RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Baru tadi sore, aku merasakan bagaimana hatiku berbunga karena perhatiannya. Sedangkan pagi ini di tempat yang sama, aku melihat kenyataan yang justru sebaliknya. Ternyata benar, semua laki-laki sama. Tak ada yang tulus sedikitpun terhadapku. Mereka hanya menyukai wanita yang cantik. Bukan gadis buruk rupa!Perasaanku benar-benar salah. Salah! Sesalah-salahnya. Berharap pada manusia, dan mengira perasaan itu adalah getaran kasih. Sepasang mata ini mulai perih, buliran bening mulai menyesak di sudut kerlingan, dan menerobos jatuh, tanpa aba-aba. Aku cemburu! Tentu saja! Apa itu salah!?****Aku pulang dengan penuh kepedihan, juga amarah berkecamuk. Hentakan langkah kakiku terasa berat, dan keras. Hingga si Mbok begitu kalut melihat kelakuanku pagi ini. "Non, non kenapa?! Tadi berangkatnya bahagia, semangat banget! Kok sekarang jadi murung begini?! Langitnya cerah loh Non. Kok wajah Non mendung?!""Mbok! Aku lagi ke
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMLaki-laki yang Tidak Pernah Peka Pov Daniella Arnetta----Ustadz Ashraf lekas pulang dengan sejuta tanya mengambang tanpa jawaban. Mengapa aku marah, dan apa penyebabnya. Benar-benar perasaan yang tidak jelas. Aku terus menerocos, tanpa memedulikan klarifikasi darinya. Lagipula, apalagi yang perlu dijelaskan. Toh semuanya sudah jelas. Dia sudah memiliki gadis lain dalam hatinya. Sepulangnya dia. Aku masih merajuk di kamar. Sore ini, aku berniat untuk menelpon Papa, yang sejak kemarin tak merespon pesan WA, juga telfon dariku. Aku sungguh khawatir dengan keadaan Papa. Papa terlampau sibuk hingga kadang tak memikirkan kesehatannya sendiri. Selama aku di sana, aku kerapkali melihat Papa tidur larut malam, ditemani kopi. Papaku sangat pekerja keras. Meski wajah dan fisik Papa masih bugar. Namun, Papa tetap harus menjaga pola hidup sehat. Beberapa pesanku dibalas oleh Papa, hari ini. Alangkah bahagianya aku, di tengah perasaan kalut akan Pak Ustadz, tap
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'Aku Merindukanmu, Gadis Pohon Jambu----Gadis manja anak Papa itu terus saja memberondongku dengan serangan amarah yang cukup menggelikan. Dia malu untuk sekadar mengucap cemburu, dan mengakui bahwa ada getar rasa yang berbeda padaku. Dia merasa tidak berhak cemburu.Benar kata Sayyidina Ali R.a. Bahwasannya wanita bisa memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Namun, tak dapat menyembunyikan rasa cemburunya. Daniella cukup lucu dengan sikapnya yang penuh teka-teki itu. Aku malah justru ingin menggodanya biar hingga dia berkata jujur, bahwa dia tertarik padaku. [Dan, kamu marah ya?] tulisku di WA. [Lah, ngapain marah?][Kamu cemburu ya, Dan?][Pede amat, ngapain cemburu.][Kamu berhak cemburu kok Dan, kalau kamu cemburu, itu artinya Dan ada rasa sama aku][Sok kecakepan amat nih!] tulis Daniella ditambahi emotikon marah. [Dan, kalau kamu cemburu, aku salah, aku minta maaf, Dan. Ya udah, kalau gitu, gimana kalau kamu ikut aku
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'Bukan Hayunda ----[Waalaikum salam, Pak Ustadz. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Pak Ustadz.]Senang sekali bisa mendengar suaranya lagi. [Kenapa formal banget sih, Dan? Ngomong aja.] [Oke, saya ingin pesan salep lagi, sama Pak Ustadz. Saya pesan lima wadah. Kalau bisa segera ya, Pak. Uangnya apa saya harus antar ke rumah Pak Ustadz, atau kita ketemu di sini] [Aku nggak bisa kasih salepnya ke kamu, Dan?!][Kenapa?] [Dan kan masih marah sama aku. Jadi aku nggak bisa ngasih, trus kita nggak bisa ketemu di rumah Pakdeku, gimana kalau di pohon jambu.][Ya udah deh, saya maafin. Pokoknya, saya minta tolong sama Pak Ustadz. Tolong usahain, supaya bisa dapat salep itu secepatnya. Saya akan bayar berapa pun, harganya] [Kamu bisa nelpon, brarti sekarang lagi ada di pohon jambu, 'kan?!][Iya, saya ada di Pohon Jambu.] [Sampai kapan?! aku segera nyusul ke sana.] [Nggak perlu Pak Ustadz! Abis ini, saya langsung pulang.
