Share

Bersilat Lidah

Penulis: Buluh Perindu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-07 20:10:54

"Entahlah, Pak. Ardi pun tak paham. Kinan memang seperti itu sejak dulu. Tak hobi belanja dan lebih senang menyimpan uang saja," jawab Ardi dengan nada sedikit ragu.

Tak menyangka jika akan mendapatkan pertanyaan seperti ini dari sang mertua membuat Ardi ragu untuk merangkai kata. Mengapa bapak mertuanya bertanya seperti ini? Sudah enam tahun mereka menikah, baru kali ini mertuanya bertanya terkait masalah rumah tangga mereka.

Sementara Kinan yang masih menyibukkan diri di dapur terperanjat mendengar jawaban suaminya itu. Tak hobi belanja? Lebih senang menyimpan uang saja? Uang mana yang mau disimpan jika setelah dibelanjakan uang gajinya tak bersisa, malahan kekurangan setiap bulannya?

Laki-laki itu memang pandai bersilat lidah. Berdalih untuk membela dirinya. Dirinya yang hobi menyimpan uang lantas berkata yang sebaliknya.

"Kalau begitu kamu saja yang membelanjakannya, Di. Tak usah menunggu Kinan. Jadi apa pun yang kamu beli, Kinan tak akan b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RAHASIA SUAMIKU   Ardi Berdalih

    Satu lagi, terkait jatah mingguan. Hitungan jari dua tangannya saja belum penuh untuk melihat berapa kali baru sang suami memberikan uang jatah mingguan itu padanya. Itu pun karena Kinan yang bersikeras meminta. Jika Kinan tak berkeras, pastilah sampai saat ini jatah mingguan itu tak pernah ada.Lagi pula nominalnya sangat jauh dari kata cukup sebenarnya. Hanya saja Kinan memilih bersyukur atas perubahan sikap laki-laki yang menjadi suaminya itu. Syukur jauh lebih baik daripada terus meratapi keadaan yang tak berpihak padanya itu. "Apakah Kinan ikhlas ikut membiayai kebutuhan rumah tangga kalian dengan uang gajinya?"Akhirnya pertanyaan itu mengalir dari bibir Pak Irwan. Apakah Ardi paham dengan ilmu tentang uang istri dan uang suami? Pak Irwan ingin memastikannya saat ini."Tentu ikhlas, Pak. Sama ikhlasnya dengan Ardi yang mengalokasikan seluruh gaji untuk keluarga kami ini. Sama adilnya, seperti itu, Pak."Lagi-lagi Ardi menjawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • RAHASIA SUAMIKU   Simalakama

    "Kamu masih punya mulut kan untuk menjawab pertanyaan Bapak, Nan? Atau telingamu tak lagi berfungsi dengan baik untuk mendengarkan pertanyaan dari Bapak tadi?" Pak Irwan mulai merasa gerah atas tingkah puterinya. Giliran di belakang suaminya, wanita ini berani menceritakan semua keluh kesahnya. Walaupun awalnya menutupi, akhirnya sang puteri dengan lancar mengungkapkan kisah sedihnya.Tak ayal sebagai orang tua, Pak Irwan merasa wajib untuk membela puterinya. Terlepas dari restu yang sempat tak rela diberikan dulunya. Bagaimanapun sekarang ini Ardi merupakan menantunya. Anaknya secara tidak langsung juga.Selama dirinya masih hidup di dunia, kewajiban itu akan tetap melekat padanya. Membela sang anak yang sudah payah dibesarkan sejak kecil hingga dewasa. Walaupun terselip rasa sesak di hatinya saat melihat sikap sang puterinya sekarang, Kinan gagal menunjukkan nyalinya. Kemana puteri pemberaninya dulu yang sempat dibangga-banggakan?Kesal berc

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • RAHASIA SUAMIKU   Uang Istri, Milik Istri

