Beranda / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Keduanya? Sulit ditebak

Share

Keduanya? Sulit ditebak

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 16:32:48

Ketika Vier menarik Jia ke dalam pelukannya, erat dan posesif, suaranya rendah namun penuh dengan klaim yang tak terbantahkan. "Kau milikku, Jia. Tidak peduli apa yang kau lakukan, seberapa jauh kau lari, aku akan selalu menarikmu kembali. Tak ada yang bisa memisahkan kita."

Jia tetap diam dalam pelukannya, merasa beban berat tubuh Vier yang begitu erat menahannya seolah tak ingin ia bergerak sedikit pun.

Bibir pria itu menyentuh telinganya, berbisik lebih dalam, "Aku akan memastikan kau tidak pernah pergi lagi. Kau akan tetap di sini, di bawah pengawasanku, sampai kau paham bahwa tak ada jalan keluar."

Namun, di tengah suara posesif yang terus melingkupi telinganya, Jia dengan tenang menyelipkan jarinya ke dalam saku gaunnya. Tangannya bergerak perlahan, penuh perhitungan, saat dia mengeluarkan sebuah suntikan kecil yang selama ini disembunyikan dengan cermat.

Vier, terlalu fokus pada dirinya sendiri dan keinginannya untuk memiliki Jia, tak menyadari gerakan halus yang dilakukan wan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Di balik alternatif egonya sendiri

    Di dalam ruangan kecil yang remang-remang itu, Jia menatap kakek tua yang duduk di hadapannya. Napasnya teratur meski pikirannya masih kacau setelah mendengar fakta mengejutkan tentang Revandro—atau mungkin lebih tepatnya Vier. Jia mencoba menata ulang segala sesuatu di kepalanya, namun ada satu hal yang terus mengusik pikirannya.“Marga Maxio,” Jia mulai, suaranya rendah namun penuh tekanan, “kenapa Revandro menggunakan nama itu sekarang? Apa hubungannya dengan keluarga asli Vier?”Kakek tua itu tidak langsung menjawab. Ia memandang Jia sejenak, menilai kebingungannya, lalu alih-alih menjelaskan, ia justru melemparkan sebuah pertanyaan yang membuat Jia semakin terperangkap dalam teka-teki."Menurutmu, kenapa Revandro memilih nama alter egonya, "Vier?" tanyanya dengan suara yang dalam dan penuh teka-teki.Jia terdiam sesaat. Pertanyaan itu melayang di udara, berat dan penuh misteri. Selama ini, ia hanya menganggap Vier adalah sosok lain dari Revandro—sebuah persona gelap yang diambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Berani sekali kau!

    Jia melangkah keluar dari rumah tua itu dengan anggukan kecil, meninggalkan keheningan yang mendalam di belakangnya. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, dan kakek tua itu hanya membalas dengan senyum bijak yang seolah memahami bahwa beberapa jawaban tidak perlu diutarakan dengan kata-kata. Saat Jia menutup pintu di belakangnya, sebuah rasa canggung menyelimuti tubuhnya, tapi dia memaksakan senyum tipis yang terasa asing di wajahnya.Kakek tua itu memperhatikannya dengan tenang dari kejauhan, tatapannya tidak menghakimi, hanya dipenuhi pengertian. Dia tahu Jia tengah melalui badai besar dalam hatinya, tapi dia juga memahami bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan untuk keluar begitu saja. Ketika Jia mencapai mobilnya, tangan kakek itu terangkat sedikit.“Jangan sia-siakan hidupmu, Nak,” katanya, suaranya masih terdengar jelas meski jaraknya jauh. “Orang-orang yang telah pergi tak akan pernah kembali. Tapi jika mereka melihatmu terlalu cepat, mereka akan kecewa.”Kata-kata itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Hanya akan semakin menginginkanmu

    Pertarungan dimulai dengan ledakan keheningan yang terpecah seketika. Jia, dengan gerakan cepat dan lincah, menarik pelatuk pistolnya ke arah Vier. Namun, seperti bayangan, Vier berhasil menghindar, membuat tembakan itu hanya menghantam dinding di belakangnya. Serpihan dinding beterbangan, menambah intensitas suasana di dalam ruangan besar itu.Semua orang yang menyaksikan menahan napas. Petinggi-petinggi organisasi yang hadir, biasanya berdiri sebagai penguasa dalam ruangan mana pun mereka berada, kini hanya bisa berdiri di tepi, tak berani bergerak. Mereka tahu, ini bukan perkelahian biasa. Jia dan Vier, dua kekuatan yang sama-sama berbahaya, sedang mempertaruhkan sesuatu yang lebih dari sekadar nyawa.Vier berputar cepat, meluncur ke arah Jia dengan langkah-langkah gesit, namun Jia siap. Dia melemparkan meja kecil ke arahnya, membuat Vier harus menghentikan serangannya sesaat. "Kau pikir aku takut padamu?" Jia mendesis, matanya berkobar dengan api yang tak bisa dipadamkan. "Aku ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Lebih layak di sisinya

