RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'Senyuman Daniella ----"Owalah, ya sudah kalau gitu. Pakde panasin dulu ini sup dagingnya! Eman-eman. Ini hidangan mewah, Shraf!"Setelah memanaskan kuah sup, pakde kembali ke meja makan, dan kami pun melahap hidangan ini dengan penuh semangat. "Pakde! Gadis yang biasa main di pohon jambu itu, bukan demit! Tapi dia anak asuhnya Mbok Trami, yang dari Jakarta, Pakde!" kataku memulai kembali obrolan di tengah suapan yang telah terlahap. "Yang benar Shraf?!""Iya, Pakde!""Apa dia kena gangguan jiwa, Shraf?!""Bukan, Pakde! Dia sakit, tapi bukan gangguan jiwa!" "Yoweslah kalau gitu, yang penting dia ndak ngganggu! Kamu juga jangan dekat-dekat sama dia! Nanti menimbulkan prasangka orang-orang!" Bagaimana mungkin aku menuruti ucapan Pakde untuk menjauhinya, sedangkan setiap hari saja, aku ingin berjumpa, dan mengunjunginya! Ingin tahu bagaimana kabarnya, apakah dia baik-baik saja. Ataukah tidak. Daniella, semoga esok hari kita bisa
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAM Selalu Ingin Ke Pohon Jambu Pov Daniella Arnetta Vernandi----Sebelum Ustadz Ashraf mendekat dan mengajakku ngobrol, sengaja tadi kucuri fotonya. Kujepret asal tanpa sepengetahuannya sebagai kenang-kenanganku nanti, bilamana kelak aku meninggalkan kampung halaman si Mbok ini. Ustadz Ashraf menawariku sebuah salep pengobat gatal yang didapatnya dari sang guru. Baiklah. Akan kuterima esok. Semoga ini adalah jalan usaha yang bisa kutempuh supaya lekas terbebas dari penyakit ini. Perlahan-lahan. "Daniella, mohon maaf aku nanya kayak gini. Apa Daniella bisa mengaji, dan membaca al-qur'an?" tanyanya ragu, dengan penuh kehati-hatian. Sepertinya Pak Ustadz Ashraf ini tipikal orang tidak enakan alias people pleased, yang kerapkali minta maaf, meski dia tak bersalah. "Nggak perlu minta maaf, Pak Ustadz! Pak Ustadz nggak salah apa-apa, kok. Aku bisa ngaji, Pak Ustadz! Aku pernah ikut mengaji di masjid dekat rumah, sampai tuntas iqro' 6, si Mbok yang ngante
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta VernandiApa Aku Masih Berhak Bahagia? ***"Nggak papa deh, yang penting kamu bahagia! Ngomong-ngomong, apa besok siang aku boleh main ke rumah si Mbok?""Boleh dong! Boleh banget Pak Ustadz! Tapi, bukannya Pak Ustadz sibuk di ladang?""Aku dari pagi sampai siang, biasa ke tambak kadang ke sawah. Adzan dhuhur, aku pulang. Nah, kalau dhuhur sampai ashar, aku istirahat. Sehabis ashar aku ngajar ngaji. Setelah ngajar ngaji, aku nyari pakan kambing, trus ketemu kamu di sini!""Sibuk banget ya, Pak Ustadz! Masih muda, pekerja keras, lagi! Jarang ada anak muda yang mau kerja kayak Pak Ustadz! Apalagi sekarang jamannya serba canggih, anak muda lebih suka santuy-santuy, nongki di kafe wifi!" "Ya kayak gini, kerjaan aku, Dan. Aku udah yatim piatu sejak kecil, dirawat sama Pakde. Kalau Dan sendiri, sebelum tinggal di sini, Dan kerja apa?""Aku ... aku masih berstatus mahasiswi yang belum kerja, Pak Ustadz! Aku apa-apa masih bergantung sama
