Share

Bab 87. SIBUK

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-02-25 06:55:38

Asisten Dito membungkuk saat Nenek dari atasannya dan juga paman yang mengatakan jika dirinya sombong beranjak dan keluar ruangan memutuskan untuk pulang.

Akhirnya.....

Namun Asisten Dito tidak menimpali sama sekali ejekan dari beliau. Asisten Dito membiarkan saja Bara Atmanegara sesuka hati mengatakan jika dirinya sombong. Toh yang dia melakukan itu semua untuk Gama.

Bukan semata-mata karena inginnya. Yang Dito tau tidak dibenarkan untuk mengatur atasan. Bukannya begitu? Bawahan kok ngatur.

"Salam untuk Gama ya, Nak. Katakan jika nenek pulang dan Nenek tunggu di rumah. Semoga Gama cepat berubah pikiran dan mau menemui Nenek."

Nenek masih sama. Tidak berpikiran buruk dan sangat berharap. Asisten Dito pun sangat menghargai beliau. Sabar sekali menghadapi situasi seperti ini.

"Baik, Nek. Jika yang ini nanti akan saya sampaikan." Dito masih sangat sopan pada Nenek. Dia pun mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam lift kemudian menutup menunggu sampai pintu tertutup.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
semingguan ga mampir sini aku lagi g mood ,baru mulai baca lagi udah banyak bab nya
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Jangan2 mantan gama
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Siapa yg di tabrak Zoya ???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 88. Wanita Seksi

    Zoya tersentak kala seseorang membentaknya dengan sangat kencang. Dia pun terkejut saat tengah buru-buru menuju kamar mandi, tapi tak sengaja menyenggol seseorang yang melintas tiba-tiba di hadapannya. Mana sempat Zoya ngerem kalau orang tersebut saja tiba-tiba melintas entah dari mana. Zoya juga hampir terjatuh setelah menyenggol wanita yang kini menatap garang ke arahnya. Ya, orang yang Zoya tabrak hingga minuman yang dipegang tumpah semua ke tubuhnya adalah seorang wanita cantik berambut panjang. Terlihat ayu, tapi tatapan matanya sangat tajam ke arahnya. Namun sepertinya Zoya pernah bertemu dengan wanita itu. Siapa? Dia tidak mungkin salah orang, tapi entah dimana dan kapan atau hanya dirinya saja yang salah ingat. "Maaf, Mbak. Saya tidak sengaja. Akan saya gantikan nanti minuman anda. Lagipula saya juga basah karena gelas minuman yang anda bawa mengenai tubuh saya." "Heh, ya kapok aja! Kalau sampai mengenai saya, abis kamu sama saya! Udah jalan nggak pakai mata. Ma

    Last Updated : 2025-02-25
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 89. Ciuman Di Restoran

    "Tidak perlu!" sahut Gama kemudian pria itu mengangkat tangannya memanggil waiters yang melintas. "Mbak!" "Saya Pak?" tanya waiters itu kemudian mendekati Gama. "Iya kamu," jawab Gama dengan jari telunjuk yang mengarah pada waiters tersebut. "Saya pesan vanila latte untuk orang ini! Nanti langsung kasih saja ke dia dan juga, billnya kasih ke saya. Saya ada di meja sebelah sana." Gama menunjuk ke arah mejanya agar nanti memudahkan pelayan dalam mengantarkan bill tersebut. "Baik, Kak. Akan kami buatkan." Pelayan tersebut pun segera pergi dari sana untuk membuatkan pesanan. Gama menoleh ke arah Zoya kemudian meraih tangan Zoya. Pria itu mengangguk pada sang istri dan mengajak kembali ke meja mereka. "Ayo Sayang! Urusan kita sudah selesai," ajak Gama. "Tapi, Mas. Aku mau pipis dulu." Zoya pun menahan Gama hingga pria itu tidak jadi beranjak dari sana. "Ya sudah aku antar. Jangan sendiri, Sayang! Kamu membuatku khawatir. Apa saja terjadi denganmu saat jauh dariku m