    Ketika telepon di sakunya bergetar, Vier mendecak kesal, tampak jelas rasa tak rela di wajahnya. Sorot matanya masih tak beralih dari Jia, tajam dan mendominasi, seolah dia masih menggenggam kendali penuh atas situasi ini.Namun, ketika ia membaca pesan yang terpampang di layar ponselnya, raut wajahnya berubah menjadi gelap. Tatapan itu dipenuhi dengan amarah dingin yang tak biasa."Ada pengkhianat di antara kita," gumamnya serak, sambil mengepalkan tangan dengan keras hingga terdengar bunyi buku jarinya berderak. Satu helaan napas panjang ia tarik, kemudian dengan enggan ia melonggarkan cengkeraman pada pisau yang tadi mengancam Jia. Ia mundur sedikit, namun tatapannya tetap lekat seolah mengingatkan bahwa ini bukan akhir.Dengan suara yang dalam dan berbisik, ia berkata, "Aku akan menyelesaikan ini. Tapi jangan pikir kau bebas." Sambil berjalan ke arah pintu, ia memberi sinyal pada beberapa anak buahnya yang menunggu di luar. Tanpa ragu, ia memerintahkan mereka, "Awasi dia. Setiap g

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Jiaku yang berharga

    Jia duduk bersandar di kursi dekat jendela besar, tatapannya menerawang ke luar seolah dunia di balik kaca itu tak lebih dari sebuah lukisan senja yang tenang. Secangkir cokelat panas berada di tangannya, namun kehangatannya tak terasa menembus dingin yang entah berasal dari malam atau dari dalam dirinya. Ia tampak tenang, meski dalam diamnya, ada sesuatu yang begitu sulit diartikan.Derit pintu terdengar, dan tanpa menoleh, Jia tahu siapa yang masuk. Langkahnya pelan, namun berat, seolah menandakan kehadiran seseorang yang terbiasa mendominasi ruangan tanpa perlu berkata. Jia tetap memandang ke luar, tetapi kesadarannya terfokus pada sosok di belakangnya."Jiaku yang berharga..."Tiba-tiba, sebuah sentuhan lembut terasa di puncak kepalanya. Bibir Revandro mendarat di sana, sebuah kecupan yang bertahan lebih lama dari seharusnya. Ia menyelami aroma rambut Jia, dalam-dalam, seperti seseorang yang haus menyesap anggur terbaik yang hanya ada sekali seumur hidup. Nafas hangatnya berembus

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kau bahkan bukan lawanku

    Revandro tanpa ragu mengangkat Jia dalam gendongannya, posisinya seolah koala yang menempel erat pada tubuh pria itu. Wajah Jia memerah karena malu, tetapi tatapan dinginnya justru menjadi tameng untuk menyembunyikan rasa malu itu, terutama saat mereka memasuki ruang makan.Di ruangan itu, wanita yang tadi dikatakan Revandro sebagai "jalang" sudah duduk dengan sikap angkuh, seolah ruang makan tersebut adalah tahtanya. Jia menilai wanita itu sekilas, cukup untuk memahami ambisinya yang begitu terang-terangan untuk menjadi nyonya di rumah ini. Tatapannya pada Revandro juga tidak bisa disembunyikan—ada obsesi dan keinginan mendalam untuk memonopoli perhatian pria itu.Para pelayan dan bawahan yang tengah sibuk menata hidangan sempat terhenti dan menatap terkejut saat melihat Revandro masuk sambil menggendong Jia. Kejutan mereka semakin menjadi saat Revandro berjalan mendekat dan mengambil posisi di salah satu kursi besar, memangku Jia dengan santai seolah menunjukkan pada semua orang ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Sisi yang benar-benar hanya Jia pahami

