharusnya kau terjebak dengan masa lalu. Kau harus bergerak meraih masa depanmu Ganin. Aku sudah sering mengatakannya kepadamu, tetapi kenapa kau tidak pernah mau mengerti...?" cecar Stefana.
"Kita sudah berteman sedari kecil. Aku memahami kesedihanmu, tetapi kau tidak oleh seperti ini terus. Kau harus berjalan kedepan tanpa harus menoleh kebelakang. Masa lalu untuk dikenang bukan dijadikan sebagai hambatan untuk meraih kebahagiaan. Kalau kau seperti ini terus, disana Axelle akan sedih melihatmu Ganin, jadi aku mohon mengertilah. Aku berbicara seperti ini karena aku perduli padamu, aku sayang padamu Ganin. Kau udah ku anggap saudariku dan aku tidak mau melihatmu sedih...". Stefana mengambil nafas lalu membuangnya. "Fikirkanlah perkataanku...". Setelah mengatakan hal itu, Stefana pergi meninggalkan Ganindira dengan segudang pemikirannya.
Tanpa disadari Ganindira dan Stefana, Miranda mendengar semua pembicaraan antara mereka berdua. Miranda menyadari kalau cucu satu - satunya itu sangat sedih sejak meninggalnya orang tua dan kekasihnya, tetapi Miranda tidak memahami bagaimana menderitanya Ganindira selama delapan tahun tanpa kasih sayang. Miranda sendiri tidak ada disaat kematian anaknya karena disaat yang bersamaan dirinya sakit dan mengharuskan dirinya rawat sampai kondisinya pulih kembali. Setelah kondisi membaik, Miranda lagsung berangkat Singapura guna menjemput cucunya utuk tinggal bersamanya di Kanada. Maka dari itulah Miranda selalu bersama dengan Ganindira karena selain sayang dengan Ginidira, Miranda tidak mau lagi kehilangan keluarganya.Setelah ditinggal suami dan anaknya pergi untuk selamanya, Miranda tidak mau lagi kehilangan anggota keluarganya, tidak selama ia masihhidup. Maka dari itu Miranda sudah merencanakan sesuatu agar Ganindira bahagia kalau ia sudah tidak ada. Miranda hanya berharap agar apa yang direncanakannya berjalan dengan lancar.
*****
Didalam sebuah ruangan didominasi warna hitam, Ganesha sedang menandatangani berkas yang diberikan oleh Adam, sekretaris pribadinya. Setelah sarapan tadi, Ganesha bergegas datang ke kantornya karena harus menghadiri meeting yang sudah lama ia nantikan untuk memperluas anak cabang perusahannya. Dengan menopang dagu, Ganesha kembali mengingat pertemuannya dengan perempuan yang sangat cantik bernama Ganindira. Padahal Ganesha hanya tidak serius saat mau menumpang duduk di meja perempuan itu, namun rasa kagumnya melebih rasa penasarannya maka dari itu, Ganesha memberanikan berbicara dengan perempuan tersebut dan Voila, perempuan tersebut mengijinkannya.
Saat ini, di fikiran Ganesha wajah Ganindira masih tercetak jelas. Jantungnya kembali berdetak dengan cepat disaat tangan mereka bersentuhan. Apa ini yang dinamakan cinta pertama? Entahlah, memikirkannya Ganesha merasa wajahnya merona. Dengan cepat, Ganesha menormalkan wajahnya kembali agar tidak tercetak jelas kalau ia tersipu. Sambil berdehem, Ganesha memanggil Adam untuk masuk kedalam ruangannya.
"Apa jadwalku hari ini?", tanya nya saat Adam masuk kedalam ruangannya.
Adam melihat catatan kecil yang selalu ia bawa kemana - mana. "Hari ini anda harus bertemu dengan ayah anda di Restaurant milik keluarga anda sekaligus bertemu dengan ibu Miranda Green yang merupakan teman baik dari nenek anda...", ujar Adam sambil menutup kembali buku kecilnya.
