Share

PART 5

Author: MarniHL
last update Last Updated: 2021-05-06 17:11:56

Rian menatap bingung Liam dan Andi yang berada di depan rumahnya. Kedua cowok itu datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

"Ngapain lo berdua ke sini?" tanya Rian.

"Dia yang ngajak gue ke sini," ucap Liam menunjuk Andi.

Andi yang diberikan tatapan datar oleh Rian langsung membuka mulutnya untuk menjelaskan.

"Em, gue bosan di rumah makanya gue ke sini. Gue ngajak Liam biar lo bisa ijinin gue buat masuk. Kalau gue sendiri kan lo gak bakal mau gue masuk rumah lo," ucap Andi.

"Gimana dia mau ijinin lo masuk kalau lo aja berisik mulu."

Andi hanya cengengesan mendengar ucapan Liam.

Memang benar, jika Andi datang sendiri ke rumah Rian, pasti cowok itu tidak akan mengizinkan Andi untuk masuk ke rumahnya. Karena jika Andi sudah masuk ke dalam rumahnya, maka Andi pasti akan berbuat aneh-aneh. Dan Rian tidak menyukainya.

Kecuali jika Andi datang bersama Liam, barulah Rian akan mengizinkan Andi untuk masuk ke rumahnya. Karena Liam adalah orang yang bisa mengendalikan emosi Rian.

"Masuk." Liam dan Andi menurut lalu mengikuti Rian masuk ke dalam rumah.

"Yan, lo gak mau nawarin kita makan atau minum nih?" tanya Andi.

Rian yang sedang memainkan ponselnya mengangkat wajahnya lalu menatap Andi datar.

"Em, kalau lo gak mau nawarin juga gak papa kok."

"Kalau mau minum ambil sendiri di kulkas. Jangan suruh-suruh gue. Gue bukan pembantu lo," ucap Rian dingin.

"Makasih ya, Rian." Andi segera bangkit berdiri lalu berjalan ke arah dapur membuat Liam hanya geleng-geleng kepala.

"Yan," panggil Liam.

"Apa?"

"Tadi Safira telfon gue. Dia nanya lo."

Rian yang semula sibuk dengan ponselnya mendadak diam. Ekspresi wajahnya saat ini tidak bisa digambarkan.

"Blokir nomor dia kalau dia masih nanya-nanya tentang gue."

"Tapi Safira kan teman gue, Yan. Kalau gue blok dia nanti dia mikir apa ke gue?"

"Teman? Terus gue bukan teman lo?" Nada suara Rian mendadak meninggi.

"Lo teman gue, Yan, tapi Safira juga teman gue. Jangan karena masalah lo sama dia, gue juga harus ikut-ikutan benci dia. Gue juga punya hak buat berteman sama dia."

Rian tertawa sinis. "Kalau lo mau temenan sama dia silahkan. Gue gak bakal larang. Tapi lo harus ingat, gue gak akan pernah mau temenan sama orang yang masih berhubungan dengan cewek yang gue benci."

Setelah berucap demikian, Rian pun bangkit dari duduknya lalu pergi ke kamarnya.

"Eh, Yan. Mau ke mana?" tanya Andi yang baru saja kembali dari dapur. Cowok itu memegang beberapa camilan di tangannya.

"Liam, si Rian kenapa?" tanya Andi.

"Safira."

"Lo bahas apalagi tentang dia? Gue kan udah bilang jangan pernah ngomong dia lagi ke Rian."

"Lo tahu kan Rian itu kalau udah benci sama orang dia bakal selamanya benci sama orang itu. Dia juga gak mau dengar nama orang itu. Lo sendiri lebih tahu dia gimana, kan?"

*****

Raina menatap jam dindingnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Cewek itu baru saja selesai mandi. Ia mengambil pengering rambut untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Saat ia sedang mengeringkan rambutnya, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.

Raina menatap malas ponselnya saat tahu Rian yang meneleponnya.

"Nih orang gak bisa apa biarin gue hidup tenang. Kerjaannya ganggu gue mulu."

Dengan malas, Raina menjawab panggilan tersebut.

'Lama banget sih angkat telfonnya. Ngapain aja lo? Selingkuh?' Raina segera menjauhkan ponsel dari telinganya begitu mendengar suara Rian yang menggelegar.

