Share

BAB 4

Ketika Rashva membuka mata, ia sudah berada di dunia itu lagi. Dunia yang indah namun suram. Ia tidak tahu dunia apa itu. Baginya dunia itu adalah dunia mimpi belaka.

“Wah, sampai di sini lagi,” Rashva mencubit tangannya lagi. Terasa sakit.

Kemana nih si anjing?, kok tidak muncul?” batin Rashva dalam hati.

Rashva memperhatikan, dirinya sedang berada di atas puing-puing sebuah kastil yang melayang-layang di udara. Langit saat itu cerah sekali. Berwarna hijau tosca. Matahari terbenam di ufuk timur.

“Dunia di sini rasanya terbalik semua ya?” bisiknya perlahan.

“Ya, semua memang terbalik di sini,” tiba-tiba terdengar suara yang dalam dan terkesan angker menyeramkan.

“Nah ini si anjing muncul,” tukas Rashva sambil tertawa mangkel.

“Aku bukan anjing. Aku serigala sakti tanpa tanding,” jawab Fenrir penuh kebanggaan.

Ya tapi tetep aja wajahmu seperti anjing,” seloroh Rashva.

“Hahahaha,” Fenrir ikut tertawa. Sepertinya ia mengerti bahasa yang diucapkan Rashva.

Rashva malah mengalihkan pembicaran. “Kamu kemana saja selama ini? Di saat aku benar-benar membutuhkanmu.”

Fenrir memandangnya dengan dalam. “Aku selalu berada di sampingmu.”

“Lalu kenapa kau tidak keluar saat kupanggil?”

“Karena hidupmu sedang tidak dalam bahaya.”

“Jadi kau baru muncul saat aku sedang benar-benar dalam bahaya?” tanya Rashva.

Fenrir mengangguk.

“Kayak polisi dalam film-film India. Baru muncul kalau filmnya sudah mau abis.”

“Hahahaha,” Fenrir tertawa. “Pada akhirnya aku kan menolongmu. Menghempaskan mereka semua.”

“Kenapa gak dari awal? Kenapa harus menunggu aku sudah mau pingsan baru kau datang?” tanya Rashva sedikit menahan rasa kesal.

“Karena kau harus tahu bagaimana rasanya menjadi orang yang lemah dan tak berdaya,” jawab Fenrir dengan santai.

“Aku sudah menjadi orang yang lemah dan tak berdaya sejak dari lahir. Umur sudah segini, gak perlu lagi diajari bagaimana rasanya menjadi manusia tak berguna,” suara Rashva hampir terdengar seperti teriakan.

“Aku telah mendampingimu sejak hari pertama kau lahir. Tentu saja aku paham dan tahu apa yang kau alami.”

“Nah!”

“Tapi kau belum pernah merasakan perihnya mengalami kekerasan. Sakitnya keadaan hampir mati,” tukas Fenrir dengan suara mendalam.

“Kenapa aku harus mengalami keadaan hampir mati?”

“Karena hanya dengan begitulah kau akan menyadari keadaanmu dan ingin berubah. Sesuai dengan takdirmu!” kata Fenrir.

“Takdir? Memangnya apa takdirku?”

“Kau memiliki garis takdir menjadi satria terkuat. Orang yang akan menyatukan Mirrorverse.”

“Apa itu Mirrorverse? Sejenis alam roh?” tukas Rashva.

“Mirrorverse bukanlah alam roh.”

“Apa itu Mirrorverse? Namanya kok aneh-aneh sih, Mas Bro,”

“Mirror artinya adalah Cermin, Verse dari kata Universe,”

“Oh jadi ini dunia cermin. Mirror World. Sejenis yang ada di cerita Kamen Rider Ryuki itu?”

“Benar sekali. Hampir mirip, tapi ada bedanya juga. Cuma kalau dijelaskan terlalu panjang. Jadi, anggap saja hampir sama.”