"Jam berapa aku harsu bertemu dengan ayahku..?', Ganesha keuar sambil memakai mantelnya.
"Sekarang tuan...". Setelah itu Ganesha keluar dari ruangan nya dengan Adam yang setia berjalan dibelakangnya
Ketika menunggu lift terbuka, Ganesha menatap Adam. "Cari tahu tentang perempuan bernama Ganindira Violeta dalam satu jam.."
Adam mengangguk."Baik tuan.."
****
"Sudah lama tidak bertemu nyonya Miranda..", Tom, ayah dari Ganesha menjabat tangan Miranda Green, tidak lain tidak bukan adalah nenek dari Ganindra. Ya, saat ini Ganindra, Miranda dan Stefana sedang berada di sebuah Restaurant milik Tom.
"Bagaimana keadaan Zelina? apa ia baik - baik saja?", tanya Miranda saat melihat buku menu yang di berikan pelayan restaurant.
Tom menutup buku menu dan menatap Miranda yang sepertinya sudah memesan makanan.
"Mama baik - baik saja, hanya kondisi nya tubuhnya yang sedikit menurun semenjak kepergian papa satu tahun yang lalu....", ujar Tom sambil menghela napas pelan.
Miranda memaklumi akan hal itu. Sama sepertinya, Zelina juga telah ditinggal pergi suaminya untuk selamanya, hanya saja suami Zeline baru meninggal dua tahun yang lalu, sedangkan dirinya sudah ditinggal pergi selama enam taun yang lalu akibat serangan jantung yang dideritanya sejak lama.
"Semoga Zelina baik - baik saja dan kalau ada kesempatan aku akan mengunjunginya..." ujar Miranda pada Tom.
Tom mengiyakan. "Baiklah aku akan mengatakan kepada mama kalau anda akan mengunjunginya. pasti mama senang dengan kedatangan anda nyonya Miranda.
Ganindira hanya menatap percakapan neneknya dengan pria paruh baya yang bernama Tom. Bernading terbalik dengan Stefana yang sedang asyik main ponselnya sambil tersenyum.
"Apa ada yang lucu di ponsel mu hingga kau tertawa sendiri seperti orang gila...?", ucap Ganindira tiba - tiba
Stefana yang sedari tersenyum menyurutkan senyumnya mendengar perkataan dari boss dinginnya. "Tentu saja ada yang lucu di ponselku, berbeda dengan ponselmu yang hanya berguna untuk menerima telpn dan pengganti jam...", sumgut Stefana.
"Asal kau tahu, aku sedang chattingan dengan kekasihku, jadi kau jangan iri...",", jelas Stefana setelah kembali menekuni ponselnya yang berdering sedari tadi dan kembali tersenyum.
Ganindira memutar bola matanya dengan bosan. Sudah sering Ganindira melihat Stefana seperti itu. Hanya saja Ganindira tidak mau mencampuri urusan percintaan sahabatnya itu. Jadi ya biarkan saja lah.
"Maaf aku terlambat...", suara berat dan maskulin terdengar sampai di telinga Ganindira. Suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Ganindira terdiam sejenak. Setelah berfikir di mana ia mendengar suara itu, akhirnya Ganindira ingat. Suara itu yang menanyakan siapa namanya saat sedang sarapan di cafe tadi pagi. Pria yang menumpang duduk di mejanya dan pria yang menanyakan siapa namanya. Pria dengan tampan yang tampan setelah jas yang meelkat indah di tubuh tegapnya. Pria dengan rambut coklat nya.