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMHayunda, Anaknya Pak Lurah POV Ashrafil Ambiya'-------Setelah berdoa dan berdzikir sebelum memejamkan mata, untuk istirahat malam. Mengapa bayangan Daniella selalu terlintas. Wajah gadis berambut sebahu nan ombak berwarna kecoklatan itu, terus berputar-putar di otakku. Senyuman di bibir tipisnya nan mungil, membuatku tak bisa lupa, meski hanya sekadar di dalam gambar berbingkai. Hidungnya yang mbangir, sorot mata nan bulat coklat indah memancar membuatku kian teringat. Kulitnya putih bak pualam, begitu kontras dengan dress hitam selutut yang membalut tubuhnya. Betisnya tampak begitu putih. Benarkah, gadis yang ada di gambar itu adalah gadis yang setiap hari bersamaku, bahkan dia yang kubopong menuju kamarnya? Aku masih benar-benar tidak percaya. Tadi sore aku mengantarnya pulang, meski dia berulangkali menolak. Daniella ... sepertinya dia adalah gadis yang berperangai dingin, juga sulit membuka hati. Apakah di hatinya masih bertahta pria yang ada
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMMengapa Daniella Marah?! Daniella ... baru kemarin kita berjumpa, mengapa hari ini serasa aku sudah merindukanmu. Sedari tadi, kami berada di ambang pintu, tanpa kupersilakan masuk dulu, putri Pak Lurah ini. "Hmmm, saya mau berangkat ke ladang. Gimana, apa Yunda jadi mau ikut?!" tanyaku, supaya lekas mengakhiri perbincangan ini. Mau tak mau, suka tak suka. Aku harus bersedia membawa gadis ini bersamaku menuju ladang. Jujur, aku sungkan dan tak enak, jika berpapasan dengan orang, dan menyapanya. Lalu kepergok dalam keadaan jalan berdua seperti ini. Bisa-bisa, rumor menyebar secepat kilat di kalangan ibu-ibu, juga bapak-bapak para jamaah, yang biasa menjadi makmum sholatku di mushola. Untuk menghindari tatapan curiga para warga bila nanti berpapasan, aku sengaja mengambil rute pohon jambu, tempat Daniella bertengger. Jalanan itu, saat pagi hingga siang pun jarang dilewati orang. Jadi, tak akan ada makmum mushola yang melihat kebersamaan kami. ***S
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella----Angan yang Salah Rasanya seperti dibawa terbang melayang menembus ke awan. Lalu diempaskan ke jurang yang dalam. Baru sekejab merasa ada harap kebahagiaan, ternyata semua hanya angan sepihak yang hampa tanpa sambutan. Untuk apa aku memupuk rasa yang tak bertepi ini. Pak Ustadz berhak menjatuhkan pilihan hatinya. Tentu saja bukan padaku. Si gadis buruk rupa ini!**************Kebun di mana pohon jambu itu berdiri adalah tempat di mana perjumpaanku dengan insan nan istimewa bernama Ashraf. Semalaman aku dibikin senyum sendiri tanpa henti mengingatnya. Dia mengantarku pulang, dan berjanji esok akan menemuiku lagi memberikan salepnya padaku. Papa, andai Papa dekat, akan kuceritakan semua pada Papa apa yang kualami selama ini. Aku tak mengenal siapapun. Tetapi, ada orang yang berusaha membantuku agar lekas terbebas dari penyakit ini. Seperti pesan darinya, jelang tidur, aku wajib melafadzkan doa. Agar mimpiku terjaga dari hal buruk m
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Baru tadi sore, aku merasakan bagaimana hatiku berbunga karena perhatiannya. Sedangkan pagi ini di tempat yang sama, aku melihat kenyataan yang justru sebaliknya. Ternyata benar, semua laki-laki sama. Tak ada yang tulus sedikitpun terhadapku. Mereka hanya menyukai wanita yang cantik. Bukan gadis buruk rupa!Perasaanku benar-benar salah. Salah! Sesalah-salahnya. Berharap pada manusia, dan mengira perasaan itu adalah getaran kasih. Sepasang mata ini mulai perih, buliran bening mulai menyesak di sudut kerlingan, dan menerobos jatuh, tanpa aba-aba. Aku cemburu! Tentu saja! Apa itu salah!?****Aku pulang dengan penuh kepedihan, juga amarah berkecamuk. Hentakan langkah kakiku terasa berat, dan keras. Hingga si Mbok begitu kalut melihat kelakuanku pagi ini. "Non, non kenapa?! Tadi berangkatnya bahagia, semangat banget! Kok sekarang jadi murung begini?! Langitnya cerah loh Non. Kok wajah Non mendung?!""Mbok! Aku lagi ke