    Jia berdiri tegak di depan Revandro, menatapnya penuh amarah sebelum tiba-tiba menampar wajahnya dengan kekuatan yang cukup keras untuk membuat keheningan menyelimuti ruangan. Suara tamparan itu menggema, mengejutkan semua orang di sekitar mereka. Jia mendesis, penuh kemarahan yang tak tertahankan. “Inikah yang kau inginkan, Revandro?!”Revandro tidak langsung menjawab. Ia hanya mengusap sudut bibirnya yang pecah karena tamparan Jia, pandangannya tetap tak berubah—terlalu tenang dan, yang lebih mengesalkan, masih menyimpan senyuman samar. “Kalau itu yang kau inginkan,” katanya pelan, “tampar aku lagi, Jia.”Jia mendengus kesal, namun senyum licik tersirat di wajahnya. Tanpa ragu, ia mencengkeram kerah Revandro dengan kedua tangan, menariknya lebih dekat hingga mereka hampir bertatapan langsung. “Kau benar-benar sudah sakit jiwa, Revandro,” ujarnya tajam. “Dari psikopat, obsesi gila, sampai sekarang… kau masokis?”Setiap hinaan Jia hanya membuat Revandro semakin terhibur, matanya me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Cinta yang tak terucapkan

    Jia melangkah keluar dari ruangan dengan napas yang masih tertahan di dadanya. Dinding mansion yang megah, dengan dekorasi yang berkilauan dan ornamen mahal, seolah semakin sempit, menekan setiap ruang di sekitarnya, menyisakan sedikit tempat untuk bernapas. Namun langkahnya tetap tegas, tidak memperlihatkan kegelisahan atau kebingungan yang sebenarnya tengah melanda dirinya."Bagus, sekarang aku malah merasa menyesal sudah kembali." gumannya pelan.Setiap langkah terasa berat, seolah suara tawa Revandro masih mengekor di belakangnya, berbisik di telinganya dengan nada mengusik yang hanya bisa ia dengar. Hatinya menegang—mengingat seberapa dalam pria itu bisa mempengaruhinya, menggoyahkan ketenangannya hanya dengan satu kalimat atau sentuhan. Jia tiba di ujung koridor, berhenti sejenak untuk mengumpulkan dirinya. Kedua tangannya bergetar, dan dengan sedikit emosi yang ia benci untuk tunjukkan, ia menekan punggung tangannya pada bibirnya, seolah-olah bisa menghapus bekas kehangatan n

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13

Bab terbaru

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kisah yang bahkan dirinya tak pahami

    Jia merasa tubuhnya bergetar, bukan hanya karena ancaman yang nyata di depan matanya, tetapi juga karena kemarahan yang mulai membakar dirinya. Kenapa pria tua ini datang hanya untuk menghancurkan segalanya?Revandro menarik Jia ke belakangnya dengan gerakan protektif. "Kau tidak akan mendapatkan apa pun darinya. Kalau kau berani menyentuhnya, aku bersumpah, kau tidak akan keluar hidup-hidup dari sini."Pria tua itu tersenyum kecil, melangkah mundur dengan tangan di belakang punggungnya, seolah tak terganggu sedikit pun oleh ancaman Revandro. "Kau berpikir ancamanmu berarti sesuatu bagiku, Maxio? Kau mungkin kuat, tapi aku sudah hidup lebih lama dari yang kau tahu."Sementara itu, Arvell, yang diam-diam memperhatikan dari sudut ruangan, mulai menggerakkan pistolnya ke arah salah satu anak buah pria tua itu. Ia tahu waktunya sudah hampir habis—jika Jia tidak menyerahkan kotak itu, konflik ini akan berubah menjadi pembantaian."Jia," bisik Revandro, suaranya rendah namun cukup tegas unt

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Sebuah kotak

    Langkah Jia semakin cepat saat suara tembakan dan ledakan terus menggema di luar. Udara di lorong itu terasa berat dengan aroma mesiu, dan setiap langkahnya seolah membawa Jia lebih dekat ke dalam bahaya. Namun, di tengah kegelisahan yang mendera, tekad Jia semakin kokoh.Arvell berjalan di sisinya, wajahnya dingin dan penuh perhitungan. Meski jelas ia adalah sekutu sementara, Jia tak bisa mengabaikan fakta bahwa lelaki itu memancarkan aura bahaya yang setara dengan Revandro.Ketika mereka mencapai pintu keluar ke area gudang utama, mereka menemukan beberapa anak buah Revandro tengah bersembunyi di balik tumpukan peti. Salah satu dari mereka segera memberi laporan."Mereka sudah berhasil mendobrak gerbang utama. Revandro masih berusaha menahan mereka, tapi jumlah mereka terlalu banyak!"Jia merasa dadanya mencelos. Revandro sendirian?Arvell melirik pria itu dengan tenang. "Berapa banyak orang kita yang tersisa?""Kurang dari setengah. Sisanya sudah tumbang atau mundur.""Bagus," jawa

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Kerja sama?