Pria itu adalah Ganesha Erlangga. Pria yang membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Pria yang membuat wajahnya merona. Pria yang diam - diam sudah mencuri secuil hatinya yang sduah mulai mencair. Pria yang membuat Ganindira merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama
Ganesha mematung di tempatny saat menyadari kehadiran dua orang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja yang telah dipersiapkan ayahnya. Namun yang lebih menarik perhatian Ganesha adalah sosok perempuan yang sangat cantik. Perempuan yang bertemu dengannya saat sedang sarapan di cafe tadi pagi. Ganindira Violeta."Ganesha, kau sudah datang nak...?", Tom berdiri dan memeluknya. Ganesha membalas pelukan ayahnya. "Ya ayah...Apa ayah sudah lama menungguku...?", tanyanya.Tom mengurai pelukan mereka. "Ayah juga baru tiba. ayo kita duduk...", lanjut Tom kembali duduk di kursi. Ganesha sendiri duduk di samping Ganindira yang masih diam di tempatnya."Apa kabar...?" sapa Ganesha.Ganindira menoleh kearah Ganesha sambil tersenyum kecil. "Baik..."Disaat Ganesha mau mengatakan sesuatu lagi, Suara Tom mengalihkan perhatiannya. "Karena Ganesha sudah datang, lebih baik kita mulai pembicaraan kita".Ganesha memandang Tom. "Apa maksud ayah? Mak
Damai dan tentram, setidaknya itulah yang bisa dirasakan Ganindira untuk saat ini. Bisa terbebas dari segala macam fikiran yang sangat membebaninya membuat Ganindira bisa sedikit menghembuskan nafas dengan tenang.Duduk sendirian di taman yang baru ia jumpai membuat dirinya bisa merasakan ketenangan yang melanda hatinya akhir - akhir ini. Ganindira mencoba melupakan semua permasalahan yang terus datang menghampirinya. Otaknya juga merangkum semua kejadian yang terjadi. Dimulai dari kedatangan neneknya dan Stefana ke apartement nya untuk merusak hari tenangnya, pertemuan tak sengajanya dengan pria yang sialan sexy dan tampan, acara pernikahan dirinya dengan pria yang ia temui di cafe saat brakfeast sampai dengan acara pertunangan yang akan dilaksanakan lusa. Memikirkannya saja membuat Ganindira pusing.Namun semua pemikiran itu buyar akibat deringan ponsel miliknya. Dengan enggan Ganindira mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat siapa yang menelfonnya
Di dalam ruangan berwarna nude, terdapat banyak manekin dengan gaun yang sangat indah. Kebanyakan yang ada di butik ini adalah gaun pengantin dan gaun pesta. Saat ini Ganesha dan Ganindira sedang berada di sebuah butik pengantin di pusat perbelanjaan terbesar di Kanada. Rencananya pernikahan Ganesha dan Ganindira akan di laksanakan di Amsterdam, Belanda. Ya. Sangat jauh memang. Tapi memang seperti itulah keinginan dari neneknya dan nenek Ganesha. Alasannya adalah Negara tersebut merupakan pertemuan dan awal persahabatan mereka berdua, singkat cerita mereka ingin mengingat kenangan
Berawal dari pertemuan tak sengaja di sebuah cafe, Ganindira harus rela dinikahkan dengan pria yang tidak ia kenal. Berencana untuk melupakan masa lalu yang kelam, mengharuskan Ganindira mengikuti rencana neneknya untuk menikah. Sejak awal Ganindira sudah menolak, namun sepertinya kuasa neneknya lebih kuat dari pada dirinya, ditambah lagi dengan Stefana yang secara tidak langsung mendukung neneknya agar dirinya cepat – cepat menikah.Mereka tidak tahu kalau selama ini Ganindira berusaha melupakan semua kenangan buruk yang menimpa dirinya. Namun sangat mustahil baginya untuk melakukan itu semua karena dirinya yang selalu dilanda kesedihan dan kegundahan setiap harinya.