Bayangkan saja, hanya karena dirinya lambat menjawab telepon saja, ia sudah dimarahi seperti ini. Apalagi kalau tidak dijawab.

"Selamat malam, ada perlu apa, ya?" tanya Raina mencoba untuk bersabar.

'Beliin gue martabak coklat.'

"Hah? Gak salah lo? Ini udah malam kali. Gila aja lo nyuruh gue keluar buat beliin martabak doang."

'Waktu lo cuma tiga puluh menit dari sekarang.'

Belum sempat Raina protes, cowok itu sudah mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Nih cowok kenapa nyebelin banget sih?"

Dengan kesal, Raina pun mengganti pakaiannya lalu turun ke bawa.

"Loh, Rain, malam-malam begini mau ke mana? Kita bentar lagi mau makan malam, loh," ucap Dian.

"Ah, itu Ma aku mau ke rumah Luna. Mau ambil buku PR aku. Boleh kan, Ma?"

"Tapi ini kan udah malam. Gak bisa besok aja?"

"Gak bisa Ma. Soalnya besok PR-nya udah dikumpul."

"Ya udah kalau gitu tunggu Papa pulang aja baru minta Papa antarin kamu."

"Eh, gak usah, Ma. Biar aku pergi sendiri aja. Kasihan Papa juga, masa baru pulang kantor malah antarin aku."

"Terus kamu mau pergi naik apa?" tanya Dian.

"Aku naik taksi."

"Ya udah, boleh. Tapi langsung pulang, ya. Jangan lama-lama di sana."

"Siap Ma. Aku pergi dulu. Bye, Ma." Setelah berpamitan pada Dian, ia pun segera pergi.

*****

Rian berdecak beberapa kali. Cowok itu menatap jam di ponselnya yang menunjukkan pukul delapan malam. Tadi, ia memberikan waktu pada Raina tiga puluh menit, harusnya setengah delapan tadi cewek itu sudah sampai, tapi sampai sekarang Raina belum juga datang.

"Dia ke mana sih? Apa jangan-jangan dia gak datang. Awas aja kalau sampai dia gak datang."

Tak lama kemudian, Rian mendengar suara pintu diketuk. Dengan cepat ia bangkit berdiri lalu berjalan mendekati pintu dan membukanya.

"Lo telat tiga puluh menit," ucap Rian saat melihat Raina yang baru saja tiba.

"Antriannya banyak banget tadi. Lagian lo kenapa sih nyuruh gue beli martabak di tempat yang ramai kayak gitu?"

"Karena cuma di situ yang martabaknya enak."

"Serah lo deh. Nih martabaknya." Raina memberikan kantung kresek berisi martabak tersebut pada Rian.

"Gak. Gue udah gak mau makan martabaknya lagi." Raina melotot mendengar ucapan Rian.

"What? Lo gila, ya? Gue udah capek-capek beli martabaknya terus lo gak mau?"

"Jam setengah delapan tadi gue emang pengin makan martabak, tapi sekarang udah jam delapan dan gue udah gak pengin makan martabaknya lagi. Jadi silahkan lo pulang," ucap Rian.

"Lo sengaja ya mau kerjain gue? Lo pikir gue gak ada kerjaan lain selain ngurusin lo?" Raina semakin kesal dengan Rian. Siapa yang tidak marah kalau sudah disuruh malam-malam membeli martabak lalu saat ingin memberikannya malah ditolak dengan alasan sudah tidak ingin makan.

"Itu salah lo sendiri. Gue tadi kasih lo waktu tiga puluh menit, tapi lo melebihi batas waktu yang gue kasih."

"Itu karena tempat jual martabaknya ramai. Lo pikir yang mau beli martabak cuma gue doang?"

"Pokoknya gue udah gak mau makan martabaknya lagi. Silahkan lo pulang." Rian kembali masuk ke dalam rumahnya lalu menutup pintu.

Raina menggeram kesal di tempatnya. Ia melempar martabak yang ia pegang ke pintu rumah Rian.

"Rian sialan! Lo bukan manusia tapi hewan!" teriak Raina dengan wajah memerah menahan amarah.