    Last Updated : 2025-02-26
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 90. Menolak

    "Mas kamu jangan gila! Banyak yang memperhatikan kita. Aku malu banget sumpah! Bagaimana jika ada yang mengabadikan dan sengaja mempostingnya? Sekarang apapun bisa jadi bahan demi viral, Mas!" sahut Zoya menolak ajakan yang Gama berikan. Zoya pun terlihat menunduk menyembunyikan wajahnya dari tatapan mata pengunjung lain. Ngeri saja kalau sampai ada yang berniat memviralkan apa yang mereka lakukan. Bisa tenar jalur instan nanti mereka. Sementara Gama hanya menyeringai mendengar penolakan dari Zoya dan segala bentuk pemikirannya. Gama melirik ke arah wanita sexy di belakang sana yang nampak masih memperhatikan tapi terlihat kesal ke arahnya. Tatapan puas pun terlihat jelas di wajah Gama saat melihat itu. "Mas kamu sengaja banget!" ujar Zoya hingga tatapan mata Gama beralih padanya. "Terkadang manusia itu ada yang bebal juga. Jika dengan ucapan dia tidak bisa mengerti, bisa dengan tindakan agar orang itu paham siapa dia sudah menginginkan suami orang." "Kamu terlalu tampan

    Last Updated : 2025-03-01
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 91. Mas Lebih Cepat!

    "Astaga, Mas! Aku pikir siapa. Ya ampun jantung aku hampir lepas dari kandangnya." Zoya mengusap dadanya setelah dibuat sangat terkejut dengan kedatangan Gama. Dari mana pria itu masuk? Kenapa dia sampai tidak mengetahui pergerakannya tapi sempat merasakan kehadiran seseorang. Hanya saja aroma tubuh Gama kalah dengan sabun yang sedang ia gunakan. Gama sudah membuka semua pakaian dan kini masuk ke dalam bersamanya. Memeluk dengan lembut hingga Zoya terkejut mendapati sentuhan itu. Cup "Kamu terlalu menikmati mandimu, Sayang. Aku sejak tadi memperhatikanmu tapi kamu tidak tau. Apa setenang itu? Ini sabun baru, Sayang? Wangi banget badan kamu?" Gama mengecup kembali pundak polos Zoya. Terasa sekali sentuhan dari Gama membuat Zoya kembali terpejam dan mendongak memberikan kesempatan untuk pria itu merusuh lebih intens lagi. Padahal dia ingin rileks menikmati mandinya tapi Gama tidak bisa jika diam saja. Tangan pria itu sudah begitu nakalnya singgah di tempat-tempat yang mem

    Last Updated : 2025-03-02
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 92. Bohong

    "Euughh.... Siapa Mas yang telepon? Kamu berisik banget." Zoya sangat mengantuk tapi kalau ada suara-suara seperti tadi ya bakal terganggu. Apalagi terdengar Gama sedikit sewot. "Itu tadi Dito. Hanya ingin mengabari aku tentang nenek-nenek itu." Gama masuk ke dalam selimut kemudian mendekap tubuh Zoya. "Hmm... Ya udah tidur dulu, Mas. Besok lagi dipikirannya." Zoya berbalik kemudian membalas pelukan Gama. Keduanya pun tertidur tanpa memikirkan yang terjadi saat ini dengan Nenek. Di rumah sakit Wanita tua yang sangat ingin cucunya pulang itu tengah terbaring lemas di ranjang pesakitan. Tekanan darah beliau tinggi hingga membuat beliau pun sakit kepala dan akhirnya kesehatan mulai terganggu. Di sana beliau ditunggu oleh Bara dan juga sang istri yang ikut mengurus Ibu mertua. Hanya saja tetap beliau kepikiran dengan Gama dan sangat ingin melihat Gama pulang. "Sudah jangan dipikirkan terus masalah itu, Bu. Nanti kalau sudah butuh juga akan pulang. Ibu terlalu memikirkan a

    Last Updated : 2025-03-02
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 93. Ayo Ikut, Sayang!