    Menafkahi istri sejatinya merupakan tanggung jawab suami. Menikahi seorang wanita bukan hanya menghalalkannya saja. Ada beban dan tanggung jawab dari orang tua yang akan berpindah ke pundak suaminya. Pertanggungjawaban istri akan menjadi milik sang suami ketika akad itu diucapkan."Tak masalah jika Kinan tak mau, Pak. Artinya Kinan sudah siap hidup dengan apa adanya. Tanpa tabungan, tanpa apa-apa," balas Ardi tak mau kalah.Kinan menolehkan kepala pada suaminya. Haruskah seperti itu jadinya? Mengapa seolah-olah semua kembali kepadanya? Bukan dirinya yang menjadi inti persoalan pelik ini. Sikap dan pola pikir laki-laki yang menjadi suaminya ini menjadi titik permasalahan utama."Kalau Kinan tak mau mengeluarkan uangnya untuk rumah tangga ini, akan dikemanakan uangnya? Akan digunakan untuk apa gajinya?" lanjut Ardi masih tak menyerah.Dalam pemikiran Ardi, konsep rumah tangga menjadi tanggung jawab berdua itu tak akan mudah terpatahkan. Bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • RAHASIA SUAMIKU   Permintaan Bapak

    "Kalau memang seperti itu pola pikirnya, mungkin lebih baik Kinan berhenti bekerja saja. Tanggung jawab mencukupi kebutuhan rumah tangga kalian ada pada pundakmu, Di. Seutuhnya, tak perlu berbagi lagi."Akhirnya Pak Irwan mengutarakan pemikiran lain yang menurutnya lebih masuk akal. Mungkin hanya ini penyelesaian terbaik untuk puterinya. "Ardi tak masalah, Pak. Asalkan Kinan siap hidup apa adanya."Setegas itu jawaban menantunya, membuat Pak Irwan menjadi sedikit merasa kecewa. Bukan karena persetujuan atas permintaannya, tapi pada cara laki-laki itu menempatkan puterinya. Seolah-olah segalanya berpusat pada Kinan saja."Kamu siap, Nan? Bagi Bapak ini merupakan langkah terbaik untuk kalian."Jika dalam pikiran menantunya, laki-laki itu tak memberikan gaji pada sang istri karena Kinan bekerja maka biarkan puterinya di rumah saja. Biarkan Kinan tak usah memiliki penghasilan sama sekali. Biarkan Ardi yang menanggung semuanya sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • RAHASIA SUAMIKU   Terperangah

    Mata laki-laki itu menerawang. Membayangkan terjal dan berlikunya perjuangan membiayai biaya kuliah kedua puterinya. Ardi tak pernah merasakan itu. Sang menantu tak pernah melihat perjuangan itu."Hanya satu yang dapat Bapak lakukan saat ini kalau memang itu yang kalian mau. Dengan berat hati, Bapak minta Ardi mengembalikan Kinan kepada kami selaku orang tuanya."Sontak saja ucapan bapak mertuanya itu membuat Ardi terperangah. Tak menyangka akan berakhir seperti ini pembicaraan mereka."Apa maksud Bapak?" tanya Ardi sembari menegakkan tubuhnya. Tak lagi bersandar pada sofa yang berwarna coklat tua itu. Sementara Kinan mengangkat wajahnya. Menatap wajah tua lelaki cinta pertamanya. Inikah bentuk perjuangan lelaki itu untuknya? Inikah akhir kisah perjuangan dirinya?"Sangat jelas. Lepaskan Kinan daripada anak Bapak hidup dalam kondisi rumah tangga seperti ini lebih lama! Bapak masih hidup, Bapak wajib menjaga anak Bapak. Bapak tak ing

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • RAHASIA SUAMIKU   Janji Ardi

    Kinan bersimpuh di atas hamparan sajadah. Mengetuk pintu langit di sepertiga malam dengan banyak pinta yang dilafalkannya dengan lirih. Rumah tangga yang diharapkannya sakinah ternyata tak mampu diraih walaupun hitungan tahun terlewati. Sungguh, penyesalan ini membuat bilik hatinya perih. Angan dan mimpi ternyata hanya sebatas keinginan, bukan kenyataan.Teringat percakapan tiga hari yang lalu dengan bapaknya. Persidangan keluarga jika boleh Kinan menyebutnya begitu. Perdebatan demi perdebatan mereka lakukan. Ardi, suaminya tetap kukuh dengan pendapat dan pola pikirnya tentang nafkah dan tanggung jawab rumah tangga. Bapaknya, Kinan tahu laki-laki itu mencoba memperjuangkan nasibnya. Hanya saja Kinan merasa dirinya terlalu lemah untuk mendukung niat bapaknya. Kinan sadar jika sang bapak kecewa atas sikapnya.Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan Kinan saat itu, yang mungkin orang lain tak memahaminya. Memandang dari sudut pandang yang berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • RAHASIA SUAMIKU   Keputusan