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMLaki-laki yang Tidak Pernah Peka Pov Daniella Arnetta----Ustadz Ashraf lekas pulang dengan sejuta tanya mengambang tanpa jawaban. Mengapa aku marah, dan apa penyebabnya. Benar-benar perasaan yang tidak jelas. Aku terus menerocos, tanpa memedulikan klarifikasi darinya. Lagipula, apalagi yang perlu dijelaskan. Toh semuanya sudah jelas. Dia sudah memiliki gadis lain dalam hatinya. Sepulangnya dia. Aku masih merajuk di kamar. Sore ini, aku berniat untuk menelpon Papa, yang sejak kemarin tak merespon pesan WA, juga telfon dariku. Aku sungguh khawatir dengan keadaan Papa. Papa terlampau sibuk hingga kadang tak memikirkan kesehatannya sendiri. Selama aku di sana, aku kerapkali melihat Papa tidur larut malam, ditemani kopi. Papaku sangat pekerja keras. Meski wajah dan fisik Papa masih bugar. Namun, Papa tetap harus menjaga pola hidup sehat. Beberapa pesanku dibalas oleh Papa, hari ini. Alangkah bahagianya aku, di tengah perasaan kalut akan Pak Ustadz, tap
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya' Datang Terlambat ---"Aku mau ke ... hmm ... mau ada acara, Pakde!" "Owalah, jadi kamu udah dikabari kalo sekarang lagi ada acara kenduren di rumahnya Pak Lurah, peringatan seribu harinya Mbahnya Yunda." "Kenduren?! Enggak, aku nggak dikabari apa-apa, Pakde! Padahal tadi pagi aku ke sana. Tapi aku belum nerima undangan!""Wong undangannya baru dikasih tadi pas Pakde pulang dari tegalan kok, Shraf. Kamu ya, yang datang! Sekalian nanti kamu kan diminta buat mimpin doa!""Kok aku, Pakde?! Pakde aja yang datang! Aku nggak bisa Pakde! Aku lagi ada janji! Lagi ada acara penting!""Acara penting apa toh, Shraf?! Wong ini loh, hari jum'at. Ngajinya kan libur! Lagi pula, sekalian biar kamu makin akrab sama orang-orang di sini! Masak Pakde terus yang ikut kenduren! Yowes ... mumpung kamu udah siap! Ganti sarung! Berangkat!" Bagaimana ini, kalau aku menolak ... Aku merasa tak enak karena aku yang diminta memimpin do'a? Tapi, bagaimana de
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'----Aku khawatir jika kuterima langsung, ini akan dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang, dan nepotisme Pemimpin. Sementara di sisi lain, aku juga sedang membutuhkan pekerjaan yang layak, untuk bekalku melamar Daniella. Ya Allah, bagaimana ini?!"Kenapa tiba-tiba sekali, Pak? Jujur, saya benar-benar kaget dan tidak menyangka, Pak. Karena selama ini, saya juga tidak pernah menunjukkan kemampuan saya dalam ranah tersebut, Pak." "Segala sesuatunya bukan terjadi tiba-tiba, Nak Ashraf. Saya sudah banyak mendengar cerita dari Yunda, tentang kemampuan Nak Ashraf. Jadi sayang sekali, kalau ada SDM yang maju, terus dibiarkan. Sedangkan yang ada di lapangan justru tidak terlalu kompeten. Ini jaman serba canggih, Nak. Mau tidak mau, siap tidak siap, semua bidang akan mengalami pembaruan, termasuk Mbaurekso desa. Bukan hanya diisi para pemangku kepentingan, tapi orang yang benar-benar paham di bidangnya. Permohonan dari saya ini, tolong