Suara tepuk tangan bergema di dengan kuat. Pemasangan cincin keduanya telah selesai dilaksanakan. Yang terlihat adalah tatapan kebahagiaan dari kedua belah pihak, termasuk Ganindira dan Ganesha. Terutama Ganindira, sekuat tenaga dirinya menahan gejolak dari dalam hatinya yang paling dalam. Dulu dirinya memang menginginkan pertunangan dan pernikahan dengan Axell. Namun kenyataannya, bukan dengan Axell, melainkan dengan pria yang sudah sedikit mencuri hatinya dalam waktu yang singkat, Ganesha Erlangga.Pria tampan dengan tampilan memukau yang membuat pesonanya semakin terlihat. Tatapan kagum terang – terangan di perlihatkan oleh para wanita yang menghadiri acara pertunangan mereka. Dengan Tuxedo berwarna hitam yang melekat sempurna di tubuh nya yang atletis,
Ganindira sedang mengambil makanan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Setelah acara ini selesai, ingatkan Ganindira untuk mengajak Ganesha makan di salah satu restoran yang ada di tempat ini.Ketika sedang menikmati hidangan yang tersaji, tidak sengaja matanya menangkap tubuh Ganesha yang dipeluk dari belakang oleh Celia. Tatapan Ganindira datar saat menyaksikan tayangan langsung tersebut. Sambil tersenyum miring, Ganindira menunggu apa yang akan di perbuat Ganesha kepada wanita murahan itu. Sesuai dengan apa yang difikirkannya, Ganesha menyentak tangan Celia. Ganindira juga
Flashback onLima tahun laluDengung music menggema di pendengaran Ganesha. Dengan santai, ia terus menyesap wiski yang biasa ia nikmati saat berada nightclub. Memperhatikan lautan manusia yang mencari kesenangan dunia dari lantai VIP yang biasa ia tempati, mata tajammnya terus memperhatikan lekuk tubuh wanita penghibur yang mencari nafkah di dunia malam.
Udara dingin menyambut Ganindira yang sedari tadi diam mendengarkan cerita Ganesha. Selama itu juga, Ganindira memikirkan kisahnya yang lalu. Didalam benaknya, entah kenapa Ganindira merasa sangat familiar mendengar kata Gabrielle Jovanka. Perasaanya mengatakan kalau dirinya mengenal dengan pria tersebut.“Aku merasa familiar dengan nama Gabrielle Jovanka. Tetapi dimana ya aku mendengarnya..?”, Ganindira membatin dalam hati.Ganesha yang sedang meminum wiski nya menoleh kearah Ganidira yang sedari tadi diam saat dirinya b
Langit tinggi berwarna biru dengan awan berwarna putih bersih membuat langit semakin cantik bagi siapapun yang melihatnya. Baik dari sisi dan segi manapun bagi yang mengerti dan mengagumi keindahan ciptaan tuhan satu ini pasti akan merasa bahagia saat melihat awan bergerak dan membentuk sesuatu yang lucu sesuai harapan dan keingin orang yang melihatnya. Tidak jarang kalau bagi segelitir orang yang suka memandangi langit cerah akan membuat sedikit rasa did alam hatinya bahagia, termasuk Ganindira saat ini. Duduk di halaman belakang rumah seorang teman Ganesha yang menghadap laut lepas membuat Ganindira betah berlama – lama duduk sendirian di sini. Menyendiri sambil merenungi nasibnya saat menikah dengan Ganesha Erlangga membuat seorang Ganindira bisa tahu bagaimana sikap dan sifat suaminya tersebut. Bagi Ganindira, Ganesha itu ternyata pria hangat dan rendah hati. Di saat pertama kali mereka bertemu, Ganindira bisa mengetahui salah satu sifat milik Ganesha tersebut. L
