TERLANJUR CINTA"Nanda, Ardi..", teriak seseorang dibalik kamarku. Aku bernafas lega, ternyata itu bukan mas Ardi melainkan ibu."Iya bu sebentar", jawabku bergegas mendokumentasikan berkas berkas dan bukti bukti perselingkuhan mereka lalu aku segera membereskannya lagi. Aku berjalan ke luar kamar untuk menghampiri ibu."Bu, kok tidak menghubungi Nanda dulu?", tanyaku takzim mencium tangan ibu."Iya sayang, ibu tadi habis memantau restoran sekalian saja mampir kesini. Oh ya, barusan pintu rumah kenapa tidak dikunci?", Ya ampun! Betapa teledornya aku setelah mengobrak abrik mobil mas Ardi aku lupa tidak mengunci pintu rumah lagi malah kubiarkan terbuka begitu saja. "Nanda lupa bu", jawabku polos cengengesan seraya memeluk tubuh ibu."Ya ampun Nanda, kamu gimana sih! Nanti kalau ada maling gimana", ungkap ibu memarahiku. "Iya deh bu, oh ya ibu sudah makan belum? Kita makan malam yu", ungkapku seraya mengajak ibu menuju dapur. Saat ini Nindya masih tertidur pulas, nanti malam
MUSUH DALAM SELIMUT"Pagi sayang, halo anak papah yang cantik", ungkap mas Ardi menyapa aku dan Nindya."Pagi juga mas", jawabku malas. "Halo sayang anak papa yang cantik", Mas Ardi menggendong Nindya lalu mengecup kening dan pipinya. Mereka berjalan menuju halaman meninggalkan aku yang sedang sibuk membuat sarapan. Setelah semua selesai, aku berjalan keluar untuk menghampiri mereka. "Mas sarapan dulu", ungkapku tanpa ekspresi, bagaimana bisa aku bersikap manja dan manis kepadanya setelah mengetahui segala kebusukannya."Iya sayang, anak papah yang cantik kita makan dulu ya", mereka berjalan masuk, aku mengambil alih untuk menggendong Nindya."Sayang", suara mas Ardi memecah kesunyian."Ya", jawabku singkat. "Hari ini mas ada acara dengan orang kantor, pergi jalan jalannya di cancel saja tidak apa apa ya? mas janji minggu depan kita jadi jalan jalannya", ungkapnya menatapku ragu Entah mengapa perasaanku mengatakan bahwa saat ini dia sedang menipuku lagi. Perasaan seorang
BAB 19MEMILIH YANG LAIN"Nindya...", aku berteriak histeris melihat anak semata wayangku kejang kejang. Mulutnya mengeluarkan cairan seperti busa dan matanya membelalak ke atas, bola matanya hampir tidak terlihat. Aku panik, Aku bingung. Aku menangis histeris cemas sesuatu yang buruk menimpanya. Lebih tepatnya aku trauma setelah enak pertamaku berpulang karena tragedi kecelakaan itu. Aku tak ingin harus kehilangan anak ku lagi untuk yang kedua kalinya. "Nanda!", teriak seseorang berlari menghampiriku. Betapa lega nya hati ini melihat kedatangan Arya.. Dia bergegas merangkul Nindya yang masih kejang kejang, dia langsung meletakkan nya pada tempat yang empuk, datar dan luas, lalu menghadapkan Nindya dalam posisi miring agar ia tak tersedak oleh air liurnya atau muntahannya dan Arya melonggarkan pakaiannya terutama pada bagian lehernya. Tak berselang lama kejangnya pun berhenti. Ini adalah pertolongan pertama saat anak mengalami kejang, itulah yang Arya ucapkan padaku. Setelah kon
DUA WAJAH Arya menyeret mas Ardi dengan kasar, mereka pergi menjauh dari lokasi rumah sakit. Entah apa yang akan mereka bicarakan namun tak sedikitpun aku memperdulikannya, aku berjalan menuju ruangan Nindya ingin melihat kondisi anak semata wayangku saat ini. Ku lihat wajah cantiknya, hatiku tiba tiba terasa nyeri hingga sesak ke rongga dada. Aku membayangkan saat nanti kami berpisah anak ku akan tumbuh tanpa seorang ayah. Mampukah aku membesarkannya tanpa kehadiran mas Ardi? mampukah aku melakukan semua nya sendirian?."Nindya sayang maafkan ibu ya, kamu harus tumbuh besar tanpa kehadiran seorang ayah. Ibu janji akan menjadi ibu sekaligus ayah yang baik untuk kamu. Ibu akan merawat, membesarkan dan mendidik kamu. Ibu akan bekerja banting tulang agar bisa memenuhi semua kebutuhan dan keperluan kamu. Ibu sudah tidak sanggup lagi harus menahan luka ini nak, hati dan jiwa ibu sudah terlalu sakit!. Maafkan ibu nak", Aku mengecup kening Nindya yang sedang tertidur pulas. Bulir bulir ben
