"Apa kau tidak punya mata!" bentak Rafael sampai mangkuk yang tadinya berisi sayur itu jatuh ke lantai. Menimbulkan suara yang cukup nyaring. Kedua pahanya tampak basah karena Kiana yang tidak sengaja menumpahkan sup panas saat sedang menyiapkan hidangan untuk Rafael. Lantas, siapa yang tidak kesal? Apalagi rasa panas langsung menjalar menuju pangkal pahanya. Sarapan paginya pun harus berantakan.
"Maaf, aku tidak sengaja," jawab Kiana dengan wajah polosnya. Meringis ngilu saat melihat Rafael seperti kesakitan. Namun saat dia menawarkan untuk membantu, laki-laki itu langsung menepis kasar tangannya. Tidak mungkin Rafael membiarkan Kiana menyentuh pahanya. "Apa hukuman kemarin belum cukup? Kaumau bermain-main denganku?" Rafael bangkit dan mencengkeram rahang Kiana. Dari kemarin, wanita itu selalu membuatnya jengkel. Membuat Rafael selalu ingin untuk menghukumnya. Dia sangat kesal. Sungguh kesal. Sementara Kiana hanya men"Tuan akan pergi ke pesta nanti malam, bisa kau siapkan pakaiannya?" "Aku?" Kiana menunjuk dirinya sendiri. Dia masih tidak percaya kenapa pelayan lain selalu mengumpankan dirinya jika itu menyangkut Rafael? Tidak tahukah, kalau Rafael sudah begitu membencinya? Jika dia melakukan kesalahan lagi, Kiana juga yang harus menerima akibatnya dan tidak ada satu pun dari mereka yang mau menolongnya. "Memang siapa lagi yang ada di sini selain kau?" Kiana terdiam. Hanya dia dan Mara yang ada di dapur. Dua pelayan lainnya sedang sibuk berbelanja ke supermarket. Sejak tadi pagi hingga sekarang, mereka terus membicarakan tentang pesta, pesta dan pesta. Kiana sendiri yang mendengarnya sampai bosan. Dia tidak tahu pesta apa yang sebenarnya sedang dibicarakan. "Tidak bisakah kau saja? Aku sedang sibuk." Dia bahkan belum selesai mengepel lantai dan kini, harus mengurus segala keperluan Rafael? Memangnya lak
Pesta pertunangan Mili dan Marcel dilaksanakan di ballroom hotel. Kakeknya menyewa seluruh gedung termasuk kamar hotel untuk para tamu yang nantinya tidak bisa pulang dan memilih menginap. Benar-benar sangat mewah dan berkelas. Semua kolega bisnis hadir di sana. Andrew pun ikut hadir. Sementara Rafael datang paling terlambat. Dia datang sesaat sebelum proses pertukaran cincin dilakukan. Tentu saja, kelakuannya itu menarik perhatian banyak orang. Dia seperti tidak menghargai pemilik acara. Akan tetapi, Rafael hanya mengabaikannya. Dia datang juga karena paksaan dari kakek tua itu. Bahkan saat datang, Rafael hanya berdiri sembari menatap Mili dan Marcel saling memasangkan cincin. Keduanya tampak tersenyum lebar dan membuat para tamu ikut dalam kegembiraan itu sambil bertepuk tangan. Pertunangan mereka berjalan dengan lancar. Paman dan bibinya tampak tersenyum lebar, mungkin senang melihat anaknya bertunangan. Berbeda dengan sang kakek ya
Kiana mengendap-endap ke luar kamar. Dia melihat suasana rumah sudah sangat sepi, Rafael sudah pergi tiga puluh menit yang lalu dan para pelayan sudah tertidur lelap. Hanya dia yang masih terbangun dan merencanakan untuk melarikan diri. Kiana tidak membawa apa pun selain pakaian hangat yang saat ini tengah dikenakannya. Langkahnya pelan. Kiana berjalan ke arah pintu belakang. Kiana sudah mendapatkan kunci dari Noe saat pelayan itu menggeletakkannya begitu saja di meja ketika tengah bersih-bersih rumah. Beruntungnya, tidak ada yang bertanya atau yang mengatakan kehilangan, karena sebenarnya kunci lain ada di tangan Mara atau sebenarnya, Noe terlalu penakut untuk mengakui kesalahannya. Mungkin, melihat bagaimana dari sikap pengecutnya waktu itu, Kiana dapat menyimpulkan kalau Noe adalah seorang pecundang. Kiana dengan mudah membuka pintu belakang dan langsung berjalan mengitari halaman belakang yang begitu luas itu. Cahaya begitu m
Matahari mulai bersinar sangat terang. Menyorot langsung pada dua orang yang tengah tertidur dalam posisi berpelukan dengan selimut hangat yang membungkus tubuh mereka. Kedua kulit mereka saling bersentuhan, mencari kehangatan setelah semalam lelah mencari kepuasan. Sang wanita menyusupkan kepalanya di leher si pria dengan kedua kaki yang melingkar di pinggangnya. Sementara si pria meletakkan tangannya di atas bokong sintal milik wanitanya. Keintiman keduanya seperti mereka adalah sepasang kekasih sungguhan. Bahkan penyatuan mereka belum terlepas sama sekali. Terlalu nyaman untuk dilepaskan. Hingga akhirnya, si pria mulai terbangun saat mendengar suara langkah kaki dari arah luar. Seperti seseorang tengah berjalan mondar-mandir. Matanya mulai berbuka sepenuhnya, hingga hanya rasa pusing yang mendera kepalanya. Meringis sakit sampai dia merasakan hembusan napas hangat di lehernya. Kedua alisnya menajam. Dia bisa merasakan tubuh se
