Mulut Reyga menganga cukup lebar. Pria itu benar-benar mengalami ngantuk berat padahal jam masih belum menunjukkan tengah malam sehingga ia tidak bisa menutup warnet.
"Ga!" Reyga tersentak kaget ketika Jeremia memanggilnya dengan keras. Ia bisa melihat bosnya itu memakai setelan rapi.
"Apa Bos?" tanya Reyga dengan keadaan kantuk berat.
"Gue mau lo harus beresin nih warnet karena tamu gue mau datang."
"Males." Jeremia membulatkan matanya tak percaya, ini bukan pertama kalinya pria itu menolaknya. Ia tahu kalau Reyga memang 'lah tak suka diperintah namun masalahnya pria itu adalah bawahannya.
"Buat atau gue pecat lo!"
"Iya bentar bobok dulu gue 10 menit aja entar elo pulang udah bersih kok."
"Yakin lo?!"
"Hmmm." Hanya itulah yang didapat Jeremia. Ia benar-benar frustasi mempunyai karyawan seperti ini.
"Jaga nih warnet," ucap Jeremia lalu pergi mengendari mobilnya yang terparkir didepan warnet.
Setelah kepergian Jeremia, Reyga langsung menegakkan tubuhnya, ia membuka situs perjudian online. Lumayan untuk menambah penghasilannya.
Hingga pukul 10 malam warnet mulai sepi, Reyga bisa melihat mobil Avanza datang tepat didepan warnet.
Jeremia keluar bersama tamu-tamunya yang Reyga sendiri tak peduli. Ia hanya fokus menatap layar didepannya. Ia tak boleh kalah dalam permainan ini.
"Ga bentar lagi tutup ya," ucap Jeremia sambil berlalu membawa tamu-tamunya ke lantai atas.
"Hmmm." Reyga tetap fokus menatap layarnya sampai ia merasa ada yang berdiri disampingnya.
"Mau nambah berapa jam? Warnet bentar lagi tutup," ucap Reyga tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar monitor itu.
"Ini gue, Laras!" ujar suara perempuan itu dengan jutek. Seketika Reyga memandang ke asal suara dan benar saja, gadis yang berstatus siswi baru itu berdiri di didekatnya.
"Ngapain lo?" tanya Reyga bingung, ada perlu apa perempuan itu di warnet malam-malam begini?
"Gue sama keluarga gue mau jumpai sepupu gue, si Jere," jawab Laras sambil duduk di samping Reyga.
"Lo sepupu sama si bos?"
"Iya." Pandangan Laras mengarah kepada layar monitor didepan Reyga itu. Matanya membelak kaget, "Lo main judi?"
"Hmmm." Hanya sebuah deheman yang di dapat Laras membuat gadis itu berdecak sebal.
"Lo gak masuk ikut sama keluarga elo?" tanya Reyga.
"Males gue."
Laras merasakan tiba-tiba udara malam menyerang dia, ia lupa membawa jaketnya.
Reyga yang memperhatikan perempuan disampingnya mengerti akan hal itu. Dengan tampang malasnya ia membuka jaketnya lalu memasangkannya ke tubuh Laras.
"Ga, gak usah," ujar Laras terkejut dengan perilaku cowok itu, namun Reyga seakan tuli dengan ucapan Laras.
Setelah kejadian itu, keduanya hanya diam. Laras entah kenapa tersipu malu, ia mengeratkan jaket Reyga ditubuhnya sedangkan Reyga...pria itu masih terus memainkan permainan judinya.
"Lo pulang jam berapa?" tanya Laras membuka pembicaraan mereka setelahnya tadi terputus.
"Tengah malam," jawab Reyga datar.
"Gak dicariin ortu elo?"
"Gue tinggal sendiri."
"Serius?!" Laras terkejut mendengar penuturan Reyga tadi.
"Iya, ga usah alay gitu kagetnya. Keinginan gue juga idup sendiri," jelas Reyga sudah selesai bermain dengan komputer didepannya.
"Ortu lo?" tanya Laras yang masih penasaran.
"Dua-duanya dah gak ada," jawab Reyga jutek lalu berdiri membereskan kursi-kursi warnet karena para pengunjung sudah berpulangan.
"Maaf Ga, gue gak tau."