Gedung pencakar langit yang terlihat mewah dan elegan bagi siapapun yang melihatnya terlihat ramai pada malam hari.Mobil mewah dengan penumpang yang memakai pakaian serba mewah terlihat memasuki gedung tersebut.Malam ini, Ganesha mengadakan acara untuk memperingati ulang tahun perusahaannya yang ke sepuluh tahun sekaligus memperkenalkan Ganindira sebagai istri di hadapan dunia.Sebenarnya Ganesha tidak menginginkan hal tersebut karena baginya keselamatan Ganindira bisa menjadi ancaman untuk Ganesha sendiri bagi orang yang tidak menyukainya, namun hal tersebut harus Ganesha ambil karena tidak mungkin keberadaan istrinya akan ia sembunyikan. Semua orang harus tahu kalau Ganindira Violeta Erlangga adalah istri dari Ganesha Erlangga.Milik seorang Ganesha seorang.Malam ini Ganesha memakai Tuxedo berwarna hitam, lengkap dengan kemeja putih, rompi berwarna senada dan dasi kupu - kupu. Sedangkan Ganindira sendiri memakai dress berwarna hitam den
Kamar bernuansa gelap dengan jendela besar menghadap kota New York menjadi persinggahan Ganindira selanjutnya meskipun kamar yang ia diami saat ini masih berada di dalam perusahaan milik Ganesha, lebih tepatnya berada di dalam ruangan kerja. Sebelum dirinya berakhir di kamar ini dengan di temani makan siang lengkap dengan dessert, camilan dan menonton film dari layar proyektor yang terhubung dengan laptop, Ganindira masih mengingat percakapannya dengan Ganesha yang terlihat kaku dan tegang saat Adam menyebut nama Lean Damiano. Flashback On "Tuan, Lean Damiano sudah datang.." Ganindira merasakan pinggangnya di peluk dengan erat. Sesaat kemudian, pria bernama Lean Damiano masuk ke dalam ruangan. Disaat yang bersamaan, Ganindira pun mengenali pria yang bernama Lean Damiano tersebut. Kalau tidak salah Lean ini yang bersama dirinya saat berada di dalam lift dan yang mengamatinya. Sem
Audi R8 membelah jalanan kota New York yang di padati oleh banyak manusia. Meskipun saat ini matahari sudah beranjak tinggi dan sudah masuk ke dalam jam makan siang, Ganindira yang seharusnya bermalas - malasan di apartment baru miliknya kini berada di dalam mobil milik suaminya yang katanya mau mengajaknya makan siang bersama.Padahal sebelum berangkat ke kantor, Ganesha sudah mengatakan kalau dirinya tidak boleh pergi kemanapun sendirian, Ganindira langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang karena Ganindira sendiri belum mengenal kota New York.Tapi kini, Ganindira harus menelan keinginan nya untuk bermalas - malasan karena Adam datang dan menyuruhnya bersiap.Perintah dadakan dari suaminya tersebut membuat jengkel Ganindira, namun mau bagaimana lagi. Ganesha dan perkataannya bagaikan sebuah perintah yang tidak bisa di tolak.Dan disini lah Ganindira sekarang, di dalam mobil mewah milik suaminya yang sering Ganesha pakai saat bepergian dengan Adam yang
Suasana Kota New York di pagi hari sudah terlihat ramai. Orang - orang terlihat berlalu lalang di jalanan untuk memulai aktivitas di pagi hari.Seperti saat ini, Ganindira sudah bersiap dengan style nya si pagi hari. Kaos oblong berwarna putih longgar dengan tulisan NYC di bagian tengahnya, jeans berwarna navy dan sepatu converse berwarna putih menjadi pilihan Ganindira hari ini.Sedangkan di dalam kamar, Ganesha sudah meliukan badannya dan mengarahkan tangannya ke samping untuk mencari keberadaan istrinya.Matanya langsung membuka saar menyadari kalau istrinya tidak ada di sebelahnya. Saat ingin berteriak memanggil istrinya, Ganindira masuk kedalam kamar dan menemukan Ganesha sudah dalam posisi duduk di atas ranjang dengan selimut yang turun dan memperlihatkan tubuh bidang suaminya."Sayang, kau sudah bangun...", ucap Ganesha sambil mengulurkan tangannya ke arah Ganindira, dan Ganindira pun membalas uluran tangan Ganesha."Iya, dari ta