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Ashrafil Ambiya'Haruskah Kuutarakan Segera? ----"Kamu salah sangka, Ga! Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Yunda. Aku cuma garap ladang milik Pak lurah, itu aja!""Ow ... semoga apa yang kamu omongin ini beneran sama apa yang terjadi di kenyataan ya, Shraf! Soalnya berita udah nyebar, kalo kamu bakal dijadiin mantu sama Pak lurah! Perlu kamu tahu ya, Shraf! Yunda itu, udah aku incar sejak dia masih SMP. Jadi, aku nggak akan biarin Yunda nikah sama orang lain!" "Kalau kamu suka sama Yunda, silakan, Ga! Aku malah dukung! Beneran, aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia! Aku udah ada gadis lain, Ga! Bukan Yunda!" "Ow ... jadi gitu! Ya udah, aku pegang omonganmu. Laki-laki sejati, itu nggak akan mencederai ucapannya! Oke, Shraf! Aku lanjut nyari bajing dulu!""Ok ... oke, Ga!"Aneh sekali warga desa ini, secepat itu berita menyebar. Jujur, aku sama sekali tidak tertarik jadi menantu Pak Lurah. Aku sadar, siapa diriku, yang tak seharusnya mengingi
PoV Daniella Arnetta Vernandi ----Aku Ingin Dia Melihatku Sebagai Seorang Wanita ----Dia membuatku terluka, dan cemburu manakala dia tersenyum memandang gadis lain yang jauh lebih cantik. Dengan posisiku sekarang, aku mungkin akan sulit merebut hatinya sepenuhnya. Bagaimana mungkin, dia terpikat pada gadis Buruk Rupa. Aku pun paham, aku tak berhak melarang, dan mengendalikan perasaannya. Aku ingin menjadi Daniella seutuhnya, Daniella yang bisa membius para pria agar terpaku memandangku tanpa berkedip. Hanya dia yang kuinginkan saat ini. Bukan yang lain. Daniella ingin dipandang sebagai wanita seutuhnya yang layak dikasihi dan dicintai oleh Ashraf. Bukan seorang gadis malang penghuni Pohon Jambu yang layak dikasihasi, dan disantuni oleh seorang Ustadz sepertinya. Kumohon, lihat aku sebagai seorang wanita, Pak Ustadz! Jangan membuatku tampak begitu kasihan seperti ini! *******Meskipun aku marah padanya dan belum ingin memaafkan, bukan berarti aku tak mau mencoba menggunakan s
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi----Sore ini, waktu menunjukkan pukul tiga, aku ingin sekali mengabarkan pada Papa tentang perubahanku yang positif ini. Meski tak mudah dan tak sepenuhnya maksimal, pasti Papa akan tetap bahagia melihatku begini. Di sini pun, sekaligus aku ingin memesan salep itu lagi pada Ustadz Ashraf, karena salep yang menyiksa itu cukup manjur juga bila diaplikasikan dengan benar. Harus kutanggalkan rasa engganku menghubunginya demi obat itu, karena aku membutuhkannya. Kini, aku berjalan sedikit percaya diri, tanpa mengenakan pasmina terlilit ataupun kacamata hitam. Aku hanya mengenakan dress longgar seperti biasanya, namun kupakai jaket hitam dengan hoodie. Karena cuaca memang cukup dingin akhir-akhir ini. [Hallo, Papa! How are you?] Kulambaikan tangan saat melihat Papa berada di taman rumahku yang luas itu. Tampak, ada secangkir kopi, dan aneka kudapan, di meja kecil depan Papa. [Papa baik-baik aja, Sayang! Kamu gimana, Nak?!
RINTIHAN GADIS KORBAN ILMU HITAMPoV Daniella Arnetta Vernandi---Diperhatikan, dikasihi oleh seorang pria dalam keadaan seperti ini membuatku merasa teristimewa. Di kampung halaman si Mbok yang pelosok ini, tak ada siapapun yang mengenalku. Tak ada yang tahu, bahwa aku anak tunggal dari pengusaha ternama seperti Papa. Di sini, bahkan orang-orang mengenalku sebagai gadis tak waras, juga makhluk halus yang kerap menangis di atas batang pohon jambu. Jauh dari Papa, jauh dari rengkuhan kasihnya, juga jauh dari segenap pujian yang dulu kudapat. Rasanya kini aku haus untuk dikasihi, dan Ustadz Ashraf datang membawakan apa yang kurasa kosong dalam hati. Dia, laki-laki yang tulus, tanpa memandang jij*k sedikitpun terhadapku. Ingin sekali aku ceritakan ini pada Papa. Bahwa putri kecilnya telah jatuh hati, dan menemukan pelabuhan yang tepat. Pasti Papaku akan menyetujuinya. Papa pasti bahagia melihatku bahagia dan tersenyum lagi. Aku pun ingin memperkenalkan Ustadz Ashraf padanya. Semoga