    "Aku nggak bohong, Mas. Aku buatkan kopi untuk kamu, oke!" ujar Zoya menyangkal pertanyaan Gama. Cup Zoya pun berlalu setelah mengecup bibir Gama. Satu kecupan itu untuk menenangkan sang suami yang sedang curiga padanya. Zoya pun memilih untuk menyiapkan sarapan sekalian. Sesekali membantu Bibi meskipun tujuan yang sebenarnya itu adalah untuk meredam hatinya yang gelisah. Apa salahnya? Kenapa masih sulit sekali memiliki keturunan? Manusia punya batas kesabaran. Bagaimana jika Gama habis kesabaran karena dia yang tak kunjung memberikan anak? Zein saja bisa berubah. Mungkin Gama pun juga. Terlebih Gama sudah sangat menginginkan. "Bi, dulu Bibi pas punya anak itu, jeda berapa lama setelah menikah, Bi?" tanya Zoya pada Bibi yang kemudian terlihat berpikir setelah mendapatkan pertanyaan darinya. "Cepet kayaknya Nyonya. Eemm... Dua atau tiga bulan gitu udah isi. Alhamdulillah anak lima jedanya nggak lama. Jadi begitu Bibi stop kemudian menunggu mereka besar dan memutuskan ke

    Last Updated : 2025-03-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 94. Hasil Pemeriksaan

    Sampai di dalam Zoya lebih banyak diamnya, tapi dia memutuskan untuk mengikuti pemeriksaan karena penasaran. Sebenernya tidak ada keluhan apa-apa. Hanya saja, mana tau jika ada sesuatu. Beberapa lama di dalam, akhirnya mereka mendapatkan hasil dari pemeriksaan yang mana keduanya dinyatakan sehat. Gama seolah tau, terlihat dari senyumannya yang berbeda. Hanya saja kegelisahan Zoya seolah terbaca oleh Gama hingga pria itu berinisiatif untuk memeriksakan diri. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bapak dan Ibu sehat. Mungkin sedang diminta untuk lebih dulu menghabiskan waktu berdua dengan pacaran." Dokter tersebut tersenyum pada mereka. Kata-kata beliau begitu menenangkan tetapi Zoya tidak dengan serta merta lantas bisa tenang. "Tapi saya menikah sudah lama, Dok." Akhirnya Zoya pun buka suara akan itu. Dia menatap penuh harap tanpa menoleh ke arah Gama yang lebih tenang menyikapi ini semua. "Tapi Ibu sehat, insyaallah akan segera mendapatkan momongan, tapi kembali lagi, kita

    Last Updated : 2025-03-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 95. Sena Yang Agresif

    "Hay ngapain di sini? Apa salah kamar atau kalian mencari tau tentang saya hingga sampai di sini? Perkara air minum itu belum selesai? Kalian ingin kembali meminta maaf setelah paham siapa yang salah?" tanya wanita itu. Wanita yang ada di hadapan mereka adalah wanita seksi yang kemarin mereka temui di restoran. Kenapa bisa ada di kamar rawat inap nenek? Pertanyaan itu bukan hanya ada di dalam pikiran Gama tapi juga Zoya. Mereka tidak menyangka bagaimana bisa bertemu kembali dengan wanita itu. "Siapa , Sen?" tanya wanita dari dalam ruang kamar inap nenek. Terlihat wanita paruh baya yang masih cantik keluar dan memperhatikan mereka. "Ini Mah, mereka itu orang yang aku temui kemarin di restoran. Mereka... " "Gama?" Dari sisi lain, Bara datang dan mengenali hingga membuat Sena, yang mana putri dari Bara tersebut nampak tercengang melihat sang ayah mengenal pria yang membuat Sena tertarik sejak pandangan pertama. "Jadi ini Kak Gama, Pah?" tanya Sena yang meminta kejelasan