“Jadi aku ini calon satria hebat maha tanding kayak di novel online? Lalu bagaimana Mirrorverse bisa ada? Dan kalian ini siapa? Apa yang kalian lakukan di dunia? Mohon jelaskan semuanya!” pinta Rashva dengan penasaran.

“Baiklah. Kurasa kita masih punya banyak waktu. Dengarkan baik-baik.”

Fenrir mulai berkisah, “Dunia Paralel ini ada sangat banyak. Salah satunya ya Mirrorverse ini. Dunia paralel tercipta sejak awal penciptaan semesta. Energi yang besar yang muncul dari big bang, menghasilkan kantong-kantong energi yang kemudian berubah menjadi dunianya sendiri-sendiri,” jelas Fenrir.

Lanjutnya, “Dunia ini berisi makhluknya sendiri-sendiri, dengan segala keunikan dan hukum alam yang berbeda-beda pula. Makhluk di dunia A tidak bisa berpindah ke dunia B, kecuali jika mereka memiliki kemampuan yang sangat tinggi atau tehnologi yang sangat maju.”

“Di dunia yang kau tinggal sekarang, mempunyai hukum alam yang berbeda dengan dunia lain. Di dunia yang kau tinggali sekarang, Tuhan sang pencipta alam membuatkan aturan. Bahwa setiap manusia yang lahir, ia akan didampingi oleh sesosok makhluk lain. Kebanyakan orang menyebutnya Jin Qarin. Jin yang mendampingi sampai manusianya mati.”

“Apa tugas Jin Qarin itu?” tanya Rashva.

“Sebagai pendamping, Jin Qarin akan membisikan kebaikan jika hati manusianya baik. Sebaliknya ia akan membisikkan kejahatan jika manusianya jahat. Jin Qarin dan manusianya sebenarnya saling membutuhkan. Jin Qarin menjaga manusia itu, sebaliknya manusia itu memberikan energi kepada sang Jin.”

“Energi apa?” tanya Rashva.

“Energi dari emosi manusia. Kesedihan, kesenangan, rasa takut, keberanian. Semua perasaan manusia itu adalah energi bagi Jin Qarin.”

“Apakah karena Jin Qarin tidak memiliki perasaan? Oleh sebab itu mereka hidup dengan perasaan orang lain?” tanya Rashva.

“Hahaha. Kau pintar,” jawab Rashva.

“Apakah kau adalah salah satu Jin Qarin?”

“Ya. Aku adalah salah Jin Qarin terkuat. Di dunia ini, kami menyebut Qarin sebagai Daimon. Dalam dunia Jin atau Daimon, ada tingkatannya masing-masing. Yang paling rendah adalah Beta, kemudian Sigma, kemudian Alpha. Yang paling tinggi adalah Omega. Aku adalah type Omega.”

“Jadi kau lahir pada saat aku lahir?” Rashva semakin tertarik.

Fenrir tertawa. “Aku sebenarnya bukan Daimon-mu. Aku adalah Daimon dari salah seorang leluhurmu ratusan tahun yang lalu. Leluhurmu itu adalah satria atau Kyrios terkuat. Saat ia mati, aku telah berjanji untuk akan datang kembali, mendampingi keturunannya yang paling kuat. Nah, aku kemudian mendampingi ayahmu.”

“Jadi kau mendampingi ayah? Dalam perang juga? Di mana ayah sekarang? Apakah masih hilang atau sudah….,” mata Rashva terasa mulai terisi air.

“Ya. Dia adalah salah satu keturunan terkuat. Ia tidak hilang. Ia pergi melawan para Daimon di dunia Mirrorverse. Dan ia gugur di dunia ini. Malah, sekarang kau berada tepat di atas tempat ia meninggal.”

Tak terasa airmata Rashva menetes. “Ayah…..,”

“Ceritakan lebih banyak! Aku ingin tahu semuanya, Fenrir!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status