Home / Rumah Tangga / RAHASIA SUAMIKU / Tulang Rusuk Yang Patah

Share

Tulang Rusuk Yang Patah

last update Last Updated: 2022-08-02 20:36:56

Kinan melanjutkan pertanyaannya. Berharap rasa penasarannya akan terjawab. Mungkin sekarang ini saatnya untuk meluapkan emosi yang selama ini terlah bergumul di dadanya.

"Iya ... Kalau cukup uangnya, Abang berencana ingin berkebun sawit. Lumayanlah pengisi hari Sabtu dan Minggu. Lagi pula itu bentuk investasi keluarga kita. Abang selalu berpikir untuk jangka panjang. Bukan hanya sekarang saja."

Ardi merasa tak ada yang salah dengan rencananya. Dia bertanggung jawab pada masa depan keluarganya. Bahkan sejak saat ini, semua itu telah dipersiapkannya. Toh dia juga menggunakan uang tabungannya sendiri, tak meminta pada Kinan. Hasil biji sawit yang terjual nanti dapat ditabung kembali untuk masa depan mereka. Dimana letak salahnya?

"Abang hebat ya! Abang punya tabungan, tapi aku sebagai istri menghabiskan seluruh uang yang kudapat untuk kebutuhan rumah tangga kita. Aku ini tulang rusuk, Bang. Bukan tulang punggung. Bukan kepala keluarga yang harus menafkahi keluarga kita. Menanggung semua beban dan kebutuhan rumah tangga kita."

Akhirnya isakan tangis itu tak dapat lagi ditahan Kinan. Hatinya merasa terluka dengan kejujuran yang diungkapkan Ardi, suaminya. Laki-laki ini sungguh luar biasa.

"Tabungan Abang kan buat keluarga kita juga, Dek. Kamu tahu sendiri, Abang tak pernah nongkrong bareng teman-teman. Apa yang Abang lakukan, pasti untuk masa depan kita. Kamu harus percaya itu!"

Kinan tak mengerti pola pikir suaminya itu. Menganggap urusan memenuhi kebutuhan rumah tangga sebagai bagian kewajiban istri tentunya bukan cara berpikir yang benar. Cara berpikir yang teramat sangat salah bagi Kinan. Sungguh bertolak belakang dengannya.

"Lantas apakah memenuhi segala kebutuhan rumah tangga adalah tanggung jawabku, Bang?"

Lirih pertanyaan itu Kinan utarakan. Bahkan seluruh sendinya terasa lunglai, tak mampu lagi digerakkan.

"Bukan masalah tanggung jawab, Dek! Kita hanya berbagi urusan. Gajimu untuk kebutuhan hidup dan gaji Abang untuk kebutuhan masa depan. Bukankah pembelian rumah ini adalah salah satu contohnya? Abang tak pernah mengungkit-ungkit tentang pinjaman yang harus Abang tanggung karena membeli rumah ini kan? Maksud Abang, kamu juga seperti itu, Dek."

Ardi menyampaikan cara berpikirnya dengan tenang, tak ada beban. Kinan yang justru merasa emosinya sedang berkumpul di ubun-ubun. Berusaha tak marah, tapi tak bisa. Bagaimana bisa seorang suami dengan santainya berkata seperti itu? Ardi sepertinya harus dirukyah. Ada yang salah dengan susunan sel-sel sarafnya. 

"Jadi Abang berpikir seorang istri juga harus bertanggung jawab dengan segala kebutuhan rumah tangga?"

Kalimat itu terucap dengan nada tinggi. Kinan tak mampu lagi mengendalikan emosinya. Semoga Rafif tak terbangun karena mendengar lengkingan suaranya.

"Ya iyalah, Dek! Menikah itu ibadah yang dilakukan bersama. Maka segala tanggung jawab rumah tangga itu dipikul bersama. Karena itu, Abang tak pernah melarangmu bekerja. Kenapa? Karena Abang tahu hasil yang kamu peroleh juga untuk membantu kebutuhan rumah tangga kita. Kamu juga kan tahu, Dek ... Abang yang membantu kamu agar dapat pekerjaan yang sekarang? Belum tentu kamu diterima di sekolah itu kalau bukan karena rekomendasi Paman Imam kan?"