PILIHAN KEDUA"ARYA!", Suara itu terdengar begitu keras. Seketika Arya dan Ardi menoleh bersamaan.. "Nanda", ungkap Arya. Perlahan dia melepaskan cengkraman tangannya, dengan segera Ardi mengelap darah di bawah bibirnya menggunakan tangannya lalu ia merapikan kemejanya. Nanda berjalan bersama Anggi menghampiri mereka, ternyata Anggi yang memberitahu Nanda bahwa Arya dan Ardi sedang berkelahi. Ia lakukan itu sudah pasti untuk mencari posisi aman. Ardi menatap Arya dengan tajam, mata nya mengisyaratkan bahwa ia harus tutup mulut untuk yang kedua kalinya. "Ini yang terkahir Ar!", gumam Arya beranjak menjauhi Ardi. "Apa yang sedang kalian lakukan? Kalian tidak malu? Ini area rumah sakit! Banyak anak anak yang melihat perkelahian kalian, kalian telah memberikan contoh yang buruk pada mereka!", ungkap Nanda marah. Mereka diam seribu bahasa seraya menundukan kepala. "Arya, apa yang terjadi? Mas Ardi kenapa kalian berkelahi? Kalian itu adik kakak, seharusnya kalian akur dan s
TRAGEDI PAHIT."Halo bos", ungkap seorang pria di seberang sana. "Halo, besok kita bertemu di tempat biasa. Saya ada pekerjaan untuk kalian", ungkap seorang wanita yang sedang duduk di sofa seraya menikmati segelas juice. "Siap bos laksanakan!", Ponselpun dimatikan, Dia menyimpan benda pipih itu sembarang tempat. Ya, wanita itu adalah Anggi. Dia menghubungi seorang pria untuk memberikannya pekerjaan penting. Dia berjalan menuju kamar tidurnya mengunakan piyama pendek berwarna peach, ia menghampiri sebuah nakas yang berada tepat dipinggir tempat tidurnya. Dia membuka pintu nakas tersebut lalu mengambil beberapa foto disana. Dia menggenggam erat foto tersebut, lalu menyilangkan tanda X dengan sebuah spidol besar berwarna merah pada foto tersebut. "Berani sekali kau menyebutku wanita murahan! Lancang sekali kau menyakiti pria dambaanku! Kau sudah terlalu jauh untuk mencampuri hubungan kami Arya! Sepertinya kau harus dibuat sibuk dengan urusan dan kehidupanmu sendiri hingga tak aka
BERTAHAN MENGGENGGAM LUKA"PRAAANKKKK!", Sebuah batu besar terlempar mengenai kaca mobil Arya. "Astagfirulloh!", Refleks Arya menyilangkan kedua tangannya untuk melindungi wajahnya. "Batu? siapa yang berani beraninya lempar batu ke mobil gue?!", Arya geram. Dia mengambil batu tersebut lalu memunguti serpihan kaca yang masuk ke dalam mobil. Setelah selesai dia beranjak keluar untuk melihat siapakah yang sudah lantang melempar batu besar itu hingga memecahkan kaca mobilnya. Saat ia membuka pintu mobil, seseorang membekap mulut dan hidungnya menggunakan sebuah sapu tangan lalu tak berselang lama Arya ambruk jatuh tak sadarkan diri. Mereka membawa Arya pergi ke suatu tempat dimana tak seorang pun tahu keberadaannya.~~~"Bi, kenapa ya perasaan ummi tidak enak. Tiba tiba saja Ummi khawatir dengan abang bi", ungkap ummi sesaat setelah menghubungi Arya."Insya Allah, semuanya baik baik saja mi. Ummi terus berdoa saja supaya anak kita selalu dalam lindungannya", Ungkap abi mencoba unt
MASA LALU KELAM 25 TAHUN YANG LALU Diah Sastranirta atau saat ini dipanggil dengan julukan ummi adalah ibu dari Arya dan Ardi, sedangkan Pak Baskoro Wijaya yang saat ini dipanggil abi adalah ayah dari keduanya. Bu Diah dan Pak Baskoro sudah menjalani bahtera pernikahan selama 40 tahun, namun masa lalu pernikahan mereka cukup kelam. Bu Diah sering mendapatkan KDRT oleh pak Baskoro, karena masa lalu yang kelam, pak Baskoro merupakan anak broken home, beliau korban perceraian kedua orangtuanya dan semasa kecilnya beliau sering mendapatkan kekerasan dari sang ayah. Itu semua berdampak pada dirinya sehingga ketika sudah berumah tangga ia sedang mendapatkan masalah, beliau tak segan segan melampiaskan pada sang istri dan kedua anaknya. Semasa kecil, Arya dan Ardi sering mendapatkan kekerasan dari sang ayah. Terutama Ardi, dia sedikit badung sehingga sering menjadi pelampiasan amarah ayahnya. Kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya itu terekam jelas di memorinya hingga dewasa pun ia ta