******************************

Comments (1)
goodnovel comment avatar
zara
astaga, ya itu salah cewenya. kenapa mau aja. so stupid
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RIAN RAINA   PART 6

    Raina berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah bantalnya. Sebenarnya, ia masih mengantuk karena semalam ia tidak tidur nyenyak. Dan itu semua karena Rian. Semalam cowok itu mengganggunya. Rian terus meneleponnya dan memarahinya karena Raina membuang martabak di depan rumahnya."Woi." Rian menarik lengan Raina membuat langkah cewek itu terhenti."Apa? Mau marahin gue lagi? Kan semalam gue udah minta maaf. Belum cukup lo ngomel-ngomelnya?""Mana buku PR gue?" tanya Rian sembari menjulurkan tangannya di depan Raina.Dengan malas, Raina membuka tasnya lalu memberikan buku milik Rian pada cowok itu.Saat Raina hendak melanjutkan langkahnya, lagi-lagi Rian menarik lengannya membuat Raina berdecak."Apalagi sih, Yan? Gak usah ganggu gue deh.""Urusan kita belum selesai. Lo pikir dengan minta maaf aja bakal cukup?""Terus lo mau gue ngelakuin apa?"*****"Sapu yang benar. Kalau gak bersih gue suruh ulang, ya," ucap

    Last Updated : 2021-05-07
  • RIAN RAINA   PART 7

    Rian menyandarkan tubuhnya di tembok depan kelas Raina. Cowok itu menunggu Raina keluar dari kelasnya.Tak lama kemudian, Raina pun keluar dari kelasnya bersama Luna dan Risa."Na, lo jadi temenin gue ke mall, kan?" tanya Luna."Ja---""Raina sama gue," potong Rian membuat ketiganya langsung menoleh pada cowok itu."Enak aja lo. Gue duluan yang udah janjian sama Raina. Iya kan Rain?"Raina melirik Rian yang tampaknya tidak ingin dibantah."Sorry, Lun, bukannya gue gak mau nemenin lo, tapi gue gak bisa. Soalnya Rian udah duluan ngajak gue pergi."Wajah Luna tampak kecewa. "Terus gue pergi sama siapa dong?""Sama Risa aja. Sa, mau temenin Luna, kan?"Risa menggeleng cepat. "Gak. Malas gue ke mall. Mendingan gue tidur di rumah.""Sa, jangan gitu lah sama Luna. Sekali-kali temenin Luna. Lagian kalau gue bisa aja pasti gue udah temenin Luna.""Ya udah oke. Gue mau." Raina dan Luna tersenyum lebar karena R

    Last Updated : 2021-05-08
  • RIAN RAINA   PART 8

    Raina menatap pantulan wajahnya di cermin. Memastikan penampilannya sudah baik atau belum. Setelah dirasanya sudah baik, ia pun mengambil tas selempangnya lalu memakainya.Sesuai janjinya pada Rian, malam ini ia akan menemani Rian ke rumah tante cowok itu.Raina turun ke lantai bawah. Ternyata Rian sudah menunggunya di bawah. Cowok itu sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya."Jadi kamu mau ngajakin Raina keluar?" tanya Seno."Iya Om. Boleh kan, Om?""Boleh aja. Asal sebelum jam sepuluh kamu udah antarin Raina pulang.""Siap Om.""Em, Pa, Ma, aku pergi sama Rian dulu, ya." Raina mendekati Seno dan Dian lalu mencium tangan keduanya diikuti Rian."Hati-hati, ya."Mereka berdua berjalan keluar dari rumah. Pandangan Rian tidak terlepas dari Raina. Ia cukup kagum karena malam ini Raina terlihat cantik."Kenapa liatin gue kayak gitu? Gue jelek, ya?" Pertanyaan Raina sukses membuat Rian tersadar. Buru-buru cowok

    Last Updated : 2021-05-10
  • RIAN RAINA   PART 9

    Raina berjalan mendekati Rian yang sedang duduk di tepi lapangan. Cowok itu berkeringat karena baru saja selesai berlari mengelilingi lapangan. Tadi, ia datang terlambat, sehingga ia dihukum."Nih, minumnya." Raina memberikan sebotol air mineral yang ia beli tadi di kantin. Sebenarnya, ia datang ke sini bukan karena ia mau, melainkan karena disuruh oleh Rian.Rian menerima botol minum tersebut lalu meneguknya hingga setengah.o"Mau ke mana?" tanya Rian saat Raina hendak pergi."Ke kantin.""Emangnya gue udah bolehin lo pergi?""Emangnya gue harus butuh izin lo dulu baru gue boleh pergi?""Selama lo jadi cewek gue, lo harus nurutin apa kata gue.""Ngatur banget, ya, lo."Rian kembali meminum airnya tanpa membalas ucapan Raina."Hai Rian. Aduh pasti lo capek banget ya, habis dihukum. Sini gue lap keringat lo." Seorang cewek dengan seragam ketatnya tiba-tiba menghampiri Rian dan Raina. Cewek itu menarik tisu dari bun