Kinan meringis dalam hati. Semudah itu Ardi mengungkit jasanya, walau itu sebenarnya tak pernah ada. 

"Jadi Abang sengaja menyuruhku bekerja agar uangnya dapat untuk belanja kebutuhan rumah tangga?"

Kinan tak peduli lagi jika suaranya harus terdengar tetangga sebelah rumah. 

"Asal Abang tahu, aku diterima di sekolah itu karena aku memang layak untuk lulus. Bukan karena rekomendasi. Camkan itu, Bang!"

Ardi tersentak saat mendengar ucapan Kinan. 

"Siapa bilang? Kamu tahu sendiri, banyak orang yang mengajukan lamaran. Tapi hanya sedikit saja yang diterima kan? Kenapa? Karena gaji di sana lebih besar dibandingkan sekolah lain. Karena itu orang akan berebut dengan lowongan yang ada di sana. Jika tak ada rekomendasi paman, kamu tak akan pernah diterima di sana."

Kinan mengepalkan telapak kanannya. Jika tak ingat dosa, rasanya ingin menampar wajah laki-laki yang sungguh tak waras otaknya ini.

"Pihak yayasan tak pernah menerima orang bekerja di sana karena sebuah rekomendasi, Bang! Camkan itu! Jadi, jika aku bekerja di sana, itu karena kemampuanku yang memang layak untuk diterima. Ingat itu, Bang! Jangan selalu merendahkanku! Berhenti membuatku selalu seperti merasa berhutang budi dengan keluarga Abang!"

Kinan menatap tajam pada Ardi. Tak sedikit pun matanya mengedip saat melepaskan perkataan yang pedas kepada suaminya itu.

"Satu lagi, Bang! Abang harus banyak belajar lagi tentang makna sebuah pernikahan! Tentang tanggung jawab suami kepada istrinya! Jangan jadikan aku sebagai tulang rusukmu, Bang ... jika harus kamu patahkan seperti ini!'

Tangisan menutup ungkapan hati Kinan. Wanita itu memilih pergi, beranjak dari hadapan suaminya yang masih tak mengerti dengan kesalahan yang diperbuatnya. 

Related chapters

  • RAHASIA SUAMIKU   Lelah?

    Seminggu berlalu sejak Kinan mulai mencoba mengungkapkan isi hatinya pada sang suami. Tak ada perubahan yang dirasakan Kinan atas diri Ardi. Belanja kebutuhan sehari-hari tetap Kinan lakukan walau kadang dengan perasaan dongkol. Tapi jika tak belanja, dirinya dan Rafif harus makan apa?Percuma berharap kepada manusia yang hatinya bagaikan batu seperti Ardi. Hanya melelahkan saja untuk berbicara banyak hal terkait tanggung jawab padanya, tak ada gunanya. Yang ada ubun-ubun akan dipenuhi emosi saja nantinya.Kinan memasuki rumah yang tampak sepi. Jam mungil di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul empat sore. Rasa lelah benar-benar mendera tubuhnya. Hari Minggu yang harusnya digunakan untuk beristirahat dihabiskan Kinan untuk manggung di hajatan nikah. Bernyanyi, menyalurkan bakat sekaligus menyalurkan emosi agar tak memicu stres. Dan yang paling penting juga, ada beberapa lembar helaian biru yang akan Kinan terima setelah itu. Lumayan untuk belanja satu ming