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPov Ashrafil Ambiya'Tawaran Perangkat Desa ----"Aku di sini cuma sementara, Pak Ustadz! Aku di sini nggak akan lama, seperti apa yang Papa bilang sejak awal. Kalau aku sudah baikan, aku bakal balik. Aku udah kangeeen banget sama rumahku di sana. Aku juga udah berbulan-bulan nggak ketemu sama Papa! Pas awal aku di sini, beraat banget rasanya, dan cepet-cepet pengen pergi! Tapi, setelah ketemu Pak Ustadz, kenapa rasanya lebih berat ... buat ninggalin tempat ini." Aku begitu terngiang, tertegun hingga malam tenangku terganggu oleh kalimat yang diucapkan Daniella tempo hari. Benar, keadaannya lambat laun kian membaik, dan itu adalah kabar membahagiakan. Tentu saja, Papanya nan jauh di sana pasti merindukan putrinya. Jarak dan waktu telah memisahkan mereka, meski aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya rindu serupa Daniella. Namun, melihat wajah cerahnya setelah bercerita hal itu, aku pun ikut merasakan binar harapannya. Hatiku dilema, aku belum pe
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPart 19Pov Daniella Arnetta Vernandi----Restu Papa Terpenting ----Papa menyatakan dengan tegas ketidaksukaannya terhadap Ustadz Ashraf. Bahkan Papa memberiku pilihan yang amat sangat sulit. Aku tetap tinggal di sini, selamanya tanpa fasilitas apapun. Atau aku kembali secepatnya. Kondisiku memang berangsur membaik, dan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Sesuai dengan apa yang dicanang sejak awal, bahwa aku memang tinggal sementara di sini. Kini, kondisiku telah stabil. Saatnya aku kembali. Bukankah dulu aku begitu tak suka tempat ini dan ingin segera kembali. Kenapa sekarang, justru begitu berat meninggalkan tempat ini? Semua karenamu, Ustadz Ashraf! ******"Non, kenapa Non beberapa hari ini ndak doyan makan, makanannya cuma diaduk-aduk tok, nanti Non sakit! Kalau Non sakit, bukan cuma Mbok yang sedih, tapi Ustadz Ashraf juga!" kata si Mbok saat melihatku murung di meja makan. Sejak Papa meminta aku segera kembali ke Jakarta, dilema
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi---[Papa, kok Papa ngomong kayak gitu sama Pak Ustadz. Pak Ustadz baik, Papa. Aku sayang sama Pak Ustadz. Papa setuju kan, kalau aku nikah sama dia?] tanyaku ke Papa di panggilan WA. [Papa akan siapin akomodasi buat kamu sama Si Mbok, supaya kalian lekas balik ke Jakarta.][Papa kok bilang kayak gitu sih? Apa Papa nggak suka sama Pak Ustadz? Kenapa Papa? Apa cuma gara-gara dia buruh tani, nggak cocok buat anak Papa?][Tentu aja kalian berdua nggak cocok, Daniella! Papa lebih kenal kamu dibanding siapapun. Kalau kamu tetap tinggal di sana. Apa kamu sanggup, hidup jadi istri buruh tani? Apa dia sanggup biayain kamu, bahagiain kamu yang selama ini apa-apa semua fasilitas dari Papa! Apa dia sanggup memberikan kebahagiaan sama kamu selayaknya perlakuan Papa ke kamu, Nak?][Papa, memang selama ini, semuanya dari Papa, aku nggak bisa lepas dari semua fasilitas Papa. Bahkan di kampung si Mbok pun Papa masih sediain segala yang
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'----Aku Hanya Buruh Tani ----Sejak perjumpaan itu, kian hari membuat hubungan kami kian dekat. Kini, seperti tak ada lagi sekat diantara kami. Daniella lebih sering tersenyum dibanding memanyunkan bibir, dia pun tak segan, mengabariku jika dia berada di dekat pohon jambu. Sebelum aku berangkat ke ladang, dia sering memintaku mampir ke rumahnya untuk membawakanku bekal.Rasanya seperti ini bahagianya ... diperhatikan seorang wanita yang disuka. Dan, andai Papamu dekat, aku pasti langsung mendatanginya ... memohon ijin untuk menghalalkanmu. Ketika sepulang dari surau mengajar pun, kami setiap hari berjumpa. Daniella lebih lepas, dan banyak bercerita ini itu tentang kehidupannya. Begitupun aku, yang ingin berbagi hal menyenangkan dengannya. Aku membelikan salep, seperti yang dia inginkan. Semoga perantara salep itu, dan ikhtiar giatnya selama ini, Allah memberikan kesembuhan padanya. ******* Sepertinya Daniella lebih dulu sa