    Last Updated : 2021-05-12
  • RIAN RAINA   PART 10

    Rian duduk di pinggir kolam renangnya sambil termenung. Mengingat kembali Raina yang tadi terlihat begitu akrab dengan Arka membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Entah kenapa, ia tidak suka Raina didekati oleh cowok lain."Woi." Rian terkejut saat Andi yang menepuk pundaknya cukup keras."Ngapain lo di sini?" Suara Rian terdengar sangat dingin. Bahkan wajahnya tampak datar."Gue mau bersantai di rumah lo. Gak ngerepotin, kan?""Kalau gue bilang ngerepotin lo bakal pergi?""Enggak sih."Rian memutar bola matanya malas. Ia bangkit berdiri membuat Andi menatapnya."Yan," panggilnya."Apa?""Tadi, gue liat Raina sama Arka.""Gak peduli.""Mereka tadi makan berdua di pinggir jalan. Mereka keliatan mesra kayak orang pacaran. Gue jadi iri sama mereka.""Raina cewek gue," ucap Rian dingin.Andi terkekeh pelan. "Iya gue tahu. Gue bukan bilang mereka pacaran, gue kan cuma bilang mereka mesra ka

    Last Updated : 2021-05-14
  • RIAN RAINA   PART 11

    Rian turun dari motornya. Cowok itu baru saja tiba di sekolah. Seperti biasa, ia selalu menjadi pusat perhatian para cewek di SMA Bina Bangsa. Namun, Rian sama sekali tidak pernah peduli dengan cewek-cewek yang mendekatinya. Ia bahkan mengacuhkan mereka, makanya para cewek tidak berani mendekatinya kecuali Wanda. Itu karena cewek itu terlalu terobsesi dengan Rian."Pagi Rian. Nih, gue ada bekal buat lo. Gue dengar kemarin Raina bawain lo bekal tapi lo buang ke tempat sampah karena gak enak, ya? Emang sih Raina itu benar-benar gak cocok sama lo. Mendingan juga gue ke mana-mana. Udah cantik, seksi, primadona sekolah, bisa masak. Pokoknya lo itu cocok kalau sama gue.""Eh, Rian jangan pergi dulu dong. Terima dulu kotak makannya." Wanda menahan lengan Rian, lalu menyodorkan kotak makan berwarna putih tersebut.Rian melepas tangan Wanda dari lengannya lalu mengambil kotak makan dari tangan Wanda membuat cewek itu tersenyum. Namun, senyumnya itu tidak bertahan lama, k

    Last Updated : 2021-05-15
  • RIAN RAINA   PART 12

    "RAINA!" teriak Luna membuat seisi kelas menatapnya tajam. Namun, cewek itu tidak peduli. Ia segera berlari mendekati Raina yang sedang mengobrol dengan Risa."Rain, gawat." Wajah Luna tampak panik."Kenapa sih? Teriak-teriak mulu lo," ujar Risa."Apanya yang gawat, Lun?" tanya Raina penasaran."Itu si Rian lagi berantem sama Arka.""Hah? Kenapa bisa berantem?""Gak tahu. Mendingan sekarang lo samperin aja. Mereka sekarang lagi di halaman belakang sekolah."Tanpa menunggu lama, Raina pun segera pergi ke halaman belakang sekolah.Sesampainya di sana, ia cukup terkejut karena banyak murid yang menonton pertengkaran mereka. Yang membuat Raina kesal adalah kenapa mereka tidak ada yang melerai mereka berdua?"Stop! Berhenti!" Raina menyerobot masuk ke dalam kerumunan tersebut untuk menghentikan perkelahian keduanya.Rian yang hendak memukul wajah Arka pun menoleh pada Raina ketika mendengar teriakan cewek itu."

