Share

RASHVA: LEGENDA PENAKLUK IBLIS
RASHVA: LEGENDA PENAKLUK IBLIS
Author: Norman Duarte Tolle

BAB 1

Rashva berjalan dengan santai. Cuaca malam itu sangat dingin. Hujan rintik-rintik menyelemuti Kota Malang yang nampak tenang pada jam-jam seperti ini. Ia baru saja pulang dari sebuah café di sana.

“Sudah hampir jam 1 malam,” bisik Rashva dalam hati sambil melirik ke jam tangannya. Meskipun kota Malang terasa tenang pada saat ini, tetap saja masih banyak orang berlalu-lalang di jalanan dengan sepeda motor dan mobil mereka. Rashva lebih suka berjalan kaki. Keuangannya saat ini juga memang belum memungkinkan baginya untuk menyicil sepeda motor, apalagi mobil.

Saat melintasi Jembatan Soekarno Hatta yang terkenal itu, Rashva belok ke kiri menuju daerah Betek. Kostnya memang berada di daerah itu. Sebuah daerah yang sangat padat penduduk dan ramai dipenuhi kost-kostan mahasiswa. Maklum saja, daerah itu memang bersebelahan langsung dengan Universitas Brawijaya yang megah dan mentereng itu.

Saat belok ke kiri itu, Rashva memasuki jalanan yang gelap. Di sebelah kirinya terdapat kuburan yang cukup luas, dan kebetulan jalanan itu memang tidak diberi lampu yang layak seperti Jembatan Soekarno Hatta di belakangnya.

“Eh, siapa itu?” bisik Rashva dalam hati. Ia merasa deg-degan juga. Sekitar 20 meter di hadapannya ada seseorang berdiri seperti sudah menunggunya. Tubuh orang itu tinggi besar. Rashva tidak bisa melihat dengan detail karena keadaan saat itu cukup gelap.

Karena takut orang itu adalah preman jalanan yang akan berbuat kejahatan kepadanya, Rashva memutuskan untuk menyebrang jalan, ke sebelah kanan, di mana ada lampu merah dan ada beberapa kendaraan yang berhenti. “Jika ada apa-apa, semoga orang-orang di lampu merah bisa menolong aku,” pikir Rashva.

Saat dia menyeberang, ternyata sosok tinggi besar itu juga ikut menyeberang juga.

“Uoy Nac Ton Nur Yawa!” teriak orang itu.

Rashva kaget sekali. Bahasa itu. Aneh. Tetapi ia dapat seketika mengerti.

You cannot run away!

Rasa takut sekejap menyelemuti hatinya. Rashva segera berlari menjauh dan ingin meminta tolong. Tiba-tiba suaranya tercekat. Karena orang yang sebelumnya tadi berada di belakangnya, kini sudah berada di depannya!

Orang tinggi besar memukulkan kepalannya ke dada Rashva!

Huggggggg!

Pukulan itu terasa sangat menyakitkan dan Rashva merasa urat jantungnya putus seluruhnya.

Tiba-tiba keluar cahaya yang sangat menyilaukan!

Entah dari mana Cahaya itu muncul.

Rashva merasa dirinya seoralh tersedot sebuah kekuatan besar bagaikan pusaran ombak Samudra yang sangat dahsyat. Nafasnya sesak, pandangannya silau oleh cahaya yang begitu terang benderang!

Apakah ini kematian?

Saat ia membuka mata, ia sudah berada di dunia lain!

Rashva tak percaya denga napa yang dilihatnya. Ia seperti berada di sebuah negeri dongeng yang aneh. Pemandangannya terasa sangat indah dan sangat buruk pada saat yang bersamaan!

Sebuah pagoda merah ala Tiongkok berdiri dengan gagah di hadapannya. Tapi pagoda itu sudah hancur berkeping-keping. Hanya tertinggal sisa-sisa bangunannya saja. Terlihat menakutkan, tetapi terlihat indah. Di sebelah kirinya, terdapat gerbang yang sangat besar terbuat dari batu-batu raksasa yang juga sudah hancur. Di sebelah kanannya ada jurang yang sangat besar, dan nun jauh di seberangnya, terdapat negeri lain yang melayang-layang di atas udara.

Langit ternyata berwarna hijau tosca.

Mataharinya berwarna merah seperti darah.

Awan berwarna merah mudah dan biru.

Tanah yang diinjaknya berwarna putih.

Apakah ini surga?

Ataukah ini neraka?

Saat Rashva menoleh ke belakang, barulah ia menyadari suara bising yang sejak tadi didengarnya adalah suara pertarungan!

Orang yang tinggi besar tadi kini bentuknya menjadi aneh. Wajahnya masih bisa dikenal Rashva. Tetapi tubuhnya kini menjadi lima kali lebih besar!

Kulitnya menjadi bersisik. Dan ada tulang-tulang tajam yang muncul di sepanjang tulung belakangnya. Menembus baju zirah yang dipakainya. Di tangannya ia menggenggam sebuah tombak keperakan yang menyilaukan.

“Ah! Inilah Fenrir yang legendaris itu! Hahaha! Sayangnya selama ini bersembunyi di balik ketiak anak kecil yang lemah. Haha! Sungguh memalukan!”

Yang disebut Fenrir adalah sebuah serigala putih yang amat besar!

Tubuhnya hampir separuh ukuran gajah, namun langsing dan bulunya yang seputih salju terlihat sangat indah. Di lehernya, bulunya menjadi sangat tebal bagaikan surai singa. Telinganya berdiri tegak dan hampir terlihat seperti tanduk. Di punggungnya terdapat sayap yang sangat indah. Seperti sayap elang yang gagah dan anggun.

Tetapi makhluk indah yang disebut Fenrir ini terluka di beberapa bagian tubuhnya! Darahnya berwarna biru.

Rashva bisa menduga bahwa luka-luka itu disebabkan oleh tusukan tombak orang tinggi besar itu.

“Kau sudah sadar, anak lemah?” tahu-tahu Fenrir menoleh kepada Rashva dan berbicara dengan bahasa manusia.

Rashva tidak dapat berkata apa-apa. Lidahnya kaku.

“Gara-gara kau menjadi manusia lemah, kemampuan bertarung ku menurun jauh!” kata-kata Fenrir tajam, seolah sedang memakinya.

Belum lagi Rashva menyadari apa yang terjadi manusia monster yang melawan serigala raksasa itu tiba-tiba bergerak sangat cepat dan menusukkan tombaknya tepat ke arah jantung Rashva.

“Aaaaaaaaaaaah!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status