    Ruangan itu penuh dengan ketegangan yang hampir bisa dirasakan. Jia mencoba mengatur napasnya, namun gemetar tubuhnya tak bisa ia hentikan. Revandro menggenggam tangannya erat, sementara Arvell berdiri dengan raut wajah yang gelap dan penuh amarah."Aku tidak percaya," Arvell memecah kesunyian. "Pria itu pasti berbohong. Dia mencoba mengadu domba kita dengan ceritanya."Revandro tidak menjawab. Tatapannya tertuju pada Jia, menunggu penjelasan, tetapi Jia hanya menggeleng pelan. "Aku sungguh tidak tahu apa yang dia bicarakan... tapi liontin itu..." Suaranya melemah, seolah hanya mengakuinya saja sudah menyakitkan."Liontin itu... terasa familier," sambungnya dengan suara bergetar."Familiar bagaimana?" tanya Revandro tegas."Aku tidak tahu," jawab Jia, frustrasi. "Aku tidak ingat! Tapi aku merasa... seperti itu pernah menjadi milikku.""Kau harus ingat, Jia!" Arvell berseru, langkahnya maju mendekati Jia. "Pria itu jelas tahu sesuatu. Jika kau tidak tahu apa yang kau simpan, kita semua

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   dikejar masa lalu

    Jia mundur perlahan, matanya tetap terpaku pada sosok Ignatius yang berdiri tegak di ujung jalan. Ia tidak tahu bagaimana pria itu bisa menemukannya, tapi kehadirannya jelas membawa ancaman.Dari dalam, suara langkah kaki Revandro mendekat. "Jia, kau baik-baik saja?" tanyanya, suaranya penuh kewaspadaan.Jia menoleh cepat. "Dia ada di sana," ujarnya lirih sambil menunjuk ke arah jalan.Revandro langsung bergerak, pandangannya menyapu tempat yang ditunjukkan Jia. Tapi jalanan itu kini kosong. Tidak ada siapa pun."Dia ada di sana, aku melihatnya!" Jia bersikeras, merasa seolah kehilangan akal sehatnya.Arvell muncul dari dalam ruangan dengan alis terangkat. "Apa yang terjadi di sini?""Jia bilang dia melihat Ignatius," jawab Revandro, matanya masih waspada, menyisir setiap sudut.Arvell mendekati Jia, mengamati ekspresinya dengan saksama. "Dia ada di sini? Kau yakin itu dia, Jia?"Jia mengangguk ragu. "Aku melihatnya. Dia berdiri di sana... tersenyum padaku."Arvell melirik Revandro. "

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Ignatius...

    Suara tembakan yang menggema dari belakang semakin mengguncang hati Jia. Ia terpaksa mengikuti langkah cepat Revandro dan Arvell, meski pikirannya penuh dengan kekhawatiran untuk Kairos. Di lorong gelap yang semakin menyempit, Jia merasakan keheningan di antara mereka begitu menyesakkan.“Apa rencanamu sekarang, Arvell?” tanya Revandro dingin tanpa menoleh.Arvell, yang memimpin jalan, hanya memberikan seringai samar. “Rencana? Rencana utamaku adalah memastikan kita keluar hidup-hidup. Sisanya, kita lihat nanti.”“Jangan bermain-main denganku. Jika kau berani mengkhianati kami, aku akan—”“Sudah cukup,” potong Jia, suaranya gemetar tapi tegas. “Kalian berdua terus saling mengancam di tengah situasi seperti ini? Berhenti memperebutkan kendali, atau kita semua akan mati di sini!”Keduanya terdiam, seolah terkejut dengan keberanian Jia. Namun, langkah mereka terus berlanjut hingga tiba di sebuah pintu besi besar.“Ini jalan keluarnya,” kata Arvell sambil memutar sebuah roda besi yang men

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Berapa banyak yang harus dikorbankan?