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 156. Yang Nggak Ada Kamunya

    "Sayang.... " "Keluar, Mas! Kamu tidak tuli 'kan?" tanya Zoya dengan sangat jengkel sekali. Rasanya ingin getok kapala Gama. Hawanya kok ya kesal. Tatapan mata Zoya tajam pada Gama yang memperhatikan dengan begitu intens. "Kenapa, Yank?" tanya Gama. "Keluar! Nggak ada apa-apa. Sana!" Zoya mendorong tubuh Gama yang tidak mau mendengarkan. Sewot sekali Zoya tetapi sayangnya Gama tidak mau menyerah. Gama tidak kunjung beranjak dari sana. Tidak mau juga pergi dari samping Zoya. Tidak mau sama sekali meninggalkan Zoya yang saat ini tengah merajuk. Mimpinya Zoya bangun, mereka akan melepaskan rindu. Namun sayangnya tidak begitu. Keduanya malah musuhan setelah Zoya sadar. "Jangan gini, Sayang! Aku di sini aja. Kamu kalau main tidur silahkan! Jangan banyak yang dipikirin biar kamu cepat sembuh. Kamu terlalu overthinking Sayang. Aku. temani ya." Gama mengusap kepala Zoya. Pria itu tidak sama sekali membiarkan Zoya sendirian. "Mas kamu tuh kenapa sich? Nggak ngerti banget tau

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 155. Kamu Berisik!

    Lama Dokter memeriksa sampai dimana ruangan itu kembali terbuka. Gama oun bergegas beranjak dari sana kemudian mendekati dokter tersebut. "Bagaimana dengan istri saya, Dok?" tanya Gama dengan wajah yang sangat khawatir sekali. Namun sebisa mungkin berpikir positif akan semua yang terjadi. Sudah cukup dia merutuki dirinya sendiri tadi. "Kondisinya sudah kembali stabil. Jangan dulu diajak bicara banyak dan juga jangan biarkan lama-lama berinteraksi karena masih dalam tahap pemulihan. Pasien masih harus banyak beristirahat." "Baik Dok. Apa saya sudah boleh masuk? Saya ingin bertemu, Dok." "Silahkan tapi pasien belum ingin bertemu. Kebetulan sudah kembali sadar dan mengatakan pada saya jika ingin lebih dulu sendiri. Jadi saya sarankan jangan dulu diganggu! Ini semua demi kesehatan pasien. Nanti jika sudah lebih baik lagi, Bapak bisa kembali menjenguk." Gama menghela nafas berat mendengar itu. Jadi tidak boleh dulu bertemu? Padahal ingin sekali dia menjelaskan dan memeluk Zoy

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 154. Sena Istrimu, Mas?

    "Aku tidak keberatan, Pah. Aku akan ikut kemana pun suamiku berada. Tidak usah memikirkan aku. Lagi pula Zoya sedang sakit, tidak mungkin aku bersenang-senang di saat dia sedang seperti ini." "Syukurlah, ya sudah kami pamit. Jaga dirimu baik-baik! Papah selalu merindukanmu, Nak." "Iya, Pah." Mereka pun pergi, Gama dan Sena masih di sana sampai ketiga keluarga mereka sudah tak lagi terlihat. Gama diam memperhatikan kemudian menoleh ke arah Asisten Dito yang terdiam si belakangnya. "Bawa pulang dan pasung dia!" DEG. "Kak!" Sena hendak meraih tangan Gama tetapi Asisten Dito lebih dulu menangkap tubuh wanita itu. "Baik, Tuan." "Lepaskan aku!" pinta Sena dengan wajah panik. "Kak aku tidak gila kenapa kamu memasungkku?" seru Sena menghentikan langkah Gama yang hendak masuk ke dalam. "Siapa bilang kamu tidak gila? Orang gila yang akan menyakiti tanpa berpikir panjang karena dia tidak punya otak!" sahut Gama kemudian masuk kembali ke ruangan Zoya sedangkan Sena kemba