"Gak papa, gue juga dah move on dari kejadian itu."
Laras memperhatikan Reyga yang sedang bersih-bersih sampai pandangannya beralih kepada orang tuanya yang datang bersama Jeremia.
"Laras ayo," ucap mamanya Laras.
"Iya Ma, Ga gue balik." Reyga hanya membalas dengan anggukan lalu Laras langsung berdiri lupa untuk mengembalikan jaket Reyga.
Setelah kepulangan Laras dan keluarganya, Jeremia menatap Reyga yang sudah bersiap-siap untuk pulang.
"Laras temen lo?" tanyanya.
"Gak," jawab Reyga jutek lalu pergi begitu saja.
"Dasar aneh," ujar Jeremia lalu menutup pintu masuk warnet.
***
"Reyga!" bentak Bu Farah kepada Reyga yang tertidur pulas dengan wajahnya yang ia benamkan.
"Apaan sih Bu, ganggu orang aja," celetuknya yang sukses membuat Bu Farah melotot kaget.
"Keluar dari pelajaran saya!" Dengan langkah malasnya, Reyga berjalan keluar tak lupa dengan wajah bantalnya.
"Reyga!" Dengan malasnya yang empunya nama berbalik menatap Bu Farah dengan datar.
"Wajah kamu kenapa?" tanya Bu Farah namun cowok itu diam kemudian berbalik keluar dari kelas.
Flashback on
Reyga dengan datarnya berjalan ditengah malam setelah pulang dari warnet Jeremia.
Langkahnya terhenti ketika lima orang berbadan besar menghadangnya.
"Halo Ga, inget gue gak?" tanya salah satu preman yang berada ditengah.
"Joan, ngapain lo pada?" tanya Reyga mengerutkan keningnya.
"Hahaha jan lupa lo, elo pernah ngutang sama gue uang rokok."
Reyga tampak mengingat-ingat maksud orang bernama Joan itu. Ah, sial, ia memang pernah utang dengannya.
"Alah cuma 30 ribu doang Jo, ikhlaskan aja kek."
"Enak aja lo! Pertama elo ngutang 30 ribu abis itu elo ngutang 20 ribu lagi di bar."
"Iya-iya kapan-kapan gue bayar," ujar Reyga berjalan ingin melewati mereka namun kembali di hadang bahkan ia di kelingi oleh kelima preman itu.
"Lo udah sering ngomong gitu rubah brengsek!" umpat Joan kesal.
"Uang gue gak cukup," ucap Reyga santai.
"Bodoh amat, elo baru gajian anj*ng!" Joan dengan marahnya langsung memukul Reyga, tak terima dengan pukulan itu, Reyga membalas melawan kelima orang itu.
Dan jadilah Reyga terbaring diaspal dengan luka lebam di wajah dan sekitar tubuhnya. Joan sendiri tertawa melihatnya sambil mengira uang yang ia ambil dari saku celana Reyga, "Makasih uangnya, gue cabut dulu, senang berbisnis dengan lo."
"Anj*ng!" umpat Reyga sambil berusaha berdiri.
Flashback Off
Aira berjalan dengan sulit sambil membawa tumpukan buku yang diambil dari perpustakaan atas perintah dari gurunya. Ia harus cepat karena ia belum ganti baju pasalnya kelas mereka sedang jam olahraga namun wali kelasnya memanggilnya untuk membawakan buku dari perpustakaan.
Di jalan ia melihat Reyga yang berjalan lain arah dengannya. Ia ingin menyapa Reyga namun ia teringat pesan dari Samuel. Aira pun hanya menunduk melewati Reyga sedangkan Reyga sendiri tampak tak acuh.
"Apa yang aku pikirkan sih, aku tuh bukan siapa-siapa Reyga," batin Aira.
Di sisi lain geng Serigala sedang tidak nongkrong di kantin Merah karena ingin saja kata mereka. Mereka nongkrong di kantin yang biasa di kunjungi siswa-siswi lain.
"Bos liat deh tuh murid barunya, asli Bos cantik parah," ucap salah satu anggota Samuel.
Samuel dan Ando kemudian menatap Laras yang sedang duduk bersama Salsa.
"Njir, mantep bener dah," celetuk dari mereka.
"Jujur aja gue, oke juga memang Sam," ujar Ando di samping Samuel. Ia memang takjub dengan kecantikan Laras.