New York City atau NYC merupakan kota terpadat di Amerika Serikat sekaligus menjadi salah satu wilayah metropolitan terpadat di Amerika Serikat, Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting.Dan di sinilah Ganesha berada. di salah satu apartment termahal di New York, Apartemen Penthouse At The Pierre Hotel yang berlokasi di kota New York berada di urutan ketiga dengan harga US$125 juta atau senilai Rp1,66 triliun menjadi salah satu pilihan Ganesha untuk di jadikan kediaman pribadi.Harga tidak masalah bagi Ganesha saat ini, karena pada kenyataan nya yang paling penting saat ini adalah menyembunyikan istrinya dari mata dunia, termasuk dari Lean Damiano.Bukan tanpa alasan kenapa Ganesha membeli apartment ini, selain berada di pusat k
Didalam sebuah ruangan yang di dominasi warna gelap terlihat dua orang yang sedang membicarakan sesuatu. Salah satu dari dari kedua orang tersebut sedang duduk sambil menghembuskan asap dari cerutu yang di hisapnya. "Jadi, apa kau sudah menyelidiki seperti yang aku suruh kepadamu?", ucapnya pria tersebut. "Sudah bos, seperti yang anda perintahkan..", jelasnya. "Katakan..." Pria yang berdiri tersebut menatap tablet yang ada di genggaman dan membacakan terkait apa yang tertera di sana. "Lean Damiano merupakan pengusaha yang bergerak di bidang property. Perusahaannya tersebut bernama D.Mano Chase yang memiliki anak cabang di beberapa negara. Orang tuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu dan sekarang ia menjadi pemilik sah dari perusahaan tersebut. Lean sendiri memiliki saudara kembar yang sudah meninggal bernama Axelle Damino yang merupakan kekasih dari istri dari tuan Ganesha saat ini.Tuan Axelle sendiri meninggal akibat kecelak
Ganindira masuk kedalam kamar VVIP yang sebelumnya telah di pesan sebelumnya. Dengan Adam yang sedari tadi setia mendampinginya untuk menggantikan posisi Ganesha selama dirinya tidak ada, Ganindira mengamati ruangan yang akan ia tempati tersebut.Ruangan bernuansa Gold dengan fasilitas lengkap layaknya penthouse pribadi, Ganindira kagum di buatnya. Sudah di pastikan kalau kamar ini pasti di bandrol dengan harga selangit. Hal tersebut terlihat dari dari kamar tidur yang luas dengan ranjang berukuran king size,ada meja makan yang juga tersedia di kamar ini serta balkon yang luas dan beberapa ruangan lainnya.Setelah meletakkan tas di atas sofa, Ganindira berjalan menuju balkon dan membuka jendela kaca sebagai pembatasnya. Saat pintu tersebut terbuka, angin bergerak masuk dan aroma laut pun mampir di penciumannya.Menoleh kebelakang di mana Adam berada, Ganindira kembali melangkahkan kakinya menuju pantry yang juga tersedia di dalam ruangan ini. Dengan sedikit berj
Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya perasaan Ganindira saat ini. Bulan madu ke salah satu Negara yang sangat diimpikannya bersama pria berstatus suaminya, Ganesha Erlangga. Semua keinginannya selalu di penuhi oleh Ganesha, di mulai dari jalan - jalan ke tempat wisata seperti Castle Campbell, Alloa Tower hingga Dollar Glen yang masih menyajikan suasana alam yang masih terjaga hingga saat ini.Yang paling di sukai oleh dari Ganindira di kota ini adalah makanan khas bernama Haggis. Makanan ini terbuat dari jeroan domba seperti dari paru-paru, jantung atau hati domba. Agar menghasilkan citarasa khas, makanan dimasak dengan bumbu dan rempah tertentu. Bahan makanan dicampur dengan rempah, bawang, outmeal dan kadang diberi suet atau lemak.Lalu satu lagi makanan yang yang Ganindira sukai selain Haggis adalah Dundde Cake, salah satu makanan khas yang terbuat dari kacang almond, kismis dan bahan kulit buah lainnya, lalu ada juga dessert bernama Cranachan y