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 153. Honeymoon

    "Oh tidak, aku hanya bertanya saja Kak. Hanya ingin tau. Tidak lebih," jawab Sena kemudian menoleh kembali ke arah Zoya. "Jangan terlalu lama memandang istriku!" ujar Gama memperingati. "Namanya Dito, sudah berapa kali kamu dibuat keluar olehnya? Senang?" tanya Gama membuat Sena kembali menoleh ke arahnya. "Kak aku... " "Kamu itu wanita gatal, Sena! Dengan siapapun kamu mau. Jangan lagi berharap denganku! Aku tidak akn sudi melakukan lebih untukmu! Berani kamu fitnah aku setelah akhirnya kamu hamil, maka jangan salahkan aku jika aku sendiri yang akan mematahkan lehermu!" Seolah sudah mengerti ujungnya, Gama sudah lebih dulu antisipasi. Dia tau jika Sena itu licik. Bisa jadi hamil dengan Dito lalu meminta tanggung jawab dengannya. "Kak aku tidak berpikiran sampai sana!" "Bagus! karena aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu! Jadi sebelum kamu berbuat curang, sudah lebih dulu aku lawan!" sahut Gama kemudian pintu terbuka dan masuklah Dito. "Maaf Tuan, aada kelua

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 152. Mau Aku Puaskan?

    "Ayo mandi! Pak Gama meminta kamu untuk datang ke rumah sakit." Dito mendekati Sena setelah panggilan dari atasannya dimatikan. Langkahnya membawa pada wanita itu yang bergelung selimut di lantai. Masih tanpa busana jika dilepas selimutnya. Dito pun membongkar selimut itu membuat tubuh Sena terguling sedikit menjauh. "Kamu ini!" pekik Sena tidak terima. "Tidak mungkin kamu ke rumah sakit dengan menggunakan selimut seperti ini, atau mau telanjang saja, hhm?" tanya Dito santai tapi dia bergerak membuka ikatan di kaki Sena dan membantu wanita itu untuk beranjak dari sana. "Mau apa?" tanya Sena dengan selidik. "Mau memandikan kamu," jawab Dito kemudian meraih lengan Sena agar segera masuk ke dalam kamar mandi. "Lepas! Aku bisa sendiri!" sentai Sena dengan suara bernada kesal. Sena benar-benar masih tidak terima karena semalam dia sempat dibuat tersiksa oleh Dito. "Aku nggak mau kamu siksa lagi! Aku tau di dalam sana pasti kamu akan kembali menyentuhku!" "Percaya di

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 151. Cairan Surgawi

    Sejenak Dito membiarkan dulu Sena menggatal dengan miliknya. Tak juga melepaskan tangannya yang kini masih menempel mengerjai Sena. "Buka Kak!" "Apanya?" tanya Dito yang kini menunduk memperhatikan Sena. Wanita itu sangat liar dan tatapannya sangat menggoda. Belum lagi lidahnya yang menjulur membuat Dito semakin ingin merasakannya. "Celananya." Dito tersenyum miring mendengar itu kemudian meraih pipi Sena dan mengapitnya hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Kamu minta milikku, kamu mengemis padaku hanya ingin dipuaskan oleh Kacung sepertiku? Sayangnya Kacung ini tidak suka denganmu. Wanita jahat yang tega menyakiti wanita lain. Kacung ini lebih suka dengan wanita baik-baik yang masih lugu, sekali pun kamu sangat menggoda imanku!" "Jangan sok jual mahal! Milikmu sudah berdiri dengan kencang." "Ya, aku sudah katakan tadi. Jika aku tergoda denganmu, tapi aku tidak akan menyentuhmu lebih dalam jika kamu belum mengakui kesalahanmu di depan keluar dan orang b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 150. Masukkan dan Puaskan Aku!