    Bukan tanpa alasan jika Pak Irwan memilih mengikuti permintaan Kinan saat ini. Membuat perjanjian hitam di atas putih, melampirkan tanda tangan di materai tentunya harus ada saksi demi menguatkan perjanjian yang tertuliskan di lembaran kertas itu. Saksi harus dari pihak luar, bukan dari pihak mereka yang bertikai. Melibatkan orang lain sebagai saksi, bahkan jika dari tetangga sendiri, sama artinya akan mengumbar aib yang selama ini terjadi.Orang tentu akan bertanya-tanya, mengapa perjanjian ini harus ada? Bukankah sudah kewajiban suami untuk menafkahi istrinya? Tak perlu perjanjian tertulis seperti ini, itu yang ada di pikiran orang nantinya. Hanya artis dan pesohor negeri ini yang suka membuat sensasi. Membuat perjanjian pra nikah untuk mengamankan aset pribadi dan tak diakui sebagai harta bersama jika suatu saat berpisah dengan pasangannya nanti.Bagi Pak Irwan itu sungguh tak masuk di akal. Artinya sejak awal mereka sudah menyiapkan diri untuk berpisah. B

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • RAHASIA SUAMIKU   Gaji Pertama Untuk Kinan

    Kinan bergegas merapikan rumah. Tadi pagi rumah ini bahkan tak sempat disapunya karena buru-buru ke sekolah. Mendapat tugas piket di tiap hari Rabu membuat Kinan mau tak mau harus tiba di sekolah lebih awal dibanding hari biasanya.Waktu baru menunjukkan pukul empat sore saat ini. Masih ada sisa satu jam sebelum menjemput Rafif dari rumah Yuk Diana. Membereskan rumah, menyapu, memanaskan lauk untuk nanti malam, mandi, salat Asar. Jika perhitungan Kinan tak meleset, semuanya akan terselesaikan tepat pada waktunya.Setengah jam berlalu, hanya tinggal mandi dan salat Asar yang belum dilakukannya. Kinan memang memilih menunaikan empat rakaat wajibnya di sore hari itu setelah mandi. Rasanya tak nyaman menghadap Sang Pencipta jika tubuhnya berkeringat karena aktivitas seharian.Gegas Kinan menuju kamar mandi, membasuh tubuh dan mengguyurnya dengan air. Ada sensasi kesegaran yang didapatkannya ketika seluruh tubuhnya basah. Tak membuang waktu, Kinan langsung mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12

Bab terbaru

  • RAHASIA SUAMIKU   Rahasia Yang Akhirnya Terungkap (ENDING)

    "Bang,dimana kau!" pekik Kinan dengan langkah yang tergesa. Mengabaikan tatapan heran dia lelaki yang memandangnya sejak mematikan mesin motor tadi. Tak peduli tanah yang sedikit becek akibat hujan sesaat barusan, Kinan tak dapat lagi menahan lama-lama emosi yang menggelegak di dadanya. Pernyataan yang disampaikan Fauzan tadi benar-benar membuatnya naik pitam. Mengapa sosok itu harus dia? Bukankah selama ini lelaki itu yang seolah menjadi sahabat dekat mendiang suaminya? Hanya berpura-pura ternyata. Lelaki itu tak lebih dari manusia munafik. Berpura-pura baik, menikam dari belakang. Kinan sempat tercengang saat mendengar nama yang disebutkan Fauzan itu. Menggelengkan kepala menunjukkan ketidakpercayaannya. Bahkan Kinan sempat meminta Fauzan mengulanginya kembali. Memastikan agar lelaki itu tak salah mengeja nama yang akhirnya akan menjadi fitnah. Namun Fauzan mempertegas semuanya. Gendang telinganya tak salah menangkap gelombang suara. Sosok i

  • RAHASIA SUAMIKU   Pengakuan

    Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Fauzan. Lelaki itu tampak merasa serba salah. "Mengapa Abang tak menjawab pertanyaanku? Jangan bilang Abang menyesal telah mengatakan semua ini kepadaku!" tukas Kinan dengan tegas. Tatapan mata Kinan semakin menghujam. Membuat Fauzan semakin gelisah. Helaan napas panjang Fauzan terdengar jelas di tengah pemakaman yang sepi tanpa peziarah lainnya. Tampak beban berat seolah menggurat di wajah lelaki itu. "Abang tak bilang begitu. Hanya saja, Abang pikir semua kisah itu telah terungkap tanpa sisa. Ternyata Abang salah. Harusnya Ardi pergi tanpa belenggu rasa bersalah yang selalu membebaninya."Kinan mengernyitkan dahinya. Tak lama kemudian tangan kanannya bergerak ke arah pelipis. Memijatnya perlahan untuk menghalau rasa sakit yang mulai mendera. "Aku tak paham apa yang Abang katakan. Mungkin lebih baik Abang katakan saja langsung. Tak perlu berbelit-belit. Lagi pula aku tak ingin berlama-

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Pelakunya?