"Lo gak niat dapetin tuh cewek?" tanya Ando.
"Liat nanti aja," jawab Samuel, pandangannya lalu terarah kepada sosok manusia rubah yang berjalan dengan datar ditambah wajahnya yang terdapat luka-luka masuk ke kantin.
"Lah si rubah kok luka-luka ya?" ucap Ando.
Reyga sendiri mencari kursi kosong, ia mengabaikan tatapan para geng Serigala karena memang tujuannya untuk tidur.
"Ga." Reyga berbalik dan menemukan Laras yang berdiri didepannya, gadis itu memakai pakaian olahraga dengan rambut diikat kebelakang memperlihatkan leher mulus nan jenjangnya.
"Muka lo napa?" tanya Laras khawatir.
"Dah biasa gue gini," jawabnya datar.
"Lo gak makan?" tanya Laras.
"Gak, mau cari meja yang enak buat tidur," jawab Reyga datar.
"Yuk gabung bareng gue aja, gue traktir makan kok," ucap Laras tersenyum manis kepada Reyga.
"Gak, gue gak-"
Krukkk
Wajah Reyga langsung masam, ia malu sangat malu malahan sedangkan Laras sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah masam Reyga.
"Udah gak usah nolak, yuk." Tanpa persetujuan Reyga, Laras memeluk lengan Reyga menuntun pria itu duduk dengannya. Keadaan kantin memang agak sepi karena memang belum istirahat, hanya ada teman-teman sekelas Laras dan murid yang cabut pelajaran termasuk geng serigala.
Salsa yang dari tadi fokus pada hpnya terkejut mendapati Reyga yang duduk didepannya. Ia merasa napasnya tercekat mendapati antagonis geng serigala ada didepannya.
"Nih Ga," ujar Laras memberikan sepiring nasi goreng kepada cowok itu.
"Makasih," ucap Reyga datar lalu mulai memakan nasi goreng itu sedangkan Laras duduk di samping Reyga.
Laras tak memperhatikan wajah Salsa yang pucat fasih karena kehadiran manusia rubah itu.
"Eh btw gue lupa kembaliin jaket lo nanti gue kembaliin ya."
"Hmmm."
"Ih masa gitu aja sih," ujar Laras cemberut.
Reyga dengan datarnya menatap Laras. Ia menjepit hidung Laras dengan jarinya sambil berkata, "Gue lagi ngunyah makanan." Setelahnya Reyga kembali fokus pada makanannya tak peduli dengan Laras yang mematung. Salsa sendiri bingung kenapa Laras bisa akrab dengan Reyga yang notabenenya dia adalah murid baru.
Di sisi lain geng Serigala heboh akan kejadian dari tadi.
"Gile si rubah kok bisa akrab sama si Laras ya," bisik anggota serigala bernama Aldi.
"Bisa jadi dia punya rencana lain licik," celetuk Bara seketika anggota serigala lain terdiam.
"Bisa jadi juga tuh," timpal Ando.
"Soalnya, kita 'kan tau kalo si rubah itu punya segala cara menjahili anak orang," ujar Bara.
Samuel yang mendengar itu agak menimang-nimang, ia tak boleh memfitnah Reyga begitu saja tapi ia juga harus mengawasi pria itu. Ia masih ingat kejadian Reyga yang selalu mengusili murid-murid lain bahkan tak segan membuat mereka menangis.
"Gue akan peringatkan Laras nanti saat dia sendiri aja, untuk saat ini kita gak boleh nuduh sembarangan si Reyga."
Bersambung...