    "Jangan!" Sena kembali melarang tetapi Dito membuat wanita itu semakin belingsatan dan tak bisa diam. Sena kewalahan merasakan gejolak yang menggebu meminta dituntaskan. Dito benar-benar gila malam ini. Sisi kalemnya tertutup karena Sena yang kurang ajar dan licik tentunya. Namun sebagai pria normal tentu dia merasakan tubuhnya bereaksi dengan sempurna. Hanya saja Dito mampu menahan dan terus saja dia mengerjai Sena. Tangan Dito bergerak semakin menyiksa dan lidahnya ikut serta memberikan sapuan di tubuh Sena yang membuat wanita itu semakin bergairah. "Ampun, Kacung!" "Panggil namaku dengan benar! Aku bukan kacungmu!" sahut Dito dengan suara mendesis pada Sena yang kini sudah tak lagi mengenakan apapun. Dito sempat terpanah kembali melihat bagian inti Sena yang mulus terurus. Sepertinya memang Sena merawatnya dengan baik sama seperti Sena merawat tubuhnya hingga terlihat seksi begini. "Aku nggak kuat! Sudah! Jangan buat aku... " "Apa? Sange? Kamu sange parah? M

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 149. Milikmu Sudah Basah

    "Kamu pikir aku perempuan gampangan?" sahut Sena tak terima dengan apa yang Dito katakan. "Bukannya seperti itu? Kamu gampang terpikat hanya karena paras yang tampan hingga membuat kamu menjadi gila dan menyakiti sesama wanita." "Tapi bukan kamu yang hanya kacung!" sahut Sena menciptakan seringai tipis di wajah Dito. Begini membuat penilaian Dito pada Sena bertambah semakin buruk saja. "Aku kacung tapi aku bukan kriminal seperti kamu! Sekarang waktunya mandi, sudah selesai makannya, Njing?" tanya Dito yang semakin membuat Sena marah. "Sialand kamu! Pergi kamu dari sini! Aku bukan binatang!" sentak Sena tidak terima. Tatapan wanita itu semakin tajam pada Dito yang tertawa melihat kemarahan Sena dengan mulut wanita itu yang kotor. "Ya kamu memang bukan binatang tapi kelakuan kamu sudah seperti binatang yang bisa mencabik sesamanya. Mandi sekarang!" Dito tidak minat walaupun Gama memberikannya kebebasan. Awalnya dia terpesona melihat Sena apalagi postur tubuh wanita itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 148. Ampun Kak!

    "Akh! Ampun Kak!" teriak Sena setelah ikat pinggang Gama melingkar di kedua tangan wanita itu dan Gama menariknya hingga tangan Sena terasa sakit. Tak cukup sampai di situ, Gama pun menarik kedua kaki Sena dan mengikatnya dengan dasi yang ia kenakan hingga wanita itu tidak lagi bisa melakukan apapun. "Kamu pikir aku akan sudi menyentuhmu lebih dalam lagi, hmm? Menyentuhmu sama saja aku menyentuh seorang pembunuh. Najis!" ujar Gama dengan sinis. Tangan Gama mengalir kedua pipi Sena dan menariknya hingga wanita itu mendongak kesakitan. Kedua mata Sena pun basah dan menggeleng meminta dilepaskan. "Kak aku mohon, lepaskan aku! Ampun Kak." "Permohonanmu sudah terlambat Sena. Aku akan menyiksamu sebelum memasukkanmu ke dalam penjara. Kamu, tanganmu, dan otakmu, aku pastikan akan lumpuh!" Kedua mata Sena terbelalak mendengar itu. Gurat ketakutan semakin nyata terlihat. Sena kembali menggelengkan kepala dan mencoba memberontak. tetapi tidak bisa. Gama meraih selimut dan m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status