    Fauzan tampak tersentak. Sepertinya tak menduga jika Kinan akan menanyakan hal ini kepadanya. "Mengapa Abang terlihat terkejut? Abang pikir … aku tak tahu semua itu? Aku tahu, bukan tak tahu apa-apa seperti yang Abang pikirkan."Kinan mencoba menepis keraguan di hati Fauzan. Dirinya tahu tentang masa lalu suaminya. Pun dirinya mencoba berdamai dengan semua itu. Walaupun perceraian yang semoga menjadi penyelesaiannya saat itu. "Setelah Ardi pergi? Atau justru saat awal kalian menikah dulu?"Kinan menggelengkan kepalanya. Perlahan namun pasti. "Bukan keduanya. Aku tahu beberapa waktu sebelum kepergian almarhum. Dan itu pun secara tak sengaja. Berawal dari banyak hal yang memang almarhum coba sembunyikan.  Namun Allah punya kehendak, yang mungkin tak sama seperti yang kita harapkan."Kembali Fauzan tertegun. Tak mampu lagi berkata apa-apa. "Aku tak akan dan tak sedang ingin membicarakan hal itu lagi. Aku hanya ingin mem

  • RAHASIA SUAMIKU   Teman Lama

    Beranjak dari posisi berjongkok, Kinan masih tertegun. Tak mengenal sosok yang ada di belakangnya. Bahkan setelah Kinan membalikkan tubuhnya, tetap saja tak ada ingatan yang tersisa tentang lelaki ini. "Maaf … Abang siapa? Mengenal almarhum suami saya?" tanya Kinan sembari menunjukkan raut wajah bingungnya. Dahinya mengernyit mencoba menguatkan kerja memori otaknya. "Ini makam Ardi kan? Soalnya petunjuk yang aku dapatkan tadi menunjukkan arah ini."Seolah tak peduli dengan pertanyaan Kinan, lelaki itu memajukan tubuh dan menajamkan netranya. Kacamata hitam yang tadi dikenakannya berpindah tempat. Tak lagi menempel di hidung, melainkan menggantung di kancing kemeja kotak-kotak yang dikenakannya."Tak salah lagi. Benar, ini makam Ardi."Lirih lelaki itu berkata sembari menurunkan tubuhnya. Mengambil posisi berjongkok di tempat yang tadinya ditempati oleh Kinan. Bibir lelaki itu berkomat-kamit. Kedua telapak tangannya menengadah.

  • RAHASIA SUAMIKU   Siapa Dia?

    Kinan menatap pilu nisan yang masih terbuat dari sebilah papan. Nama suaminya tertulis di sana. Tanah kuning di hadapannya belum sempurna mengering. Masih membasah, sama seperti hatinya yang belum juga mampu menerima kepergian lelaki ini sepenuhnya. Kepergian lelaki ini masih meninggalkan duka di hatinya. Tak pernah disangka jika mereka sedang dalam situasi tak baik ketika lelaki ini harus pergi selamanya. Itu yang paling menimbulkan penyesalan terbesar di hati Kinan hingga saat ini. Perceraian mereka memang urung terjadi. Namun kenyataan pahit ini jauh lebih menyesakkan dadanya. "Bang … bantu aku! Berikan petunjuk padaku! Aku sedang berjuang membuktikan jika dirimu tak salah kala itu. Sesuai apa yang kamu tuliskan dalam surat itu. Tapi apalagi yang dapat aku lakukan saat ini, Bang? Aku tak tahu bagaimana lagi harus mencari petunjuknya. Aku gagal, Bang."Tak hanya isakan tangis, Kinan juga menumpahkan air matanya. Area pemakaman yang sepi membuat Kinan m