    Last Updated : 2022-08-03
  • RAHASIA SUAMIKU   Sebuah Rahasia

    Kinan bersuara sembari menatap wajah Yuk Diana. Memastikan jika ucapan wanita itu tak salah."Ayuk bukannya tak tahu, bagaimana Ardi memperlakukanmu selama ini. Ayuk mengenal Ardi sudah sejak lama. Bukan baru sekarang seperti dirimu."Kinan mulai mengerti arah pembicaraan wanita yang ada di hadapannya. Tapi rasanya, tak elok membuka aib suami sendiri kepada orang lain. Sekecewa apa pun dirinya pada Ardi, Kinan harus tetap menghargai laki-laki yang bergelar suaminya itu. Aib rumah tangga tentunya akan menjadi rahasia suami dan istri saja. Tak patut rasanya diumbar kepada siapa pun tentunya. Sesakit dan sekecewa apa pun dirinya pada sikap dan perlakuan lelaki itu, tetap saja status itu masih disandangnya sampai sekarang. Masih kewajibannya untuk menjaga keburukan lelaki itu."Ardi baik pada Kinan, Yuk. Mengapa Ayuk sampai berpikir Ardi memperlakukan Kinan dengan buruk?" Kinan mencoba berkelit. Aktivitas makan rujak tetap dilanjutkannya, seolah tak ada beban

    Last Updated : 2022-08-03
  • RAHASIA SUAMIKU   Restu

    Sejak perbincangannya dengan Yuk Diana sore itu, batin Kinan semakin tak tenang. Hatinya selalu menduga-duga, apakah yang dikatakan Yuk Diana itu benar adanya? Apakah Ardi benar-benar telah melakukan perbuatan itu hanya untuk mendapatkan dirinya?Bukan hanya sekali atau dua kali, berkali-kali Kinan mendapatkan pertanyaan tentang pilihannya untuk melabuhkan hati pada Ardi. Bukan hanya dari orang lain, bahkan dari kedua orang tuanya sendiri. Bahkan sejak awal dirinya memohon restu."Kamu yakin mau menikah dengan Ardi, Nan? Maaf ... bukan Bapak tak setuju dengan pilihanmu. Bapak juga bukan tipikal memilih-memilih menantu. Yang penting anak Bapak bahagia, itu yang utama."Tampak Bapak menarik napas dalam-dalam. Putri pertamanya sudah dewasa, sudah layak untuk berumah tangga. Namun entah mengapa, hati kecilnya merasa tak rela dengan pilihan hati gadisnya."Perkenalanmu dengan Ardi baru enam bulan, cukup singkat bagi Bapak dan Ibu. Kamu sarjana, Nan. Se

    Last Updated : 2022-08-04
  • RAHASIA SUAMIKU   Prasangka

    Kinan melanjutkan gerakan tangannya yang sempat terhenti. Diambilnya piring dari rak. Saat hendak mengisi piringnya dengan lauk, lagi-lagi Kinan terperanjat. Lauk yang sudah dimasaknya tadi pagi hampir tak bersisa. Ayam yang dimasaknya dengan pucuk daun kedondong hanya tersisa beberapa potongan kecil saja. Tanpa daging sama sekali. Perut yang sudah terasa lapar memaksa Kinan tak banyak bicara. Diambilnya seluruh potongan ayam yang tersisa. Untung saja, pucuk daun kedondong yang ditambahkan dalam masakan khas daerah mereka itu cukup banyak. Cukup menjadi penambah lauknya siang menjelang sore itu. Daripada hanya sekadar makan nasi putih saja.Tepat suapan terakhirnya, Kinan melihat Ardi keluar dari kamar tidur. Raut wajahnya tenang, tak ada rasa bersalah. Wajahnya segar, berbanding terbalik dengan wajah Kinan yang menahan lapar dan rasa kesal."Abang habiskan lempah kuning ayamnya ya?"Kinan tak sabar mendapatkan jawaban atas praduganya. Sebenarnya