Aira mengelap keringatnya menggunakan punggung tangannya. Ia menuju kantin karena perutnya sangat lapar."Beli enggak ya?" Ia menatap uangnya yang hanya Rp. 10.000 saja. Namun perutnya yang memang sudah memaksa untuk diisi membuatnya bergerak menuju kantin.Saat di kantin ia langsung memesan makanannya, pandangan tertuju kepada Reyga yang duduk bersama Laras. Entah kenapa hatinya pedih melihat hal itu."Sadar Aira, kamu bukan siapa-siapa Reyga," batin Aira."Bu, nasi saya di bungkus aja ya," ucapnya lembut, Aira berniat makan di kelas saja soalnya ia tidak tahan melihat Reyga yang sedang bersama Laras."Oke Nak."Setelah membayar makanannya, Aira berjalan menuju kelas sebelum bel istirahat berbunyi membuat koridor jadi ramai. Namun saat di koridor tiba-tiba tangan Aira dicekal oleh seseorang."Eh si alien beli apa nih?" ucap cowok itu dengan senyu
"Arrghh!" Reyga meringis kesakitan memegang perutnya. Sudah hampir seminggu ia terkena serangan sakit perut. Apa karena ia membelanjakan uang haram itu ya? mungkin sih.Akibat sakit perutnya itu, Reyga jadi berjalan tertatih-tatih menuju ke sekolah. Padahal dulu efek dari uang haram yang biasa ia pakai tak begitu parah."Kenapa lo?" tanya Ali yang muncul dari belakang Reyga."Sakit perut gue, gile bener nih penyakit gue.""Lo makan duit haram lagi ya?" tebak Ali yang tentu saja benar karena ia sudah sangat tahu tentang Reyga."Dah tau nanya," ujar Reyga sinis lalu kembali meringis merasakan sakit perutnya."Di UKS ada gak tuh obat sakit perut?" tanya Reyga, saat ini keduanya sudah masuk ke pekarangan sekolah."Keknya ada.""Gue cabut ajalah, di UKS nginep gue." Reyga kemudian langsung masuk ke ruangan UKS sedangkan Ali lebih dulu pergi.
Aira merenggangkan lengan kanannya merasa pegal. Ia baru saja pulang dari tempat kerjanya pada jam 12 malam. Tak lupa membawakan makanan untuk ibunya."Aira, kamu gak tidur udah larut malam," ucap ibu Aira."Bentar lagi aja Buk." Aira kemudian masuk ke kamarnya tak lupa mencium pipi ibunya terlebih dahulu.Aira tak langsung tidur sesuai perkataannya, ia membuka ponsel jadulnya. Tampak sebuah kontak baru di sana.Pipi Aira memanas ketika mengingat kejadian di sekolah saat Reyga meminta nomor ponselnya. Pria itu mengatakan kalau dia akan lebih mudah mengetahui kabar Aira jika Aira ada masalah. Gadis itu tak menyangka kalau akan ada juga seseorang yang peduli akan dirinya selain ibunya.Dengan tangan yang kaku, Aira mengetikan sesuatu di ponselnya.AiraReyga? Udah tidur ya?Aira menunggu balasan dari Reyga namun tak urung dibal
"Ini pu-nya-" "Siapa Aira?" tanya Reyga pelan namun dengan suara dingin. Aira hanya diam menunduk lebih dalam, ia tidak pandai berbohong. Dengan cekatan Reyga mengambil dua buku itu membuat Aira tersentak kaget. Reyga dengan cepat membaca pemilik buku itu, rahangnya langsung mengeras, ia akan menjumpai mereka. "Reyga jangan!" teriak Aira menarik tangan Reyga agar pria itu tidak pergi. "Awas!" Brakk "Akh!" Punggung Aira terbentur keras akibat sentakan tangan Reyga. Banyak pasang mata yang melihat Aira terduduk di lantai sambil meringis namun tak ada yang menolong. Laras dan Salsa yang baru saja masuk ke kelas bingung mengapa kelas tampak hening, ia lalu menatap Aira yang sedang meringis. Dengan segera Laras membantu Aira. "Lo gak papa?" tanya Laras khawatir. "Kejar Reyga
"Makasih Reyga," ucap Aira sambil tersenyum manis meski dirinya sedang sangat ngantuk.Reyga hanya membalas dengan deheman saja, ia lalu melirik Aira yang sedang mengucek matanya."Masuk sana langsung tidur aja lo jangan lupa kasih ibuk lo," ucap Reyga lalu mengacak-acak rambut Aira entah kenapa ia sangat suka seperti itu.Aira hanya mengangguk karena memang sangat mengantuk."Dah Reyga." Gadis itu pun berjalan masuk kedalam rumah sederhananya.Reyga sendiri masih di depan rumah Aira, ia jadi merasa bersalah tadi sempat membentak gadis itu karena bertanya soal keluarganya."Maaf, Ra."Reyga kemudian mengayuh sepedanya pergi dari rumah Aira.***Sekolah saat ini sedang heboh karena kedatangan murid baru kelas satu yang rumornya adalah adik dari Ando yang memang anak dari keluarga ternama.Bahkan kecantikannya bisa dika