    Last Updated : 2021-05-18
  • RIAN RAINA   PART 13

    Rian menatap Raina yang baru saja tiba di sekolah. Ekspresi wajahnya kelihatan tidak suka karena melihat Raina yang datang ke sekolah bersama Arka.Rian pun mendekati mereka, lalu tanpa banyak bicara, ia langsung menarik lengan Raina."Sakit Rian," ringis Raina. Ia berusaha untuk melepas tangan Rian, namun Rian semakin mempererat cekalannya.Hingga Arka berhasil menyusul mereka lalu melepas paksa tangan Rian dari Raina."Jangan kasar jadi cowok. Lo itu cowoknya. Gak bisa lembut dikit sama cewek lo?"Rian menatap sinis Arka. Menunjukkan kalau ia memang tidak suka cowok itu."Gak usah ikut campur. Ini urusan gue sama cewek gue." Setelah berucap demikian, Rian kembali menarik lengan Raina. Tidak peduli Raina mengadu kesakitan.Rian melepas cekalannya saat mereka berhenti di lorong kelas dua belas yang cukup sepi karena masih cukup pagi."Lo ngapain sih narik-narik gue? Sakit tahu gak." Raina mengusap tangannya yang sedikit memerah

    Last Updated : 2021-05-31

Latest chapter

  • RIAN RAINA   PART 110

    “Ngapain lo ke sini?” Rian bertanya dengan ekspresi tidak suka. Sama sekali tidak ada niatan untuk menyambut tamunya dengan ramah. Apalagi setelah tahu tamu yang datang adalah Sofhie.Setelah bertemu Raina tadi, “Gue ke sini mau ngomong sama lo. Sebentar aja.”“Lima menit. Habis itu lo udah harus pergi.”Sofhie mengangguk.“Mau ngomong apa?”Sofhie mengambil napas sejenak, lalu mulai berbicara, “Gue ke sini karena mau minta maaf sama lo. Gue nyesal udah ganggu hubungan lo sama Raina. Harusnya gue gak ngelakuin itu. Gue pikir dengan gue kembali lo bakal mau balik lagi sama gue. Ternyata gue salah.”“Soal preman-preman itu? Lo gak mau ngaku?” tanya Rian. Karena Rian masih curiga dengan Sofhie.Sofhie menggeleng. “Gue berterima kasih sama Raina karena dia udah mau nolongin gue. Tapi jujur gue sama sekali gak pernah nyuruh preman-preman itu. Kalau lo gak mau percaya silakan. Gue gak bakal maksa.”“Gue janji gak bakal ganggu hubungan lo sama Raina lagi. Gue bakal pergi jauh biar kalian gak

  • RIAN RAINA   PART 109

    “Ya ampun, Raina! Itu kenapa jidat lo?” Luna mendekati Raina hendak menyentuh kening Raina, tapi Raina menghindar.“Jatuh kemarin.”“Kok bisa?”“Didorong sama preman.”“Preman? Maksudnya?” Risa ikut bertanya.Kedua sahabatnya bingung dan juga kaget. Raina bisa memaklumi, karena ia memang tidak sempat menceritakan kejadian kemarin pada keduanya. Raina tidak mau mengganggu waktu keduanya. Jadi Raina memilih untuk menceritakan langsung.“Kemarin gue nolongin Sofhie yang digangguin preman. Terus premannya dorong gue. Jadi kayak gini, deh.” Raina menjelaskan secara singkat.“What? Nolongin Sofhie? Serius lo?” Luna mengembuskan napas sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya, “Gini ya, dia itu musuh lo. Tapi bisa-bisanya lo nolongin dia?”“Ya, gue kasihan sama dia. Lagian kita harus saling tolong-menolong, kan?”“Iya emang tapi lo mikir-mikir juga kali. Bisa aja dia sengaja nyewa preman-preman itu biar keliatan kalau dia digangguin, tapi ternyata cuma mau narik perhatian lo buat nolongin di

  • RIAN RAINA   PART 108

    Rian berdecak ketika ponselnya berdering. Ia kesal karena yang meneleponnya adalah Sofhie. Sudah lima kali Rian menolak panggilan cewek itu, tapi Sofhie tidak menyerah menghubunginya.Rian membiarkan ponselnya begitu saja tanpa ada niatan untuk menjawabnya.Tak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Rian yang tadinya ingin mematikan ponselnya segera mengurungkan niatnya karena ternyata yang meneleponnya kali ini adalah Andi.“Kenapa?”'Yan, gawat!'Rian mengerutkan keningnya ketika mendengar suara Andi yang cukup panik.“Lo kenapa? Ada masalah?”'Raina.'Rian makin bingung.“Raina? Kenapa Raina?”'Barusan Sofhie telfon gue katanya Raina masuk rumah sakit.'Rian mendadak terdiam. Apa ia tidak salah dengar? “Gue gak salah dengar, kan?” Rian bertanya memastikan.'Iya, Yan. Mendingan lo buruan ke rumah sakit kenanga. Gue juga otw ke sana.'Panggilan pun diakhiri oleh Andi. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya, tapi ia tidak ada waktu untuk mencari semua jawaban itu. Karena yang