Sudah lima hari, sejak Rafael merampas dan menguasai tubuhnya hingga Kiana tidak bisa berjalan atau bahkan berdiri. Laki-laki itu pergi meninggalkannya bahkan sebelum Kiana membuka mata dan menghilang selama beberapa hari ini. Harga dirinya terasa diinjak-injak. Rafael yang memaksanya, namun laki-laki itu juga yang pergi meninggalkannya. Ini terasa menyakitkan untuknya. Andrew saja tidak pernah melakukan ini. Laki-laki itu selalu ada di sampingnya dan memeluknya dengan erat setelah menghabiskan malam yang panjang bersama. Kata-kata romantis di pagi hari dan kecupan mesra, selalu dia dapat. Tidak. Jangan salah paham, Kiana tidak menginginkan itu dari Rafael. Hanya dia ingin mendapatkan maaf atas tindakan kasar laki-laki itu padanya. Kiana tidak bisa untuk tidak mengingat kejadian di malam itu. Sangat membekas di benaknya saat Rafael dengan sangat kasar menyetubuhinya. Laki-laki itu melakukannya tanpa perasaan, bahkan saat Kiana me
Tidak ada kesialan yang tidak akan menimpa Rafael setelah dia berdekatan dengan Kiana. Wanita itu selalu membawa masalah untuknya, begitu pun untuk sekarang. Kiana menarik dan membuat tubuhnya basah karena tercebur ke dalam air. Tak hanya itu, dia juga harus membawa naik Kiana yang bahkan seperti akan kehilangan nyawa karena tidak bisa berenang dan pingsan dalam pelukannya begitu saja. "Dasar menyusahkan." Rafael menggerutu saat mengangkat tubuh Kiana yang berat di dalam air. Walau sebenarnya, bisa saja Rafael membiarkan Kiana mati tenggelam dan membuat itu seolah-olah seperti sebuah kecelakaan. Namun, dia rasa ini belum saatnya untuk Kiana mati. Alhasil, Rafael tidak memiliki pilihan lain selain menyelamatkannya. Kiana yang pingsan, dia bawa dengan susah payah dari dalam air dan membaringkannya di pinggir kolam renang. Menepuk-nepuk pipinya dengan cukup keras. Berusaha membangunkan Kiana. Pakaian wanita itu tampak bas
Malam harinya, Rafael tidak bisa tidur. Matanya tidak mau terpejam padahal sudah hampir tengah malam. Dia hanya bisa duduk di ruang kerja dan menatap perkembangan bisnis miliknya yang saat ini tengah berkembang pesat. Perkebunan milik ibunya, yang saat ini dikelola langsung olehnya. Rafael memperbesarnya. Juga hotel dan mall milik papanya, jatuh ke tangannya. Jika ada yang mengira kalau Rafael tidak mendapatkan apa-apa, itu salah besar. Dia mendapatkan semua milik orang tuanya, termasuk papanya yang meninggalkan bisnisnya untuk Rafael. Senang? Tidak, karena itulah Rafael tidak mau ikut campur mengurusnya. Dia mempercayakan semuanya pada salah satu kepercayaan papanya. Meski itu bukan artinya dia lepas tangan, Rafael tetap mengontrol dan mendatanginya untuk melihat perkembangan. Akan tetapi, dia tidak mau ikut campur dengan terjun langsung. Sama halnya dengan sang kakek yang menginginkan dia untuk duduk berjam-jam dan mengurus tum
Kiana membuka matanya perlahan. Dia berkedip beberapa saat sebelum mengusap kepalanya yang sedikit pusing, lalu menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat pagi. Keadaan kamarnya masih gelap dan juga tidak ada siapa pun di sana. Ini hanya perasaannya saja atau memang dia merasa, semalam ada orang yang datang ke kamarnya? Semalam, ketika tertidur, dia merasa mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Namun anehnya, Kiana tidak bisa membuka mata. Dia sangat lelap, sampai sebuah sentuhan terasa di tubuhnya. Sentuhan itu ternyata sangat nyata. Meski matanya terpejam rapat, Kiana masih tetap bisa merasakan ciuman lembut dan cumbuan di lehernya. Membuatnya teringat dengan Andrew. Padahal dia sudah mengira kalau itu adalah Andrew. Mungkinkah itu hanya mimpi saja? Namun kenapa terasa sangat amat nyata? Di tengah kebingungannya, Kiana kemudian beranjak dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi. Menyi