Ketiga teman Nanda meneriaki dirinya agar pergi namun Nanda hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.Reyga menatap tajam gadis itu lalu matanya beralih ke nametag gadis itu."Jadi mereka ngubah namamu ya," ucapnya dengan suara berat."Hiks...hiks...jahat!" teriak Nanda sambil menangis."Reynanda Putri Isabella?" ucap Reyga."Hiks...kemana aja kalian?!!!" bentak Nanda yang sudah menunduk sambil menangis deras.Reyga merasa bersalah, harusnya saat ia berpisah dengan Reyza saat itu, ia langsung mencari Reyna namun naas dia lupa jalan menuju rumah Reyna dan saat ia sudah mendapatkan alamat rumah Reyna sayangnya rumah itu sudah dijual. Hingga kini Reyga tak mengetahui tinggal di mana adiknya yang di buang oleh kakak brengs*knya itu."Reyna," ucap Reyga mendekati adiknya yang terpisah darinya itu namun...BUGH!"NGAPAIN LO BUAT NANG
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Aira. Reyga bisa merasakan kalau rumah itu sangat sepi dilihat dari keadaan rumahnya. Aira tersentak kaget kala ibunya membukakan pintunya. Ia tak percaya ibunya berdiri padahal ia sedang sakit."Kok Ibuk berdiri?!" teriak Aira berlari membantu ibunya sedangkan Reyga masih berdiri terkena gerimis.Lana tampak khawatir melihat anaknya basah kuyup begitu."Astaga kamu kenapa basah-basahan," ucap Lana khawatir pandangannya lalu beralih ke Reyga yang masih berdiri tak jauh dari mereka yang sedang diguyur gerimis."Aira gak papa Buk, lagi pula besok pakai batik," ujar Aira meyakinkan sang ibu lalu pandangannya beralih ke Reyga."Reyga," ucapnya."Maaf Buk, Aira kehujanan gara-gara saya," ucap Reyga sopan.Lana tersenyum ramah dibalik bibir pucatnya lalu berkata, "Gak apa-apa Nak."Reyga mengangguk sambil tersenyum tipi
"Pokoknya Nanda jangan dulu sampai jumpa dengan si rubah itu, ngerti?" ucap Ando menasehati adiknya sebelum mereka masuk ke sekolah.Reyna hanya mengangguk pasrah, ia memang belum siap untuk bertemu dengan Reyga, ia masih belum merasa kalau ini nyata."Ya sudah Nanda ke kelas dulu sana," titah Ando yang dibalas anggukan oleh Reyna.Ando diam menatap kepergian adiknya itu, ia harus ekstra menjaga Reyna agar tidak berjumpa dengan Reyga. Ia masih bingung bagaimana reaksinya jika memang Reyga adalah kakak kandung Reyna."Hei bro." Ando terkejut kala Bimo muncul tiba-tiba disampingnya."Yuk kelas, inget nanti kita pulang sekolah kita latihan bareng si Aiden," ucap Bimo mengingatkan Ando.Ando mengangguk lalu berjalan ke kelas diikuti Bimo dari belakang.***"REYGA!" bentak Zara mem
"Acieeee kencan dia 'nyaaa!" seru Jeremia menggoda Reyga yang berpakaian rapi. "Lo kira lo aja yang bisa kencan? Gue juga bisa kali," ujar Reyga menatap remeh Jeremia. "Mantap deh kalo gitu." Reyga berjalan keluar hendak pergi namun ia memberhentikan langkahnya sebentar, ada hal yang ingin ia katakan. "Bos...lo gak nyesel punya pegawai kayak gue?" Jeremia diam sejenak namun detik selanjutnya ia tersenyum lalu berkata, "Gak dong, gue gak ada sedikit pun rasa nyesel." Reyga mengangguk. "Thanks," ucapnya lalu pergi. ••••••••••'REYGA'••••••••• Sesampainya di rumah Aira, Reyga langsung masuk begitu saja ke dalam rumah bercat hijau itu. "Buk," sapa Reyga kepada Lana yang sedang memasak. "Eh Reyga," sapa Lana balik. Reyga kemudian mencium punggung tangan Lana. "Aira'nya di mana Buk?" tan
"Nih buat lo." Jeremia memberikan amplop kepada Reyga. Dengan santai pria itu mengambilnya lalu memasukkan ke saku celananya, matanya masih fokus ke jalanan."Pake buat nge-date sama cewek lo," ucap Jeremia. Pria itu sedang dalam keadaan berbunga-bunga karena saat mengantar Manda ke rumah gadis itu, Jeremia menyempatkan diri menyatakan perasaannya dan Manda menerimanya."Langsung deketin ortunya dong bos," ujar Reyga."Manda?" tanya Jeremia."Ya iyalah! Masa iya ortunya gue!""Hoooo gitu, ya mungkin besok gue ke rumah dia."Reyga mengangguk. Ia salut dengan Jeremia yang gentle, saat berkenalan dari chat dengan Manda, pria itu langsung mengajak Manda untuk kencan lalu menembak gadis itu. Padahal rencana untuk menembak Manda tak terpikir oleh Jeremia. Namun saat berbincang dengan Manda, akhirnya Jeremia yakin untuk segera menyatakan perasaannya.