    Last Updated : 2022-08-04
  • RAHASIA SUAMIKU   Sia-Sia

    Kinan meletakkan gawainya di atas kasur. Dua puluh menit Kinan menghabiskan waktu berbincang dengan ibunya. Tak bertatap muka secara langsung, namun cukup untuk mengobati rasa rindu di hati atas wanita yang telah melahirkannya itu. Jarak yang membentang di antara mereka. Meskipun di pulau yang sama namun tetap saja Kinan tak dapat sering-sering menemui orang tuanya. Ada tanggung jawab yang tak boleh diabaikannya.Saling bertukar kabar, Kinan tetap memilih menutup semua pedih dan rasa sakit hati atas perlakuan suaminya. Bagaimanapun, Ardi adalah pilihannya. Lelaki yang dipercayainya dengan sepenuh hati dan jiwa sebagai sandaran hidup untuk menua. Bukan hasil perjodohan orang tuanya. Apalagi ayahnya cukup merasa keberatan atas sosok laki-laki yang dipilihnya itu sejak awal. Restu itu terpaksa diberikan karena Kinan yang bersikeras.Kinan menghela napas panjang. Kabar yang disampaikan ibunya tadi cukup membuat otaknya berpikir keras. Bukan tentang kesehatan kedua oran

    Last Updated : 2022-08-05
  • RAHASIA SUAMIKU   Adikmu, Bukan Adikku!

    "Aku minta sekali ini saja kamu mampu menggunakan hati dan otakmu, Bang! Aku mau kita memberikan uang untuk membantu resepsi Sekar nantinya. Paling tidak ... kita menyumbang satu pondok makanan nanti. Aku malu jika tak memberikan apa-apa, Bang! Aku bekerja, kamu juga bekerja. Tak mungkin kita tak menyumbang apa-apa, Bang!"Akhirnya Kinan harus berkata cukup keras untuk menyampaikan niatnya. Semoga Ardi paham dengan maksud hatinya."Apa kamu tak malu jika kita tak ikut menyisihkan sedikit rezeki kita pada Sekar, Bang? Aku malu! Walaupun mungkin Abang sudah putus urat malu itu."Apa Abang melarangmu? Kan tidak, Dek. Abang sudah bilang, jika ada uang ... berikan semampumu. Abang tak melarang. Silahkan!"Kinan harus berkali-kali mengucapkan istighfar. Walaupim reaksi Ardi sudah diduganya, tetap saja rasa kesal dan emosi muncul saat berhadapan dengan laki-laki ini. Hati boleh sama bentuknya, namun tak semua orang ternyata memiliki nurani. Jik

    Last Updated : 2022-08-05
  • RAHASIA SUAMIKU   Kedatangan Ipar

    Kinan menggantung mukena yang baru saja dipakainya untuk salat Asar di cantolan samping lemari. Tubuhnya sangat lelah hari ini. Hari Minggu, hari yang seharusnya dimanfaatkannya untuk beristirahat dan menyiapkan tenaga yang kuat untuk aktivitas seminggu ke depan nantinya.Namun itu tak berlaku bagi Kinan. Hari Minggu akan dihabiskannya untuk menambah pundi-pundi tabungannya. Bukan karena gila harta, tapi semua itu terpaksa harus dilakukannya untuk tetap kuat menjalani kenyataan hidup yang sesungguhnya sangat jauh berbeda dengan khayalan masa remajanya.Tadi saat hendak menjemput Rafif di rumah Yuk Diana, gawai Kinan berdering. Wanita yang hendak ditemuinya itu mengabarkan agar tak buru-buru menjemput Rafif. Batita itu sedang tidur pulas. Bahkan, Yuk Diana menyarankan agar Kinan beristirahat saja lebih dulu. Rafif akan diantarkannya jika nanti sudah bangun.Kinan meluruskan punggungnya yang terasa sangat penat. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar

    Last Updated : 2022-08-06
  • RAHASIA SUAMIKU   Perhitungan

    "Kamu nggak keberatan kan Nan, kalau Kakak dan anak-anak menginap seminggu di sini?"Pertanyaan yang disampaikan Indah menyadarkan Kinan dari lamunannya. Karena keterkejutannya tadi, Kinan menjadi tak sadar diri jika ada orang lain di dekatnya."Tentu tidak, Kak. Kinan senang sekali malahan. Kami tak sempat mengunjungi Kakak ... Kakak yang mengunjungi kami. Maaf, Kak. Bukannya tak mau, hanya belum sempat membagi waktu saja."Kinan menyunggingkan senyum kecil di bibirnya, mencoba menghalau kebingungan yang sedang terjadi di balik ketidakjujuran Ardi, suaminya. Sambil melangkah menjinjing dua kardus di tangannya, Kinan menebak-nebak arah pikiran Ardi. Harusnya lelaki itu memberitahukannya tentang kedatangan dua wanita ini. Bohong rasanya jika Ardi sampai lupa dan tak ingat. Jika memang lupa, bukankah dapat mengabarkan Kinan dengan menelepon atau mengirimkan pesan? Bukan menjebak Kinan dengan cara seperti ini.Kinan akhirnya menemukan alasa

    Last Updated : 2022-08-06

Latest chapter

  • RAHASIA SUAMIKU   Rahasia Yang Akhirnya Terungkap (ENDING)

    "Bang,dimana kau!" pekik Kinan dengan langkah yang tergesa. Mengabaikan tatapan heran dia lelaki yang memandangnya sejak mematikan mesin motor tadi. Tak peduli tanah yang sedikit becek akibat hujan sesaat barusan, Kinan tak dapat lagi menahan lama-lama emosi yang menggelegak di dadanya. Pernyataan yang disampaikan Fauzan tadi benar-benar membuatnya naik pitam. Mengapa sosok itu harus dia? Bukankah selama ini lelaki itu yang seolah menjadi sahabat dekat mendiang suaminya? Hanya berpura-pura ternyata. Lelaki itu tak lebih dari manusia munafik. Berpura-pura baik, menikam dari belakang. Kinan sempat tercengang saat mendengar nama yang disebutkan Fauzan itu. Menggelengkan kepala menunjukkan ketidakpercayaannya. Bahkan Kinan sempat meminta Fauzan mengulanginya kembali. Memastikan agar lelaki itu tak salah mengeja nama yang akhirnya akan menjadi fitnah. Namun Fauzan mempertegas semuanya. Gendang telinganya tak salah menangkap gelombang suara. Sosok i

  • RAHASIA SUAMIKU   Pengakuan

    Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Fauzan. Lelaki itu tampak merasa serba salah. "Mengapa Abang tak menjawab pertanyaanku? Jangan bilang Abang menyesal telah mengatakan semua ini kepadaku!" tukas Kinan dengan tegas. Tatapan mata Kinan semakin menghujam. Membuat Fauzan semakin gelisah. Helaan napas panjang Fauzan terdengar jelas di tengah pemakaman yang sepi tanpa peziarah lainnya. Tampak beban berat seolah menggurat di wajah lelaki itu. "Abang tak bilang begitu. Hanya saja, Abang pikir semua kisah itu telah terungkap tanpa sisa. Ternyata Abang salah. Harusnya Ardi pergi tanpa belenggu rasa bersalah yang selalu membebaninya."Kinan mengernyitkan dahinya. Tak lama kemudian tangan kanannya bergerak ke arah pelipis. Memijatnya perlahan untuk menghalau rasa sakit yang mulai mendera. "Aku tak paham apa yang Abang katakan. Mungkin lebih baik Abang katakan saja langsung. Tak perlu berbelit-belit. Lagi pula aku tak ingin berlama-

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Pelakunya?

