RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM Selalu Ingin Ke Pohon Jambu Pov Daniella Arnetta Vernandi----Sebelum Ustadz Ashraf mendekat dan mengajakku ngobrol, sengaja tadi kucuri fotonya. Kujepret asal tanpa sepengetahuannya sebagai kenang-kenanganku nanti, bilamana kelak aku meninggalkan kampung halaman si Mbok ini. Ustadz Ashraf menawariku sebuah salep pengobat gatal yang didapatnya dari sang guru. Baiklah. Akan kuterima esok. Semoga ini adalah jalan usaha yang bisa kutempuh supaya lekas terbebas dari penyakit ini. Perlahan-lahan. "Daniella, mohon maaf aku nanya kayak gini. Apa Daniella bisa mengaji, dan membaca al-qur'an?" tanyanya ragu, dengan penuh kehati-hatian. Sepertinya Pak Ustadz Ashraf ini tipikal orang tidak enakan alias people pleased, yang kerapkali minta maaf, meski dia tak bersalah. "Nggak perlu minta maaf, Pak Ustadz! Pak Ustadz nggak salah apa-apa, kok. Aku bisa ngaji, Pak Ustadz! Aku pernah ikut mengaji di masjid dekat rumah, sampai tuntas iqro' 6, si Mbok yang ngante
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta VernandiApa Aku Masih Berhak Bahagia? ***"Nggak papa deh, yang penting kamu bahagia! Ngomong-ngomong, apa besok siang aku boleh main ke rumah si Mbok?""Boleh dong! Boleh banget Pak Ustadz! Tapi, bukannya Pak Ustadz sibuk di ladang?""Aku dari pagi sampai siang, biasa ke tambak kadang ke sawah. Adzan dhuhur, aku pulang. Nah, kalau dhuhur sampai ashar, aku istirahat. Sehabis ashar aku ngajar ngaji. Setelah ngajar ngaji, aku nyari pakan kambing, trus ketemu kamu di sini!""Sibuk banget ya, Pak Ustadz! Masih muda, pekerja keras, lagi! Jarang ada anak muda yang mau kerja kayak Pak Ustadz! Apalagi sekarang jamannya serba canggih, anak muda lebih suka santuy-santuy, nongki di kafe wifi!" "Ya kayak gini, kerjaan aku, Dan. Aku udah yatim piatu sejak kecil, dirawat sama Pakde. Kalau Dan sendiri, sebelum tinggal di sini, Dan kerja apa?""Aku ... aku masih berstatus mahasiswi yang belum kerja, Pak Ustadz! Aku apa-apa masih bergantung sama
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMHayunda, Anaknya Pak Lurah POV Ashrafil Ambiya'-------Setelah berdoa dan berdzikir sebelum memejamkan mata, untuk istirahat malam. Mengapa bayangan Daniella selalu terlintas. Wajah gadis berambut sebahu nan ombak berwarna kecoklatan itu, terus berputar-putar di otakku. Senyuman di bibir tipisnya nan mungil, membuatku tak bisa lupa, meski hanya sekadar di dalam gambar berbingkai. Hidungnya yang mbangir, sorot mata nan bulat coklat indah memancar membuatku kian teringat. Kulitnya putih bak pualam, begitu kontras dengan dress hitam selutut yang membalut tubuhnya. Betisnya tampak begitu putih. Benarkah, gadis yang ada di gambar itu adalah gadis yang setiap hari bersamaku, bahkan dia yang kubopong menuju kamarnya? Aku masih benar-benar tidak percaya. Tadi sore aku mengantarnya pulang, meski dia berulangkali menolak. Daniella ... sepertinya dia adalah gadis yang berperangai dingin, juga sulit membuka hati. Apakah di hatinya masih bertahta pria yang ada
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMMengapa Daniella Marah?! Daniella ... baru kemarin kita berjumpa, mengapa hari ini serasa aku sudah merindukanmu. Sedari tadi, kami berada di ambang pintu, tanpa kupersilakan masuk dulu, putri Pak Lurah ini. "Hmmm, saya mau berangkat ke ladang. Gimana, apa Yunda jadi mau ikut?!" tanyaku, supaya lekas mengakhiri perbincangan ini. Mau tak mau, suka tak suka. Aku harus bersedia membawa gadis ini bersamaku menuju ladang. Jujur, aku sungkan dan tak enak, jika berpapasan dengan orang, dan menyapanya. Lalu kepergok dalam keadaan jalan berdua seperti ini. Bisa-bisa, rumor menyebar secepat kilat di kalangan ibu-ibu, juga bapak-bapak para jamaah, yang biasa menjadi makmum sholatku di mushola. Untuk menghindari tatapan curiga para warga bila nanti berpapasan, aku sengaja mengambil rute pohon jambu, tempat Daniella bertengger. Jalanan itu, saat pagi hingga siang pun jarang dilewati orang. Jadi, tak akan ada makmum mushola yang melihat kebersamaan kami. ***S