  • RIAN RAINA   PART 107

    “Nyapu sendiri lagi?” Rian menghampiri Raina di kelas setelah pelajaran selesai. Kebetulan Raina sedang menyapu kelas. Tadinya ada beberapa temannya yang juga piket, tapi mereka sudah selesai lebih dulu. Mereka ingin menunggu Raina sampai selesai, tapi Raina menolak dan menyuruh mereka untuk pulang lebih dulu.Raina menoleh sejenak pada Rian, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Enggan menjawab Rian.“Gue bantuin, ya,” tawar Rian.“Gak usah.” Raina menolak.“Udah gak papa biar gue bantuin. Kasihan lo kecapekan.” Rian hendak mengambil alih sapu dari Raina, namun Raina sudah lebih dulu menjauhkannya.“Gak usah ganggu gue,” ucap Raina dingin.“Ya udah, kalau gitu gue nungguin lo sampai selesai, ya. Biar bisa pulang bareng.”Raina kembali menoleh pada Rian dengan satu alis terangkat. “Emang gue bilang mau pulang sama lo?”Rian mengangguk, “Tadi kan kita udah sepakat pulang bareng waktu istirahat.”“Gue gak pernah buat kesepakatan sama lo. Pergi!”“Rain, jangan kayak gini dong. Gue tahu l

  • RIAN RAINA   PART 106

    Rian memainkan ponselnya sembari menunggu Raina yang kembali dari toilet.Saat sedang asyik dengan ponselnya, tiba-tiba seorang cewek datang. Lalu, tanpa izin darinya cewek itu langsung memeluk Rian.Rian yang tiba-tiba dipeluk seperti itu langsung terkejut.“Sofhie?” Rian lebih terkejut ketika tahu siapa cewek itu.“Gue gak nyangka kita ketemu di sini. Kayaknya kita emang ditakdirkan buat balikan lagi, deh. Soalnya kita selalu ketemu padahal gak pernah janjian.”“Apaan sih lo. Gak usah ngaco, deh. Lepasin gue.” Rian hendak melepaskan pelukan Sofhie, namun cewek itu malah memeluknya lebih erat.“Sofhie lepasin.”“Rian.”“Ra-Raina.” “Hai Rain. Ketemu lagi kita.” Sofhie menyapa sembari tersenyum.Kesempatan itu Rian gunakan untuk melepas pelukan Sofhie.“Lo tahu gue sama Rian itu emang ditakdirkan buat bersama. Buktinya kita selalu ketemu tanpa diduga. Kayak sekarang ini.” Sofhie menoleh pada Rian. “Iya kan, Yan?”Raina tersenyum sinis. “Takdir? Gak usah sok-sokan ngomong takdir. Rian

  • RIAN RAINA   PART 105

    Rian mencari Raina ke kelas cewek itu, tapi Raina tidak ada. Rian sudah bertanya pada Luna dan Risa, tapi mereka juga tidak tahu keberadaan Raina.Sejak pagi, Rian belum juga bertemu dengan Raina. Saat Rian pergi ke rumah Raina untuk menjemput cewek itu, Raina ternyata sudah berangkat sekolah lebih dulu.Rian tidak tahu ada apa dengan Raina. Tapi Rian merasa Raina sedang menghindarinya. Apa mungkin Raina menghindar karena takut Rian akan marah pada cewek itu perihal masalah kemarin?Mungkin Rian memang marah pada Raina karena sudah membohonginya, tapi itu kemarin. Sekarang Rian tidak ingin memarahi Raina, tapi ia hanya ingin berbicara dengan Raina. Rian ingin tahu alasan Raina berbohong padanya.“Akhirnya ketemu juga.” Raina menoleh pada Rian.Setelah mencari Raina di beberapa tempat, akhirnya Rian menemukan Raina di rooftop.Raina terkejut, tidak menyangka Rian akan menemukannya. Padahal, daritadi Raina mencoba menghindari Rian.“Lo kenapa hindarin gue? Gue kan udah bilang kemarin ma