    Fauzan tampak tersentak. Sepertinya tak menduga jika Kinan akan menanyakan hal ini kepadanya. "Mengapa Abang terlihat terkejut? Abang pikir … aku tak tahu semua itu? Aku tahu, bukan tak tahu apa-apa seperti yang Abang pikirkan."Kinan mencoba menepis keraguan di hati Fauzan. Dirinya tahu tentang masa lalu suaminya. Pun dirinya mencoba berdamai dengan semua itu. Walaupun perceraian yang semoga menjadi penyelesaiannya saat itu. "Setelah Ardi pergi? Atau justru saat awal kalian menikah dulu?"Kinan menggelengkan kepalanya. Perlahan namun pasti. "Bukan keduanya. Aku tahu beberapa waktu sebelum kepergian almarhum. Dan itu pun secara tak sengaja. Berawal dari banyak hal yang memang almarhum coba sembunyikan.  Namun Allah punya kehendak, yang mungkin tak sama seperti yang kita harapkan."Kembali Fauzan tertegun. Tak mampu lagi berkata apa-apa. "Aku tak akan dan tak sedang ingin membicarakan hal itu lagi. Aku hanya ingin mem

  • RAHASIA SUAMIKU   Teman Lama

    Beranjak dari posisi berjongkok, Kinan masih tertegun. Tak mengenal sosok yang ada di belakangnya. Bahkan setelah Kinan membalikkan tubuhnya, tetap saja tak ada ingatan yang tersisa tentang lelaki ini. "Maaf … Abang siapa? Mengenal almarhum suami saya?" tanya Kinan sembari menunjukkan raut wajah bingungnya. Dahinya mengernyit mencoba menguatkan kerja memori otaknya. "Ini makam Ardi kan? Soalnya petunjuk yang aku dapatkan tadi menunjukkan arah ini."Seolah tak peduli dengan pertanyaan Kinan, lelaki itu memajukan tubuh dan menajamkan netranya. Kacamata hitam yang tadi dikenakannya berpindah tempat. Tak lagi menempel di hidung, melainkan menggantung di kancing kemeja kotak-kotak yang dikenakannya."Tak salah lagi. Benar, ini makam Ardi."Lirih lelaki itu berkata sembari menurunkan tubuhnya. Mengambil posisi berjongkok di tempat yang tadinya ditempati oleh Kinan. Bibir lelaki itu berkomat-kamit. Kedua telapak tangannya menengadah.

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Dia?

    Kinan menatap pilu nisan yang masih terbuat dari sebilah papan. Nama suaminya tertulis di sana. Tanah kuning di hadapannya belum sempurna mengering. Masih membasah, sama seperti hatinya yang belum juga mampu menerima kepergian lelaki ini sepenuhnya. Kepergian lelaki ini masih meninggalkan duka di hatinya. Tak pernah disangka jika mereka sedang dalam situasi tak baik ketika lelaki ini harus pergi selamanya. Itu yang paling menimbulkan penyesalan terbesar di hati Kinan hingga saat ini. Perceraian mereka memang urung terjadi. Namun kenyataan pahit ini jauh lebih menyesakkan dadanya. "Bang … bantu aku! Berikan petunjuk padaku! Aku sedang berjuang membuktikan jika dirimu tak salah kala itu. Sesuai apa yang kamu tuliskan dalam surat itu. Tapi apalagi yang dapat aku lakukan saat ini, Bang? Aku tak tahu bagaimana lagi harus mencari petunjuknya. Aku gagal, Bang."Tak hanya isakan tangis, Kinan juga menumpahkan air matanya. Area pemakaman yang sepi membuat Kinan m

  • RAHASIA SUAMIKU   Mengulang Cerita

    Arman tercengang. Sepasang mata lelaki itu tampak terbelalak. Rahangnya mengeras. Bahkan ekor netra Kinan masih mampu menangkap gerakan terkepalnya telapak kedua tangan lelaki itu. "Abang terkejut aku tahu semuanya? Abang salah jika berpikir akan dapat menutupi bangkai selamanya."Kinan tersenyum sinis. Bentuk penguatan pada diri sendiri agar tak terlihat lemah di hadapan Arman. Kedok lelaki ini harus terbuka sekarang juga. "Pasti Hanif yang mengatakan kepadamu. Benar kan, Nan?" tanya Arman dengan lirih sembari mengacak rambutnya dengan kasar. Kinan diam. Satu hal yang dapat ditangkap dirinya atas ucapan Arman itu. Lelaki ini hanya mengatakan semua itu pada Hanif dan keluarganya. Tidak pada orang lain. "Setidaknya lelaki itu lebih jujur dibandingkan Abang."Kalimat yang singkat itu mengalir dari bibir Kinan. Namun mampu meluluhlantakkan hati Arman seketika. Sebegitu rendahkah dirinya di mata Kinan sekarang? "Kamu ta