  • RAHASIA SUAMIKU   Mengulang Cerita

    Arman tercengang. Sepasang mata lelaki itu tampak terbelalak. Rahangnya mengeras. Bahkan ekor netra Kinan masih mampu menangkap gerakan terkepalnya telapak kedua tangan lelaki itu. "Abang terkejut aku tahu semuanya? Abang salah jika berpikir akan dapat menutupi bangkai selamanya."Kinan tersenyum sinis. Bentuk penguatan pada diri sendiri agar tak terlihat lemah di hadapan Arman. Kedok lelaki ini harus terbuka sekarang juga. "Pasti Hanif yang mengatakan kepadamu. Benar kan, Nan?" tanya Arman dengan lirih sembari mengacak rambutnya dengan kasar. Kinan diam. Satu hal yang dapat ditangkap dirinya atas ucapan Arman itu. Lelaki ini hanya mengatakan semua itu pada Hanif dan keluarganya. Tidak pada orang lain. "Setidaknya lelaki itu lebih jujur dibandingkan Abang."Kalimat yang singkat itu mengalir dari bibir Kinan. Namun mampu meluluhlantakkan hati Arman seketika. Sebegitu rendahkah dirinya di mata Kinan sekarang? "Kamu ta

  • RAHASIA SUAMIKU   Kejujuran

    Arman terperanjat. Kelihatan sekali jika laki-laki itu tak menyangka atas kalimat yang diucapkan Kinan. "Abang terkejut? Atau pura-pura terkejut? Masih ingin bersandiwara?" lanjut Kinan seolah tak memberi Arman kesempatan untuk bicara. Arman tampak gugup. Sesaat. Kembali berusaha menguasai diri. Namun Kinan  mampu menangkap segala perubahan raut wajahnya lelaki itu dengan seksama. "Tak perlu gugup. Tak perlu berdalih untuk menutupi kebohongan Abang. Aku sudah tahu semuanya, Bang."Kali ini Kinan menurunkan nada suaranya. Sedikit melemah walaupun dengan telapak tangan yang terkepal. "Jika Abang tanya perasaanku setelah mengetahui semua ini, jujur aku kecewa. Kecewa pada sikap Abang. Kecewa pada pilihan yang Abang buat bertahun silam."Kinan menyunggingkan senyum sinisnya. Kembali menegakkan wajah ke arah Arman yang tampak kikuk seketika. "Abang masih belum paham arah pembicaraanmu ini, Nan. Semoga apa pun yang ada di

  • RAHASIA SUAMIKU   Topeng

    "Maksudmu? Abang tak paham. Bukankah apa yang Abang ketahui sudah Abang jelaskan semua kepadamu?"Arman yang muncul selang lima menit kemudian tampak terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kinan itu. Kinan yang memilih tetap berdiri sama sekali tak ada niat untuk menyampaikan basa-basi. "Abang tak usah lagi berpura-pura. Tak usah berlagak tak tahu apa-apa."Mengernyitkan dahi, Arman sepertinya masih mencoba berlagak tak paham arah pembicaraan Kinan ini. "Abang memang tak tahu apa-apa, Nan. Lagipula kisah itu sudah lama. Sudah jelas apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa kamu mengungkit-ungkitnya lagi?"Arman mengambil posisi duduk. Berharap hal yang sama dilakukan Kinan. Tak elok rasanya bicara sambil berdiri. "Abang bertanya mengapa aku mengungkitnya? Atau Abang memang sengaja ingin mengubur kisah itu agar dilupakan orang begitu saja?" Kali ini Kinan menegakkan wajahnya. Menghujam Arman dengan netranya yang se

  • RAHASIA SUAMIKU   Bertemu Arman

    Kinan menatap tegak bangunan yang ada di hadapannya. Kali kedua menginjakkan kaki ke halaman ini, namun perasaannya sungguh berbeda. Jika dulu langkahnya diiringi kekhawatiran, sekarang sungguh berbeda. Tak ada rasa khawatir yang dirasakannya sama sekali. Justru semangat yang menggebu ingin bertemu dengan sang pemilik rumah. Kecurigaannya jelaslah bukan tanpa alasan. Bukan tanpa dasar. Ada banyak hal mengganjal yang layak disebut sebagai bahan pertimbangan. "Ingin bertemu siapa, Yuk?"Kinan menolehkan kepalanya ke arah samping kiri. Posisi asal sumber suara yang menegurnya tadi. Seorang wanita yang hampir sebaya dengan Yuk Diana tampak berdiri tegak. Menatap Kinan dengan sedikit curiga. Kjnan tak marah. Wajar saja itu dilakukan wanita yang sepertinya merupakan pekerja rumah tangga di bangunan di hadapannya ini. Wanita ini tentu mendapat amanah untuk memastikan para tamu yang datang tak salah orang. Tak salah sasaran. "Pak Ar

DMCA.com Protection Status