    Jia berdiri membeku di tempatnya, matanya menatap tajam ke arah Arvell. Pria itu terlihat tenang, terlalu tenang, dan itu membuat Jia semakin curiga. Apa permainan yang sedang ia rencanakan?Kairos melangkah maju, wajahnya dipenuhi konflik. “Arvell, lepaskan dia. Ini bukan bagian dari kesepakatan kita.”Arvell menoleh ke Kairos dengan senyum yang hampir ramah. “Kairos, jangan campur tangan. Kau di sini karena aku mengizinkannya. Jangan lupa siapa yang memegang kendali.”Jia mengepalkan tinjunya. “Kendali? Kau pikir aku akan membiarkan diriku dimainkan olehmu? Jika kau punya sesuatu yang ingin dikatakan, katakan sekarang!”Namun, Arvell tidak terpengaruh oleh kemarahan Jia. Dia justru melangkah mendekat dengan gerakan yang penuh perhitungan. “Oh, Jia, kau selalu terlalu berani. Itulah yang membuatmu menarik.”“Berhenti bicara omong kosong,” potong Jia. “Apa tujuanmu? Dan apa hubungannya ini dengan Kairos?”Arvell tertawa pelan. “Tujuanku? Hanya memastikan kau tidak lepas dari pengawasa

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Welcome to the game

    Jia masih terdiam, pikirannya dipenuhi oleh teka-teki yang sulit ia pecahkan. Nama Kairos terus bergema di kepalanya, membangkitkan campuran emosi yang sulit ia jelaskan. Dalam pikirannya, ingatan akan pria tua itu semakin jelas.Dia ingat bagaimana Kairos tidak hanya sembuh dari luka-lukanya tetapi juga menjadi bagian penting dalam organisasi kecilnya dulu. Pria tua itu, meski tampak lemah, memiliki pengetahuan mendalam tentang strategi dan taktik yang jauh melampaui siapa pun yang pernah Jia temui. Kairos adalah penasihat diam-diam yang sering membantu Jia keluar dari situasi sulit tanpa meminta apa pun sebagai imbalan.Namun, suatu hari, pria itu menghilang. Tanpa jejak, tanpa pesan. Jia tidak pernah tahu ke mana dia pergi atau apakah dia masih hidup.---Kini, pertanyaan yang menghantui Jia adalah: apakah Kairos yang dia lihat tadi malam benar-benar orang yang sama?Jia memutuskan untuk mencari tahu. Dia meraih ponselnya, mengetik pesan singkat kepada salah satu koneksi lamanya ya

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Tentang Kairos

    Pria yang baru datang itu melangkah mendekat dengan tenang, namun setiap gerakannya membawa aura tekanan yang membuat semua orang menahan napas.Pemimpin kelompok bersenjata itu menegang, raut wajahnya berubah dari percaya diri menjadi penuh kehati-hatian. “Kami tidak mengharapkan kehadiran Anda di sini, Tuan...” Suaranya melemah, seolah takut menyebutkan nama pria tersebut.Revandro memperhatikan pria itu dengan tatapan tajam, instingnya langsung mengenali bahwa ini bukan orang biasa. Sementara Arvell berdiri siaga, matanya menyapu sekeliling, mencari tahu apa tujuan pria ini dan apakah ia sekutu atau musuh.“Jia,” suara pria itu akhirnya terdengar, datar namun penuh makna. Tatapannya yang dingin tertuju langsung pada wanita yang berdiri di antara kekacauan. “Apakah mereka mengganggumu?”Jia menatapnya dengan bingung, tak mengenali siapa pria itu. “Siapa... siapa Anda?”Pria itu tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia mengarahkan pandangannya pada pemimpin kelompok bersenjata. “Kamu

  • RANTAI CINTA MAFIA KEJAM   Sorot penuh makna

    Agatha berjalan cepat menuju tangga, menekan rasa cemas yang mulai merayap di dadanya. Setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat, namun tekad di dalam dirinya semakin kuat. Ia tahu, jika ia terus berada di sisi Rohander, ia hanya akan semakin terjerat dalam permainan yang tak pernah ia pilih. Meskipun ketakutan itu ada, rasa ingin tahu dan kebebasan yang lebih besar dari rasa takut itu mendorongnya untuk terus maju.Namun, di balik langkahnya yang mantap, Agatha bisa merasakan tatapan Rohander yang terus mengikuti setiap gerakannya. Rasanya seperti ada bayangan gelap yang terus membayangi setiap langkahnya. Begitu sampai di pintu kamar, Agatha berbalik, berhadapan dengan Rohander yang kini sudah berada di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata yang dalam, penuh dengan campuran antara kekhawatiran dan kemarahan yang terpendam."Agatha," suara Rohander rendah, namun ada ketegangan yang menebal. "Kau pikir, aku akan membiarkanmu pergi begitu saja? Tanpa penjelasan?"Agatha

DMCA.com Protection Status