  • RIAN RAINA   PART 104

    “Gue gak akan biarin lo rebut Rian dari gue, Sofhie. Gak akan!” gumam Raina kesal.Ada rasa kesal karena ucapan Sofhie tadi, tapi di lain sisi Raina cukup puas karena bisa memberitahu langsung cewek itu kalau ia tidak akan merelakan Rian kembali bersama cewek itu. Raina harus melakukan itu agar Sofhie sadar kalau dia tidak akan bisa bersama Rian lagi. Karena Rian kini miliknya.“Raina?” Raina yang baru keluar dari cafe terkejut ketika bertemu dengan Liam.Raina seketika langsung tersenyum, “Eh, Liam. Kok sendiri? Gak sama Andi?”“Iya, mau ketemu teman. Lo sendiri ngapain di sini? Gak sama Rian?” Liam balik bertanya.“Em, sama. Ketemu teman juga. Kalau gitu gue duluan, ya.” Raina buru-buru pergi dari sana. Raina terpaksa berbohong pada Liam karena ia tidak mau Liam tahu kalau ia bertemu dengan Sofhie. Karena jika Liam tahu, maka dipastikan Rian juga akan tahu. Dan kalau sampai Rian tahu cowok itu pasti akan marah padanya.Liam merasa ada yang aneh dengan Raina, tapi cowok itu memilih

  • RIAN RAINA   PART 103

    Andi berlari menghampiri Rian dan Liam yang sedang mengobrol di depan kelas.“Eh, ada berita bagus. Lo berdua mau dengar gak?”“Gak!” jawab keduanya kompak.“Oke, karena lo berdua penasaran banget jadi gue kasih tahu aja deh.”“Terserah lo deh.”Andi tersenyum lalu melanjutkan ucapannya, “Wanda udah pindah sekolah ke luar negeri.”“Serius lo?” Rian yang tadinya tidak peduli langsung merespons.“Serius lah. Masa gue bohong.”“Kapan pindahnya? Kok kita gak tahu?” Liam bertanya.“Jelas lo gak tahu lah. Lo kan gak pernah peduli sama orang lain. Apalagi cari tahu berita kayak gini.”“Bagus deh kalau dia udah pindah.” Rian tersenyum lega. Tentu ia merasa lega karena sudah tidak ada yang mengganggunya lagi.“Emang bagus sih Wanda udah pergi, tapi masalahnya Sofhie muncul lagi. Jadi lo belum bisa dinyatakan bebas.”Rian terdiam. Benar yang dikatakan Andi. Dirinya belum sepenuhnya bebas karena kehadiran Sofhie. Apalagi cewek itu memiliki sifat yang tidak mudah menyerah. Meskipun begitu, Rian t

  • RIAN RAINA   PART 102

    Rian segera melepaskan tangan Sofhie ketika cewek itu menggenggam tangannya.“Apa yang mau lo jelasin? Gue kasih lo waktu lima menit.”“Bisa pesan minum dulu gak? Gue kangen banget bisa ke kafe ini lagi sama lo. Rasanya udah lama banget kita gak ke sini.”“Oke. Buruan pesan.”Sofhie tersenyum lalu memanggil waiters untuk memesan minuman.“Mbak, saya cappucino satu, ya.” Sofhie lalu beralih menatap Rian, “Lo mau minum apa?”Rian menggeleng.“Yakin? Gak haus?” Sofhie bertanya memastikan.“Hm.”“Ya udah, Mbak, pesanannya itu aja dulu, ya.”Setelah waiters tersebut pergi, Rian kembali berucap, “Buruan ngomong.”“Nunggu minumannya datang dulu, lah, Yan.”Rian menghela napas. “Kalau sampai minumannya datang dan lo gak mau jelasin juga gue pulang.”“Iya, lo gak usah marah-marah dong.”Tak lama kemudian minuman pesanan Sofhie datang.Rian menunggu Sofhie menyeruput minumannya sebelum cewek itu berbicara. Kalau saja Raina tidak menyuruhnya untuk mendengarkan penjelasan Sofhie, Rian tidak akan

DMCA.com Protection Status