Hari ini sekolah masih seperti biasa. Hanya saja di circle Aira dan teman-temannya agak sedikit berubah. Reyga tiba-tiba tampak menjauh dari mereka."Apa dia kepikiran trus ya sama perkataan Tommy?" tanya Laras.Mereka saat ini berada di kantin sekolah. Mereka sedikit melirik kearah Reyga yang sedang memesan minuman."Bisa jadi, buktinya dia gak mau mandang kita dikit pun," ujar Ando."Semalam dia juga gak kayak biasanya," ujar Aira mengingat kejadian tadi malam."Apa sesulit itu ya cuma nerima kita sebagai temannya?" tanya Salsa."Mungkin bagi Reyga itu sulit," jawab Sekar.Reyna hanya diam memandang teduh Reyga yang pergi keluar setelah membayar minumannya."Bang Reyga gak punya alasan khusus kenapa dia gak mau berteman, alasannya hanya sederhana dan aneh. Dia memang gak berniat memiliki teman, sesimpel itulah alasannya. Dip
CebolsynkAku udh di lapanganCebolsynkKlo kamu g dtng aku bakal marah 😡Dengan langkah seperti orang mabuk, Reyga berjalan menuju kamar mandi.BrakDengan keras ia membanting pintu itu membuat roti isi ditangan Jeremia hampir jatuh. "Buset tuh anak lagi mens kali ya."Setelah selesai mandi dan memakai style pakaian basket, Reyga langsung pergi menggunakan motor Jeremia namun kali ini ia tidak memakai motor sport Jeremia, entahlah alasan kenapa dia melarang Reyga memakai motor itu.10 menit di jalan akhirnya siluman rubah itu sampai di lapangan outdoor. Ia bisa melihat para cewek itu yang sedang berteriak melihat cowok mereka bermain.Aira yang melihat kedatangan Reyga langsung berjalan mendekati pacarnya itu."Lama banget kamu," gerutu Aira."I
Reyga merasakan kakinya kram karena terus mondar-mandir ke tempat penyucian motor dan mobil. Ingat! Dia sudah berjanji kepada Jeremia."Kalo gak gara-gara Aira gak bakal gue lakuin nih tugas," gerutu Reyga sambil menatap motor terakhir yang sedang di cuci.Sambil bersenandung menatap jalanan tiba-tiba Reyga tersentak melihat Abang tukang es krim lewat."Bang!" teriak Reyga sambil berdiri."Bah kau lagi Ga," ucap Abang itu sambil mendekat ke Reyga."Yoi Bang, es krim satu Bang yang spesial," ujar Reyga."Oke Ga.""Bang nama Abang siapa ya? Gue lupa-lupa mulu nanya sama Abang," tanya Reyga."Namaku Jones, Dek," jawab Abang es krim bernama Jones."Oh oke Bang Jones, nih duitnya." Reyga memberikan uang kepada Jones."Mana cewek kau?" tanya Jones memberikan es krimnya."Di rumah Bang, palingan
Reyga menatap pantulan dirinya di cermin. Malam ini ia bersiap pergi bersama Aira ke pentas seni sekolah yang diadakan malam hari."Buset ganteng bet lo, mau kondangan dimana?" tanya Jeremia dengan nada mengejek.Reyga mendengus lalu pergi begitu saja meninggalkan Jeremia yang cekikikan. Reyga mengambil kunci mobil Jeremia, ia sengaja meminjam mobil Jeremia karena kata bosnya itu... "Cewek lo pasti pake dress, 'kan? Kalo lo bawa motor pasti tuh roknya ditiup angin abis tuh nampak 'lah yang mulus-mulus."Reyga yang mengingat perkataan Jeremia itu langsung panas sehingga meminjam mobil pria itu dengan syarat... "Lo harus nyuci mobil gue sekalian motor-motor gue, mager gue bawa tukang cuci motor soalnya."Tapi tak masalah bagi Reyga asalkan Aira terlindungi dari mata keranjang para buaya jantan.Sesampainya di rumah Aira, pria itu langsung masuk karena memang Lana sudah memperbolehkan