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella----Angan yang Salah Rasanya seperti dibawa terbang melayang menembus ke awan. Lalu diempaskan ke jurang yang dalam. Baru sekejab merasa ada harap kebahagiaan, ternyata semua hanya angan sepihak yang hampa tanpa sambutan. Untuk apa aku memupuk rasa yang tak bertepi ini. Pak Ustadz berhak menjatuhkan pilihan hatinya. Tentu saja bukan padaku. Si gadis buruk rupa ini!**************Kebun di mana pohon jambu itu berdiri adalah tempat di mana perjumpaanku dengan insan nan istimewa bernama Ashraf. Semalaman aku dibikin senyum sendiri tanpa henti mengingatnya. Dia mengantarku pulang, dan berjanji esok akan menemuiku lagi memberikan salepnya padaku. Papa, andai Papa dekat, akan kuceritakan semua pada Papa apa yang kualami selama ini. Aku tak mengenal siapapun. Tetapi, ada orang yang berusaha membantuku agar lekas terbebas dari penyakit ini. Seperti pesan darinya, jelang tidur, aku wajib melafadzkan doa. Agar mimpiku terjaga dari hal buruk m
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Baru tadi sore, aku merasakan bagaimana hatiku berbunga karena perhatiannya. Sedangkan pagi ini di tempat yang sama, aku melihat kenyataan yang justru sebaliknya. Ternyata benar, semua laki-laki sama. Tak ada yang tulus sedikitpun terhadapku. Mereka hanya menyukai wanita yang cantik. Bukan gadis buruk rupa!Perasaanku benar-benar salah. Salah! Sesalah-salahnya. Berharap pada manusia, dan mengira perasaan itu adalah getaran kasih. Sepasang mata ini mulai perih, buliran bening mulai menyesak di sudut kerlingan, dan menerobos jatuh, tanpa aba-aba. Aku cemburu! Tentu saja! Apa itu salah!?****Aku pulang dengan penuh kepedihan, juga amarah berkecamuk. Hentakan langkah kakiku terasa berat, dan keras. Hingga si Mbok begitu kalut melihat kelakuanku pagi ini. "Non, non kenapa?! Tadi berangkatnya bahagia, semangat banget! Kok sekarang jadi murung begini?! Langitnya cerah loh Non. Kok wajah Non mendung?!""Mbok! Aku lagi ke
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMLaki-laki yang Tidak Pernah Peka Pov Daniella Arnetta----Ustadz Ashraf lekas pulang dengan sejuta tanya mengambang tanpa jawaban. Mengapa aku marah, dan apa penyebabnya. Benar-benar perasaan yang tidak jelas. Aku terus menerocos, tanpa memedulikan klarifikasi darinya. Lagipula, apalagi yang perlu dijelaskan. Toh semuanya sudah jelas. Dia sudah memiliki gadis lain dalam hatinya. Sepulangnya dia. Aku masih merajuk di kamar. Sore ini, aku berniat untuk menelpon Papa, yang sejak kemarin tak merespon pesan WA, juga telfon dariku. Aku sungguh khawatir dengan keadaan Papa. Papa terlampau sibuk hingga kadang tak memikirkan kesehatannya sendiri. Selama aku di sana, aku kerapkali melihat Papa tidur larut malam, ditemani kopi. Papaku sangat pekerja keras. Meski wajah dan fisik Papa masih bugar. Namun, Papa tetap harus menjaga pola hidup sehat. Beberapa pesanku dibalas oleh Papa, hari ini. Alangkah bahagianya aku, di tengah perasaan kalut akan Pak Ustadz, tap
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'Aku Merindukanmu, Gadis Pohon Jambu----Gadis manja anak Papa itu terus saja memberondongku dengan serangan amarah yang cukup menggelikan. Dia malu untuk sekadar mengucap cemburu, dan mengakui bahwa ada getar rasa yang berbeda padaku. Dia merasa tidak berhak cemburu.Benar kata Sayyidina Ali R.a. Bahwasannya wanita bisa memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Namun, tak dapat menyembunyikan rasa cemburunya. Daniella cukup lucu dengan sikapnya yang penuh teka-teki itu. Aku malah justru ingin menggodanya biar hingga dia berkata jujur, bahwa dia tertarik padaku. [Dan, kamu marah ya?] tulisku di WA. [Lah, ngapain marah?][Kamu cemburu ya, Dan?][Pede amat, ngapain cemburu.][Kamu berhak cemburu kok Dan, kalau kamu cemburu, itu artinya Dan ada rasa sama aku][Sok kecakepan amat nih!] tulis Daniella ditambahi emotikon marah. [Dan, kalau kamu cemburu, aku salah, aku minta maaf, Dan. Ya udah, kalau gitu, gimana kalau kamu ikut aku