  • RAHASIA SUAMIKU   Kejujuran

    Arman terperanjat. Kelihatan sekali jika laki-laki itu tak menyangka atas kalimat yang diucapkan Kinan. "Abang terkejut? Atau pura-pura terkejut? Masih ingin bersandiwara?" lanjut Kinan seolah tak memberi Arman kesempatan untuk bicara. Arman tampak gugup. Sesaat. Kembali berusaha menguasai diri. Namun Kinan  mampu menangkap segala perubahan raut wajahnya lelaki itu dengan seksama. "Tak perlu gugup. Tak perlu berdalih untuk menutupi kebohongan Abang. Aku sudah tahu semuanya, Bang."Kali ini Kinan menurunkan nada suaranya. Sedikit melemah walaupun dengan telapak tangan yang terkepal. "Jika Abang tanya perasaanku setelah mengetahui semua ini, jujur aku kecewa. Kecewa pada sikap Abang. Kecewa pada pilihan yang Abang buat bertahun silam."Kinan menyunggingkan senyum sinisnya. Kembali menegakkan wajah ke arah Arman yang tampak kikuk seketika. "Abang masih belum paham arah pembicaraanmu ini, Nan. Semoga apa pun yang ada di

  • RAHASIA SUAMIKU   Topeng

    "Maksudmu? Abang tak paham. Bukankah apa yang Abang ketahui sudah Abang jelaskan semua kepadamu?"Arman yang muncul selang lima menit kemudian tampak terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kinan itu. Kinan yang memilih tetap berdiri sama sekali tak ada niat untuk menyampaikan basa-basi. "Abang tak usah lagi berpura-pura. Tak usah berlagak tak tahu apa-apa."Mengernyitkan dahi, Arman sepertinya masih mencoba berlagak tak paham arah pembicaraan Kinan ini. "Abang memang tak tahu apa-apa, Nan. Lagipula kisah itu sudah lama. Sudah jelas apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa kamu mengungkit-ungkitnya lagi?"Arman mengambil posisi duduk. Berharap hal yang sama dilakukan Kinan. Tak elok rasanya bicara sambil berdiri. "Abang bertanya mengapa aku mengungkitnya? Atau Abang memang sengaja ingin mengubur kisah itu agar dilupakan orang begitu saja?" Kali ini Kinan menegakkan wajahnya. Menghujam Arman dengan netranya yang se

  • RAHASIA SUAMIKU   Bertemu Arman

    Kinan menatap tegak bangunan yang ada di hadapannya. Kali kedua menginjakkan kaki ke halaman ini, namun perasaannya sungguh berbeda. Jika dulu langkahnya diiringi kekhawatiran, sekarang sungguh berbeda. Tak ada rasa khawatir yang dirasakannya sama sekali. Justru semangat yang menggebu ingin bertemu dengan sang pemilik rumah. Kecurigaannya jelaslah bukan tanpa alasan. Bukan tanpa dasar. Ada banyak hal mengganjal yang layak disebut sebagai bahan pertimbangan. "Ingin bertemu siapa, Yuk?"Kinan menolehkan kepalanya ke arah samping kiri. Posisi asal sumber suara yang menegurnya tadi. Seorang wanita yang hampir sebaya dengan Yuk Diana tampak berdiri tegak. Menatap Kinan dengan sedikit curiga. Kjnan tak marah. Wajar saja itu dilakukan wanita yang sepertinya merupakan pekerja rumah tangga di bangunan di hadapannya ini. Wanita ini tentu mendapat amanah untuk memastikan para tamu yang datang tak salah orang. Tak salah sasaran. "Pak Ar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status