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi---Diperhatikan, dikasihi oleh seorang pria dalam keadaan seperti ini membuatku merasa teristimewa. Di kampung halaman si Mbok yang pelosok ini, tak ada siapapun yang mengenalku. Tak ada yang tahu, bahwa aku anak tunggal dari pengusaha ternama seperti Papa. Di sini, bahkan orang-orang mengenalku sebagai gadis tak waras, juga makhluk halus yang kerap menangis di atas batang pohon jambu. Jauh dari Papa, jauh dari rengkuhan kasihnya, juga jauh dari segenap pujian yang dulu kudapat. Rasanya kini aku haus untuk dikasihi, dan Ustadz Ashraf datang membawakan apa yang kurasa kosong dalam hati. Dia, laki-laki yang tulus, tanpa memandang jij*k sedikitpun terhadapku. Ingin sekali aku ceritakan ini pada Papa. Bahwa putri kecilnya telah jatuh hati, dan menemukan pelabuhan yang tepat. Pasti Papaku akan menyetujuinya. Papa pasti bahagia melihatku bahagia dan tersenyum lagi. Aku pun ingin memperkenalkan Ustadz Ashraf padanya. Semoga
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Sore ini, waktu menunjukkan pukul tiga, aku ingin sekali mengabarkan pada Papa tentang perubahanku yang positif ini. Meski tak mudah dan tak sepenuhnya maksimal, pasti Papa akan tetap bahagia melihatku begini. Di sini pun, sekaligus aku ingin memesan salep itu lagi pada Ustadz Ashraf, karena salep yang menyiksa itu cukup manjur juga bila diaplikasikan dengan benar. Harus kutanggalkan rasa engganku menghubunginya demi obat itu, karena aku membutuhkannya. Kini, aku berjalan sedikit percaya diri, tanpa mengenakan pasmina terlilit ataupun kacamata hitam. Aku hanya mengenakan dress longgar seperti biasanya, namun kupakai jaket hitam dengan hoodie. Karena cuaca memang cukup dingin akhir-akhir ini. [Hallo, Papa! How are you?] Kulambaikan tangan saat melihat Papa berada di taman rumahku yang luas itu. Tampak, ada secangkir kopi, dan aneka kudapan, di meja kecil depan Papa. [Papa baik-baik aja, Sayang! Kamu gimana, Nak?!
PoV Daniella Arnetta Vernandi ----Aku Ingin Dia Melihatku Sebagai Seorang Wanita ----Dia membuatku terluka, dan cemburu manakala dia tersenyum memandang gadis lain yang jauh lebih cantik. Dengan posisiku sekarang, aku mungkin akan sulit merebut hatinya sepenuhnya. Bagaimana mungkin, dia terpikat pada gadis Buruk Rupa. Aku pun paham, aku tak berhak melarang, dan mengendalikan perasaannya. Aku ingin menjadi Daniella seutuhnya, Daniella yang bisa membius para pria agar terpaku memandangku tanpa berkedip. Hanya dia yang kuinginkan saat ini. Bukan yang lain. Daniella ingin dipandang sebagai wanita seutuhnya yang layak dikasihi dan dicintai oleh Ashraf. Bukan seorang gadis malang penghuni Pohon Jambu yang layak dikasihasi, dan disantuni oleh seorang Ustadz sepertinya. Kumohon, lihat aku sebagai seorang wanita, Pak Ustadz! Jangan membuatku tampak begitu kasihan seperti ini! *******Meskipun aku marah padanya dan belum ingin memaafkan, bukan berarti aku tak mau mencoba menggunakan s