Kelas 12 sudah mau tamat dari sekolah. Acara pentas seni sudah diumumkan oleh kepala sekolah saat amanat upacara. Para OSIS mulai melakukan pekerjaan mereka menyulap aula menjadi panggung megah. Para murid-murid juga mulai mencari pakaian yang cocok saat pentas seni nantinya.Tak banyak yang berubah selama beberapa bulan ini termasuk pada lingkungan Reyga. Samuel yang sudah turun dari jabatannya karena sudah akan menginjak kelas 12, lagipun katanya dia mau terus bersama dengan Laras. Sekar masih seperti biasa, sama halnya dengan Ando dan Salsa juga Ali dengan Reyna.Reyga sudah mulai tidak begitu nakal lagi karena sering dinasihati oleh Aira. Kalau Reyga tetap keras kepala gadis itu akan kesal dan akhirnya ngambek. Reyga masih menetap tinggal dirumah Jeremia, pria itu tak keberatan asal Reyga tak menjadi parasit dirumahnya seperti hanya makan tidur saja kerjanya.Perusahaan Reyza sudah mulai berkembang berkat bantuan tuan
Malam ini Reyga dan Aira ingin pergi ke suatu tempat. Keduanya tak lupa terlebih dahulu berpamitan dengan Lana di ruang rawat."Buk Reyga sama Aira mau pergi dulu ya Buk," pamit Reyga mencium punggung tangan Lana.Lana tersenyum lalu mengelus rambut Reyga. "Iya, jaga Aira ya.""Pasti dong Buk."Lana tersenyum melihat kedua insan itu, tak masalah baginya jika Aira memilih pria nakal seperti Reyga jika itu membuat putrinya bahagia. Lagi pula, Lana juga sudah dibuat suka oleh bocah nakal itu. Reyga memang nakal namun tak pernah menunjukkan kemunafikan didalam dirinya. Bagi Lana, kenakalan Reyga adalah hal wajar bagi anak yang lahir dari lingkungan buruk. Sifat apa adanya anak itulah yang membuat Lana suka, mungkin juga teman-temannya.***Motor Reyga berhenti. Aira bisa melihat tempat ini hanyalah tanah yang diisi beberapa pohon dan rumput-ru
Bimo meringis merasakan bibirnya mengeluarkan darah, ia terkena pukulan Bara yang memakai knuckle. "Segitu sombongnya elo mau ngelawan gue," ucap Bara memandang Bimo remeh lalu menyerang kembali pria itu. Bimo terus menghindari serangan Bara yang jika sekali lagi mengenainya maka fatal akibatnya kepada tubuhnya.Raymon agak kewalahan melawan Ariel karena pria itu menggunakan pisau melawannya. Namun bukan ketua namanya jika kewalahan hanya menghadapi lawan bersenjata seperti itu.Bugh! Ariel tersungkur akibat ditendang oleh Raymon. "Arghh!" ringisnya.Dengan cepat Raymon memaksa Ariel berdiri lalu memukul wajah pria itu bertubi-tubi.Joel sendiri kewalahan menghadapi Reyga, pria itu benar-benar ingin balas dendam dengannya soal kejadian saat dirinya berhasil memarakkan perseteruan Reyga dan Samuel.Bugh